4.4 PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN MEMANFAATKAN PROGRAM PEMP SEBAGAI ALTERNATIF
KEBIJAKAN
Sumberdaya Perikanan yang dihasilkan oleh nelayan Pemangkat adalah Ikan Pelagis Kecil, Ikan Demersal, Ikan Plagis Besar
dan Udang. Dari daerah tangkapan kita lihat yang berasal dari perairan disekitar pesisir pemangkat adalah
Ikan Pelagis Kecil, Ikan Demersal dan Udang, sedangkan yang dari perairan Laut Cina Selatan adalah Ikan Pelagis Besar.
Dari pembahasan sebelumnya kita ketahui bahwa ikan demersal dan Pelagis besar yang masih belum terdegradasi, sumberdaya ikan Demersal dan Pelagis
Besar masih dapat memperbaharui diri. Kondisi ini dimungkinkan karena sumberdaya ikan Pelagis Besar memiliki daerah ruaya yang jauh sehingga daerah
tangkapannya tidak berada di sekitar Perairan Pemangkat. Sementara ikan Demersal umumnya adalah jenis ikan dasar yang daearah tangkapannya memang
masih berada di sekitar Perairan Pemangkat akan tetapi kondisi stoknya masih terjaga dari kondisi degradasi. Hal ini diduga karena ikan jenis Demersal berada di
zona kawasan konservasi sehingga kondisi biomassnya masih belum terdegradasi. Nelayan Pemangkat yang menerima bantuan Program PEMP adalah nelayan
yang menggunakan jenis kapal hingga 10 GT. Jadi untuk daerah tangkapan mereka hanya disekitar perairan pemangkat yang meliputi Ikan Demersal, Pelagis
Kecil dan Udang. Dari data yang diperoleh ikan pelagis kecil menempati urutan pertama dari hasil tangkapan mereka, kemudian Ikan Demersal dan udang.
Sementara Ikan Pelagis Kecil dan Udang adalah Sumberdaya Perikanan yang sudah terdegradasi, hanya Ikan Demersal saja yang masih terjaga kelestariannya.
Standarisasi alat tangkap dilakukan terhadap alat tangkap Purse seine, Gill net dan Lampara Dasar untuk menangkap ikan demersal yang distandarkan ke alat
tangkap Gill netBottom Gillnet .Untuk ikan pelagis besar yang ditangkap dengan purse seine dan gill net, alat tangkap distandarkan ke alat tangkap purse seine.
Sementara untuk pelagis kecil ditangkap dengan menggunakan tiga jenis alat tangkap yaitu purse seine, gill net dan lampara dasar distandarisasi ke alat
tangkap purse seine Untuk udang tidak dilakukan standarisasi karena hanya ditangkap dengan satu jenis alat tangkap yaitu lampara dasar Supriani 2007.
Untuk menjaga keberlanjutan dari Sumberdaya Perikanan di Perairan Pemangkat maka Program PEMP mengharuskan pada para penerima Program
untuk bisa mengarahkan tangkapan pada ikan Demersal dengan alat tangkap Gillnet Bottom Gillnet sehingga kelestarian dari Sumberdaya perikanan bisa
dimaksimalkan terhadap Ikan Pelagis Kecil dan Udang. Fungsi mitra dalam hal ini juga menjadi penting dalam pelestarian ini.
Seperti penampungpengumpul hasil tangkapan dengan membeli hasil tangkapan ikan demersal dengan harga yang lebih tinggi dari Ikan Pelagis Kecil dan Udang.
Para Pemangku Kepentingan juga mesti mensosialisasikan dan memberikan pengertian kepada masyarakat terhadap pentingnya pelestarian Sumberdaya
Perikanan di perairan Pemangkat demi keberlanjutan. Koperasi LEPP-M3 dalam memberikan perguliran dana juga harus mensyaratkan alat tangkap untuk Ikan
Demersal.
Jika kita lihat dari tujuan program PEMP untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan
kualitas sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya perikanan dan kelautan secara optimal dan
berkelanjutan DKP 2003 kita bandingkan dengan hasil analisis status kinerja Program PEMP yang rata-rata cukup baik maka sudah sesuai, artinya program
PEMP di Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas bisa dikatakan berhasil walaupun perlu perbaikan-perbaikan.
Dari Analisis diatas maka perlu dibuat alternatif Kebijakan dalam menunjang pengembangan Program PEMP. Dimana kebijakan tersebut akan sangat berguna
sekali dalam proses implementasi Program secara berkelanjutan. 1. TPD menjadi tidak maksimal dikarenakan faktor yang juga menjadi
penyebab adalah proses perekrutan yang tidak dijalankan oleh KM dan tidak kompetitif, namun lebih didasarkan atas rekomendasi atau inisiatif
dari Dinas KP.
kendala letak Bank Pelaksana yang tidak berada di lokasi setempat, sehingga terdapat kendala dalam hal akses lokasi.
Dari kelemahan Kelembagaan maka perlu dibuat Kebijakan : a. Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengumumkan secara terbuka
proses perekrutan TPD sehingga TPD yang didapat akan berkualitas dan pertanggungjawaban terhadap publik menjadi transparan.
b. Memindahkan Bank pelaksana ke Bank Kalbar yang menjangkau di setiap kecamatan.
