Kerangka Konseptual Penelitian Analisis pengelolaan sumberdaya perikanan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di kecamatan Pemangkat kabupaten Sambas

3.2 Kerangka Konseptual Penelitian

Pengelolaan sumberdaya perikanan secara langsung maupun tidak akan mencakup keterkaitan dengan sumberdaya lain. Persoalan yang muncul dalam pengelolaan sumberdaya perikanan menjadi tanda signals bagi kesalahan kebijakan kelautan yang bisa berlaku baik di level lokal, regional maupun nasional. Besarnya potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Sambas belum mampu mengangkat kehidupan ekonomi masyarakat pesisirnya. Kegiatan- kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan ini bukan semata-mata terkendala masalah pembiayaandana tetapi juga mencakup faktor sumber daya manusia nelayan yang tidak terampil menggunakan teknologi penangkapan ikan serta jumlah armada yang masih sedikit. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Sambas 2003 hanya terdapat 26 kapal motor penangkap ikan dengan bobot 50 GT. Sementara kapal motor berbobot 0 – 5 GT yang dominan digunakan nelayan Kabupaten Sambas 435 buah. Beberapa kajian tentang masyarakat pesisir, khususnya masyarakat nelayan, di berbagai wilayah Indonesia telah memberikan Gambaran yang jelas bahwa persoalan kerawanan sosial-ekonomi, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan, kelembagaan sosial yang lemah, serta kesulitan akses modal usaha, teknologi dan pasar. Merupakan masalah-masalah serius yang perlu diatasi. Masyarakat pesisir yang berjumlah 16.420.000 jiwa hidup dan tersebar pada 8.090 desa pesisir. Mereka terdiri atas kelompok nelayan 4.015.320 jiwa, pembudidaya perairan 2.671.400 jiwa, dan kelompok sosial lainnya 9.733.280 jiwa. Persentase yang hidup di bawah garis kemiskinan sebesar 32 atau 5.254.400 jiwa, dari total masyarakat pesisir Direktorat PMP 2006. Kabupaten Sambas merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang memiliki desa pesisir hampir 40 dari total luas daerahnya, yaitu meliputi Kecamatan Selakau 292,50 km 2 , Pemangkat 193,75 km 2 , Jawai 287,50 km 2 , Paloh 1.148,84 km 2 dan Telok Keramat 741,10 km 2 . Dari kelima kecamatan tersebut dihasilkan produksi perikanan tangkap sebesar 15.702,72 tontahun dan perikanan budidaya sebesar 718,2 tontahun Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sambas 2005. Sejak terpilih sebagai daerah penerima dana Program PEMP pada tahun 2001, pemerintah daerah Kabupaten Sambas dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan, menyalurkan dana program PEMP dengan penekanan pada penanggulangan masalah setempat. Karena itu, kucuran dana dari LEPP-M3 difokuskan pada pembelianpembuatan kapal penangkap ikan. Sebagian lain dimanfaatkan sebagai modal usaha dan pembelian alat penangkap ikan baru LEPP-M3 Kabupaten Sambas 2003. Program PEMP yang dilaksanakan di Kabupaten Sambas pada tahun 2001 – 2006 diharapkan telah menunjukkan hasil yang positif sesuai dengan tujuannya. Adapun indikasi keberhasilan Program PEMP ini akan terlihat dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat Pesisir, berfungsinya kelembagaan PEMP yang dibentuk, dan bergulirnya Dana Ekonomi Produktif DEP. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi dan kajian terhadap kinerja program PEMP selama 4 tahun di Kabupaten Sambas. Penerapan Program PEMP di Kabupaten Sambas yang mengacu Program PEMP secara nasional apakah sudah sesuai dengan kondisi sumberdaya alam dan kondisi faktual yang ada di lapangan, yang paling penting sebenarnya dalam menjalankan Program PEMP adalah strategi yang tepat yang sesuai dengan kondisi Kabupaten Sambas. Untuk lebih memudahkan memahami kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

3.3 Metode Pengumpulan Data