monitoring dan evaluasi. Adanya sistem monitoring yang baik disertai dengan pelaksanaannya yang baik telah membuat pengurus mampu mengidentifikasi
penyebab timbulnya kemacetan kredit serta ada keinginan untuk melunasi hutang secara cepat dari nasabah yang tinggi pada saat mereka memiliki uang yang
cukup. Sebagai tindak lanjutnya, pengurus kemudian menjadikan berbagai informasi hasil monitoring terhadap kondisi di lapangan tersebut sebagai bahan
untuk menentukan sistem dan mekanisme pengelolaan kredit yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Sebagai contoh hasil tindak lanjut dari hasil monitoring
tersebut diantaranya adalah : 1 Bagi peminjam dengan tingkat pengembalian yang cukup tinggi koperasi akan memberi kemudahan peminjaman serta nilai
skim yang lebih besar; 2 Baik penabung maupun maupun peminjam uang dikenakan bunga antara 1,2 sampai dengan 1,5 per bulan. Tingkat bunga ini
sangat tergantung wilayah kerja serta tingkat pengembalian dari nasabah. Hasil dari bunga digunakan untuk insentif bagi Ketua Kelompok. Pengelola kredit. serta
sebagai nilai tambah bagi koperasi. Seluruh kegiatan tersebut terlaporkan dengan cukup baik di setiap laporan tahunan koperasi.
4.2.3.3 Kapasitas Pemanfaat
Hasil evaluasi program PEMP yang sejak tahun 2001 hingga tahun 2006 pada Kabupaten Sambas status kapasitas pemanfaat yang terdiri dari Kelompok
PemanfaatKMP periode tahun 2001-2003 dan individu periode 2004-2006
menunjukkan kondisi yang baik.
Sebenarnya dari beberapa aspek penting dari kapasitas pemanfaat mulai nampak kecenderungan mengindikasikan kondisi yang positif terutama dari sisi
proses penetapan jenis Usaha Ekonomi Produktif UEP yang difasilitasi program PEMP, dan kesesuaian kriteria penerima DEP. Meskipun masih terjadi
kelemahan-kelemahan. Dalam hubungannya dengan proses penetapan jenis UEP dan penerima DEP, beberapa hal perlu dipenuhi seperti penggunaan format
sistematik standar dalam pembuatan proposal rencana bisnis UEP yang disiapkan oleh LEPP-M3, rumusan kriteria sebagai acuan verifikasi UEP dan
penerima DEP instrumen untuk survei faktual, dan yang terpenting adanya kerangka waktu yang digunakan mulai dari pengajuan usulan, verifikasi,
persetujuan proposal, kontrak kerja sampai pada likuiditas dana kepada pemanfaat kelompok masyarakat atau individu. Untuk membantu pelaksanaan kegiatan-
kegiatan tersebut, Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai penanggung jawab program PEMP telah menyediakan Pedoman Umum Pedum, tetapi hal-hal yang
sifatnya detail teknis belum disiapkan. Meskipun demikian, dengan melihat situasi dan kebutuhan-kebutuhan untuk efektifitas proses seharusnya penanggung jawab
program PEMP di daerah dan pelaku-pelaku lainnya berinisiatif untuk menyusun instrumen-instrumen yang terkait dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan,
sehingga proses
pelembagaan sistem,
organisasi, penatakelolaan
programinternal governance
dan domestikasi
pengambil alihan
peran pemangku kepentingan lokal secara perlahan dapat terwujud.
Gambar 15. Diagram Analysis Leverage Kapasitas Pemanfaat Tabel 12. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kapasitas Pemanfaat
No. Faktor – faktor Berpengaruh
Nilai Leverage
1. Perubahan pendapatan dan bertambahnya nilai manfaat
7,86 2.
Adanya manajemen administrasi keuangan UEP yg dilaksanakan 6,32
3. Penguasaan teknis UEP yang dilaksanakan
5,73 4.
Tranformasi dan replikasi UEP bagi kelompokindividu non pemanfaat 5,68
5. Ekstensifikasi dan diversifikasi jenis UEP
5,57
Variabel penting lainnya pada indikator kapasitas pemanfaat terkait dengan pelaksanaan UEP dan pengelolaan DEP adalah tingkat keterampilan
pemanfaat dalam memilih, menjalankan dan mengembangkan UEP. Keberhasilan UEP yang dilaksanakan oleh masyarakat pemanfaat dilihat dari sisi manfaat
Leverage of Attributes
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Adanya manajemen
administrasi Keuangan UEP yg dilaksanakan
Penguasaan teknis UEP yg dilaksanakan
Ekstensifikasi dan diversifikasi jenis UEP
Perubahan pendapatan dan bertambahnya nilai
manfaat Transformasi dan replikasi
UEP bagi kelompokindividu non
pemanfaat
A tt
r ib
u te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
ekonomi dari UEP, status keberlanjutan UEP, manajemen usaha yang efektif, dan pengadministrasian pembukuan. Nilai manfaat ekonomi berupa peningkatan
pendapatan income gernerating dari UEP yang dilaksanakan oleh pemanfaat merupakan tujuan utama program PEMP sebagai salah satu bentuk upaya
penanggulangan kemiskinan masyarakat pesisir. Penghantaran sumberdaya DEP untuk mendukung pelaksaan UEP untuk masyarakat pemanfaat diharapkan dapat
membantu dalam optimalisasi intensifikasi, pengembangan ekstensifikasi, dan perluasan usaha diverfisifikasi, dengan itu akan terbangun kekuatan masyarakat
pemanfaat, yang selanjutnya secara mandiri dapat melakukan UEP bahkan meneteskan manfaat bagi kelompok masyarakat lainnya. Manajemen usaha yang
diterapkan oleh masyarakat pemanfaat untuk melakukan UEP dalam hal keterampilan merencanakan usaha, keterampilan teknis, keterampilan mengelola
keuangan dan kemampuan mengembangkan jaringan kemitraan akan sangat
membantu efektifitas dan pengembangan UEP. Tertib administrasi usaha akan mendukung masyarakat mewujudkan tertib administrasi, transparansi dan
akuntabilitas usaha, sehingga akan menumbuhkan kepercayaan antar anggota kelompok dan lembaga-lembaga mitra pemerintah, koperasi dan lembaga
perbankan. Status kapasitas pemanfaat yang dicapai saat ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Secara internal, masyarakat pesisir dan kepulauan memiliki potensi untuk mengembangkan diri,
semangat berkarya
dan berprestasi,
serta motivasi
meningkatkan taraf
kesejahteraan mereka. Pengelolaan potensi internal tidak dapat berjalan secara optimal untuk mewujudkan harapan-harapan masyarakat pesisir. Perkembangan
potensi internal masyarakat dipengaruhi oleh input stimulus dan proses interaksi dengan lingkungan sekitar. Pengetahuan, wawasan dan kompetensi masyarakat
ditentukan antara lain oleh latar belakang pendidikan, pembelajaran, pengalaman formal dan informal dan intervensi luar yang dapat merangsang tumbuhnya
kecerdasan berfikir masyarakat. Secara spesifik, kemampuan masyarakat untuk mengembangkan usaha ekonomi dipengaruhi oleh keterampilan manajemen
teknis, kemitraan, dan dukungan fasilitas termasuk akses terhadap jaringan pemasaran.
Beberapa dekade perjalanan pembangunan, masyarakat pesisir dan kepulauan belum mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang memadai dapat
mengembangkan potensi internal yang dimilikinya dalam rangka memanfaatkan sumberdaya alam perikanan. Dengan paradigma pembangunan yang bertumpu
pada sektor agraris dan urban masyarakat perkotaan yang diterapkan oleh
pemerintah, menyebabkan intervensi pembangunan di wilayah pesisir dan
kepulauan sangat minim, bahkan beberapa wilayah yang letaknya sangat terpencil pulau-pulau tertular dan perbatasan hampir tidak tersentuh pembangunan sama
sekali. Kebijakan-kebijakan yang dilahirkan untuk semua bidang sektor, seperti kesehatan, pendidikan, infra struktur, dan sosial kemasyarakatan tidak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang berdiam di wilayah ini. Implikasinya,
komunitas pesisir mengalami marginalisasi kepentingan dan kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup dan mengelola sumberdaya lingkungan sehingga sulit
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Program PEMP merupakan wujud keberpihakan pemerintah untuk
mendistribusi sumberdaya bagian pengembangan wilayah pesisir dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berdiam di dalamnya. Strategi
pemberian insentif yang dikembangkan oleh PEMP dalam bentuk kemudahan mengakses modal usaha dalam bentuk dana ekonomi produktif DEP dan
pembinaan kelembagaan diharapkan secara bertahap dapat memperbaiki derajat kesejahteraan masyarakat kemampuan yang relatif terbatas, masyarakat tidak
serta merta dapat berperan efektif dan mengambil tanggung jawab dalam program PEMP. Adanya pola interaktif masyarakat dengan program PEMP yang
akomodatif terhadap situasi dan kecenderungan pilihan-pilihan perubahan, merupakan keniscayaan yang akan memhawa masyarakat pada status siap untuk
menjadi bagian dalam program PEMP. Dalam konteks program PEMP, masyarakat tidak diposisikan sebagai
obyek atau pihak yang akan di intervensi, melainkan masyarakat sebagai subyek atau pihak yang berperan penting bersama-sama dengan koperasi LEPP-M3
dalam menentukan sistem, mekanisme, dan tata cara pengelolaan fasilitas yang diberikan oleh PEMP, khususnya dana ekonomi produktif DEP. Melalui
penumbuhan wawasan dan pengetahuan, peningkatan kapasitas, penguatan jaringan usaha, serta pembinaan terhadap masyarakat diharapkan dapat
mendorong partisipasi dan tanggung jawab masyarakat dalam mengelola DEP yang difasilitasi program PEMP. Sebelum masyarakat memanfaatkan DEP untuk
mendukung UEP, dilakukan beberapa kegiatan sebagai early action.Tujuan kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya untuk memberikan pemahaman tentang
tujuan, hasil dan target program PEMP, tetapi juga untuk meningkatkan kepercayaan dan membangun kompetensi masyarakat dalam mengelola usaha.
Perjalanan proram PEMP selama 5 tahun, status kapasitas pemanfaat belum dapat diakselerasi untuk mencapai performa kinerja yang baik. Dari hasil evaluasi
program PEMP, kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain: -
Latar belakang pendidikan masyarakat yang relatif rendah menyebabkan proses tranformasi pengetahuan, keterampilan dan teknologi tidak berjalan
efektif. Hal ini menyebabkan masyarakat sulit melakukan inovasi dan improvisasi dalam manajemen usaha;
- Model-model manajemen modern masih dianggap suatu yang baru oleh
masyarakat, sehingga masih membutuhkan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi dan internalisasi;
- Pada beberapa daerah, masih efektif sistem sosial “juragan-pekerja”,
menyebabkan pola pengambilan keputusan dan kontrol terhadap manajemen usaha masih didominasi oleh pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasan;
- Kultur menabung dan orientasi jangka panjang belum terbangun secara kuat
ditengah-tengah masyarakat, sehingga model manajemen dan hasil-hasil yang diperoleh dalam berusaha belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan masyarakat; dan -
Terjadi preseden buruk mengenai bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah dan pihak-pihak lainnya NGO’
s,
, sektor swasta dimasa lalu yang umumnya bersifat “charity” atau hibah dimana masyarakat tidak punya
kewajiban untuk mengembalikannya, sehingga terbangun image pada masyarakat yang menggeneralisasi bantuan-bantuan yang ada termasuk
program PEMP.
Selain faktor-faktor dia atas, masih terdapat hal-hal lain yang turut berkontribusi terhadap status kapasitas pemanfaat yang belum baik, yaitu tidak
efektifnya proses tranformasi serta pembaruan wawasan dan kemampuan masyarakat yang difasilitasi oleh Konsultan
Manajemen KM, Tenaga Pendamping Desa TPD dan Koperasi LEPP-M3 yang diangkat dan dibentuk
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Fungsi-fungsi asistensi, supervisi dan pembinaan yang diperankan oleh pihak-pihak tersebut belum dijalankan secara
baik dan konsisten. Fakta-fakta yang banyak dijumpai ditingkat lapangan adalah banyaknya kelompok-kelompok yang dibentuk tidak berdasarkan kebutuhan dan
kepentingan berkelompok, tetapi hanya sekedar “artificial” untuk memenuhi kewajiban administrasi ada kelompok yang dapat menyerap dana yang tersedia.
Hal ini berdampak pada orientasi usaha serta soliditas kelompok yang tidak fokus dan rapuh. Dalam pengajuan usulan usaha, memang tidak diwajibkan usaha
sejenis yang akan dilakukan oleh kelompok, tetapi kelompok bertanggung jawab memfasilitasi anggota baik dalam melaksanakan usahanya, penerapan manajemen
maupun pengembalian kredit. Dengan adanya pola pembentukan kelompok yang artificial seperti diatas, maka “perekat” dalam kelompok tidak akan berfungsi,
manfaat berkelompok tidak akan dirasakan oleh anggota, dan pada akhirnya kelompok akan bubar bersamaan dengan gagalnya usaha atau terhentinya
program PEMP. Pada periode tahun 2004 sampai dengan 2006, pendekatan yang digunakan program PEMP dalam mendistribusi DEP tidak lagi difokuskan pada
kelompok-kelompok masyarakat, melainkan individu-individu dengan syarat tertentu. Hal ini dilakukan tidak bermaksud
untuk membatasi sekuritas dan efektiftas pengelolaan DEP.
Dari hasil eveluasi pelaksanaan program PEMP khususnya periode tahun 2001 sampai dengan 2003 ditemukan kegagalan macet pelaksanaan UEP,
bahkan penyimpangan dalam penggunaan DEP. Hal tesebut disebabkan lemahnya sistem verifikasi usulan usaha, dan tidak kuatnya mekanisme pencairan dan
pengawasan penggunaan DEP oleh Dinas Perikatan dan Kelautan. sementara pendekatan yang dilakukan pada periode tahun 2004 sampai dengan 2006, DEP
diinternalisasikan pada bank-bank pelaksana yang ditunjuk berdasarkan MoU Bank dengan Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Dengan pola seperti ini,
pemanfaat DEP ditujukan bagi individu-individu yang berminat dan memenuhi kriteria. Perkembangan UEP dapat dipantau secara berkala, dan tingkat
akuntabilitas pemanfaat akan lebih besar, karena tanggung jawab dan resiko sepenuhnya ditanggung oleh individu pemanfaat. Pendekatan yang berbasis
individu akan bertumpu pada keinginan atau motivasi untuk memanfaatkan fasilitas yang disiapkan oleh program PEMP. Beberapa hal yang dapat
mendorong keinginan atau motivasi masyarakat untuk memanfaatkan DEP, seperti informasi rinci mengenai program PEMP yang dilakukan melalui
sosialisasi, diseminasi dan penyuluhan-penyuluhan serta kemudahan dalam mengakses DEP di lembaga keuangan bank pelaksana. keinginan masyarakat
untuk mengakses lembaga keuangan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh suku bunga pinjaman, melainkan kemudahan persyaratan dan prosedur pengajuan
pinjaman serta lamanya waktu yang diperlukan sejak pengajuan hingga pencapain pinjaman.
Kabupaten Sambas sebagai menerima program PEMP lebih dari 3 tahun dan menjalankan program-program pemberdayaan lainnya, nampaknya telah
belajar dari pengalaman-pengalaman dalam melakukan strategi penguatan kapasitas masyarakat. Hal tersebut sangat membantu pihak pengelola dan
masyarakat dalam
melaksanakan UEP.
Pendekatan dan
strategi yang
dikembangkan untuk mendorong proses penguatan kapasitas masyarakat pemanfaat dan optimalisasi pengelolaan UEP adalah sebagai berikut :
- Melakukan seleksi yang ketat dalam mengangkat KM dan TPD berdasarkan
kualifikasi standar sesuai Pedum, karena yang akan berfungsi melakukan asistensi, penguatan kapasitas supervisi dan pembinaan bagi koperasi LEPP-
M3 dan masmyarakat pemanfaat; -
Merumuskan sistem dan mekanisme dalam bank pelaksana sifatnya lebih akomodatif terhadap kondisi masyarakat dalam hal penentuan suku bunga,
persyaratan, prosedur, waktu pinjaman; -
Melakukan kajian bersama dalam menentukan kebutuhan penentuan jenis usaha, penumbuhan kelompok pembentukan penguatan kelompok yang
sudah eksis, dan peningkatan kapasitas masyarakat pemanfaat; -
Melakukan monitoring dan supervisi secara berkala, masalah-masalah yang
dapat menghambat
pelaksanaan usaha pengajuan kredit dan lain-lain terdeteksi dan segera melakukan upaya pemecahannya;
- Koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan para pelaku program Dinas,
KM, TPD, Koperasi, dan Bank pelaksana, sehingga terbangun sinergisitas dan keterpaduan dalam bertindak mendukung program PEMP khususnya bagi
pengembangan usaha masyarakat pemanfaat; -
Melakukan pelatihan-pelatihan, kursus-kursus, magang, dan studi banding dalam rangka meningkatkan keterampian masyarakat pemanfaat untuk
mengelola dan mengembangkan usaha, penguatan akses permodalan serta pemasaran, dan membangun jaringan kemitraaan strategis; dan
- Mendorong
partisipasi keiompok-kelompok
perempuan yang
secara psikologis memiliki semangat wirausaha yang baik, manajemen yang rapi dan
tanggung jawab yang besar dalam mengelola usaha yang berbasis pinjaman. Kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat perlu difasilitasi
agar menjadi potensi yang berdaya guna bagi mereka sehingga peran-peran strategis dapat difungsikan secara baik. Kelemahan masyarakat tidak harus
dijadikan sebagai alasan untuk tidak memberikan kesempatan dan tanggung jawab, tetapi dengan kelemahan tersebut
dijadikan dasar untuk menggali kebutuhan-kebutuhan ril dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Kekuatan
masyarakat harus dikelola secara baik, agar dapat membantu masyarakat memanfaatkan
kesempatan dan
menjalankan tanggung
jawabnya secara
proporsional dalam mengelola UEP. Status kapasitas pemanfaat saat ini, harus dijadikan sebagai cambuk untuk mengembangkan strategi dan pendekatan yang
relevan dengan program PEMP, sehingga daya masyarakat yang hilang
mispower dapat dibangkitkan kembali empowerment yang pada gilirannya mewujudkan bergeraknya Tridaya Masyarakat, yakni daya ekonomi, daya sosial
dan daya pembangunan. Status kapasitas pemanfaat yang dicapai saat ini, tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor internal seperti latar belakang pendidikan, kultur masyarakat yang belum kondusif untuk pengembangan program, kemampuan adaptasi dan
improvisasi, kemampuan dalam manajemen modern, kemampuan teknis, dan
jaringan kemitraan. Akan tetapi, kondisi tersebut juga banyak dipengaruhi oleh faktor ekstenal seperti intensitas dan konsistensi pembinaan, upaya peningkatan
kapasitas, pengembangan model usaha, dan fasilitasi kemitraan usaha. Input yang diberikan oleh PEMP, sebaiknya dimaknai sebagai simulasi
sekaligus apresiasi atas kesiapan masyarakat untuk berperan dan berpartisipasi dalam pelaksanaan program PEMP. Proses yang berlangsung dan hasil-hasil yang
telah dicapai harus dijadikan sebagai masukan-masukan bagi penyempurnaan strategi dan pendekatan yang berorientasi untuk memberikan kesempatan yang
luas bagi masyarakat selain memanfaatkan fasilitas DEP, tetapi juga untuk mengembangkan diri dalam proses pemberdayaan dan pembangunan masyarakat
community development. Perbaikan kapasitas pemanfaat tidak terlepas dari peran Dinas, KM, TPD
dan koperasi LEPP-M3, karena pihak-pihak inilah yang berinteraksi secara intensif, baik dalam proses penumbuhan kelompok, penyiapan proposal usaha,
pendampingan kelompok
manajemen keuangan
dan teknis usaha,
dan pembinaan usaha, Kapasitas yang baik dan kompetensi yang relevan sangat
mempengaruhi performa kapasitas pemanfaat Sensitifitas KM, TPD, koperasi
LEPP-M3 untuk menjaring kebutuhan-kebutuhan masyarakat pemanfaat dan kemampuan mengelola potensi dan situasi bagi pengembangan UEP merupakan
keniscayaan dalam membangun kapasitas pemanfaat. Status kapasitas pemanfaat menunjukkan Baik 68,32. Perkembangan
status kapasitas pemanfaat memiliki pola yang cenderung lamban, hal tersebut disebabkan oleh faktor internal dan eksternal latar belakang pendidikan
masyarakat yang rendah berpengaruh secara signifikan
terhadap proses transformasi pengetahuan dan keterampilan, sehingga kemampuan adaptasi dan
praktek manajemen modern dalam pelaksanaan usaha ekonomi produktif UEP masih lemah.
Pencapaian status kapasitas pemanfaat. dapat diakselerasi melalui, asistensi, supervisi dan pembinaan bagi masyarakat pemanfaat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pembinaan dan penguatan masyarakat pemanfaat harus didasari atas kebutuhan peningkatan kapasitas melaksanakan dan
mengembangkan UEP yang dikaji secara partisipatoris.
Selain hal-hal tersebut di atas, beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi secara signifikan efektifitas pelaksanaan peran pemanfaat
khususnya dalam pengelolaan DEP maka sebaiknya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- KM, TPD dan koperasi LEPP-M3 harus meakukan identifikasi obyektif
terhadap kebutuhan-kebutuhan bagi pengembangan usaha dapat berjalan secara baik;
- Koperasi LKPP-M3 harus melakukan asistensi, supervisi dan pembinaan bagi
masyarakat pemanfaat, sehingga kemanfaatan UEP dapat dirasakan oleh
masyarakat secara keseluruhan; -
Dinas Kelautan dan Perikanan setempat perlu membuat sistem dan mekanisme monitoring dan evaluasi bagi KM, TPD, koperasi LEPP-M3 dan
pelaksanaan UEP oleh pemanfaat, sehingga secara berkala tersedia data dan informasi mengenai perkembangan status dari masing-masing pihak;
- Dinas
Kelautan dan Perikanan setempat: perlu menerapkan manajemen
penghargaan reward dan sanksi punishment bagi KM. TPD, koperasi LEPP-M3 dan masyarakat pemanfaat, agar tumbuh motivasi prestasi, dan
sikap tanggung jawab. Dari hasil analysis leverage diperoleh bahwa umumnya indikator-indikator
penting yang digunakan dalam evaluasi program PEMP yang mengGambarkan status kapasitas pemanfaat, seperti; 1 ekstensifikasi dan intensifikasi jenis usaha
ekonomi produktif UEP, 2 penguasaan teknis UEP yang dilaksanakan, 3 perubahan pendapatan dan bertambahnya nilai manfaat, 4 Transformasi dan
replikasi UEP bagi pemanfaat dan non pemanfaat, dan 5 Adanya manajemen dan administrasi keuangan UEP yang dilaksanakan menunjukkan perbedaan nilai
yang relatif kecil berturut-turut 5.68, 7.86, 5.57, 5.73, dan 6.32. Indikator- indikator tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi derajat status kapasitas
pemanfaat yang terefleksi riil pada aspek wawasan dan keterampilan pemanfaat dalam mengelola serta mengembangkan jenis UEP, termasuk intensitas
pengembalian pinjaman kredit. Kondisi tersebut mengGambarkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pencapaian status kapasitas pemanfaat adalah
Perubahan pendapatan dan bertambahnya nilai manfaat, meskipun faktor lainnya juga turut mempengaruhi, akan tetapi pengaruhnya tidak signifikan.
Dalam proses peningkatan kapasitas pemanfaat, arah perbaikan kapasitas pemanfaat dapat terlihat, beberapa pembelajaran penting yang dapat diungkap
terkait dengan peningkatan kapasitas pentanfaat antara lain: -
Produktifitas usaha ekonomi produktif UEP sangat dipengaruhi oleh kultur wirausaha, wawasan dan kemampuan relevan yang dimiliki
masyarakat. Penumbuhan
atau revitalisasi
kultur wirausaha
dan peningkatan
kapasitas masyarakat
dapat terwujud
melalui proses
pendampingan yang intensif. Aktualisasi pengalaman dan proses berfikir produktif dari masyarakat perlu dirangsang dengan pendekatan relasi sosial
yang baik. demonstrasi contoh-contoh UEP yang baik dan pembinaan teknis secara kontinyu.
- Nilai manfaat dari sebuah UEP sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh
manajemen usaha dan admnistrasi keuangan yang efektif dan efisien. Semakin baik manajemen usaha dan administrasi keuangan UEP maka
semakin besar pula nilai
manfaat yang
akan diperoleh. termasuk
meneteskan manfaat bagi masyarakat yang lain. Membangun manajemen usaha administrasi keuangan dalam implemetasi UEP dapat dilakukan dan
berbagai pendekatan,seperti penguatan kapasitas individu dan kelembagaan dalam bentuk latihan-latihan dan praktek-praktek manajemen usaha.
- Perluasan UEP dalam bentuk replikasi UEP sejenis akan terjadi apabila
UEP yang sedang diimplementasikan dapat terlihat secara mudah hasil yang dicapainya ataupun UEP tersebut memiliki potensi untuk berhasil. Situasi
psikologi masyarakat yang cenderung mengikuti arus tanpa adanya pertimbangan Substansi atas pilihannya harus dikelola secar tepat, agar
pilihan untuk melakukan UEP tidak hanya sekadar melihat hasil UEP dari luar, tetapi secara paralel memiliki kapasitas dan kompetensi yang relevan
dengan UEP tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan masyarakat tidak bersikap latah melalui sosialisasi intensif, latihan motivasi prestasi,
praklek-praktek perencanaan, dan pembinaan.
4.2.3.4 Kemitraan