2. Ketidakmampuan pengelola terhadap aspek tersebut akan menyebabkan rendahnya kinerja koperasi LEPP-M3 yang tercermin dari
margin keuntumgan yang diperoleh LKM tidak sebanding dengan biaya
operasional yang dikeluarkan, terjadinya kredit macet dan lambatnya
penguatan modal usaha. sebab-sebab kemacetan dan terhambatnya yang cukup beragam. Faktor yang pertama adalah pandangan bahwa eksistensi
DEP merupakan dana hibah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada masyarakat. Persepsi ini dipengaruhi oleh pengalaman bantuan-bantuan
dana sebelumnya atau program-program pemberdayaan sejenis yang masuk Kabupaten Sambas di suatu daerah dan tidak harus dikembalikan,
seperti terjadi pada Program Jaring Pengaman Sosial JPS, Program Inpres Tertinggal IDT, dan Proyek Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan P2KP.
Kedua, kesadaran
masyarakat rendah
untuk mengembalikan pinjaman kredit nasabah seperti ini memiliki niat secara
sengaja untuk tidak membayar. Ketiga, kerusakan atau pencemaran lingkungan pesisir dan perairan pantai, sehingga sumber daya perikanan
menjauh ke tengah laut. Hal ini berdampak menyulitkan nelayan mendapatkan hasil tangkapan.
Dalam hal ini maka Kijakan yang mesti dibuat adalah : a. membuat persyaratan yang mengikat terhadap KMP yang akan
meminjam kepada Koperasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program PEMP ini agar tidak disamakan dengan program
hibah yang lain.
b. Membuat Peraturan Teknis terhadap Program PEMP untuk menjaga keberlanjutan Program PEMP sehingga Kelembagaan Program PEMP
sebagai Institusi yang terlibat bisa terus menguat, terutama Koperasi LEPP-M3 sebagai pemegang amanah menggulirkan dana.
c. Menetapkan Daerah-daerah Konservasi yang melarang penangkapan terhadap Ikan Pelagis Kecil dan Udang. Dimana daerah konservasi
tersebut sebagai tempat pemijahan Ikan Pelagis Kecil dan Udang. 3. Hal sangat penting dan menentukan tingkat keberhasilan UEP adalah
pengadministrasian keuangan. Pola-pola manajemen tradisional yang sejak lama diterapkan oleh masyarakat pesisir dalam berusaha tidak melakukan
dokumentasi dan pencatatan keuangan. Hal ini menyebabkan hilangnya nilai keuntungan dan potensi keuntungan lainnya yang dapat diperoleh
oleh masyarakat.
Kondisi ini
pula yang
menyebabkan tingkat
ketergantungan yang tinggi, hutang yang besar dan produktifitas yang rendah. Dalam hal ini perlu dibuat aturan yang jelas :
a. Untuk pendampingan manajemen masyarakat dan diwajibkan kepada Konsultan Manajemen membuat panduan tentang manajemen modern
sehingga kendala tersebut bisa diatasi. 4. Dalam kemitraan kehadiran pemangku kepentingan yang tidak dikelola
secara baik akan berdampak buruk terhadap program, sebagai contoh; legislatif yang tidak memahami visi, misi dan strategi program PEMP
akan menganggap bahwa program ini tidak akan memberikan manfaat apa-apa bagi masyarakat di wilayahnya, implikasinya, kebijakan-kebijakan
yang dapat menunjang kelancaran proses implementasi program sulit untuk dilahirkan termasuk penyediaan anggaran. Apabila kondisi ini
muncul, maka peluang program untuk dapat sustainable akan kecil sekali. Maka untuk itu perlu di buat kebijakan :
a. menganggarkan pendanaan di dalam APBD untuk kegiata yang mendukung berkembangnya Usaha Ekonomi masyarakat pesisir.
b. Memfasilitasi Investor yang masuk untuk bisa bekerja sama dengan Kelembagaan Program PEMP untuk meningkatkan produksi dan
pemasaran hasil.
c. Memprioritaskan pembentukan Koperasi untuk masyarakat Pesisir dengan model seperti Koperasi LEPP-M3. sehingga untuk masyarakat
yang tidak atau belum tersentuh Program PEMP bisa dibantu dengan cara yang sama.
5. Keberhasilan Program PEMP terhadap berkelanjtannya Program sangat dipengaruhi oleh Pemangku Kepentingan. Kondisi yang harus diperbaiki
dalam hal ini adalah sosialisasi pemahaman dari pemangku kepentingan kepada masyarakat karena kita tahu dalam Program ini yang menjadi
kelemahannya adalah kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat tentang pemahaman dari Program PEMP ini. Kebijakan yang mesti dibuat adalah :
a. Meningkatkan volume sosialisasi kepada masyarakat, baik itu melalui media maupun pertemuan-pertemuan formal dan informal agar
pemahaman masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya perikanan. Sehingga hal itu bisa menjadi budaya masyarakat untuk melestarikan
lingkungan disekitarnya.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan