e.Lembaga perbankan sebagai stakeholder vital, belum menunjukkan keseriusan untuk memberikan fasilitas dan pelayanan bagi masyarakat pesisir dalam
mengakses modal. Hal ini tersebut diindikasikan dengan belum adanya upaya
rekapitalisasi bagi koperasi LEPP-M3. Kendala yang juga ditemukan adalah letak lokasi Bank Bukopin sebagai bank pelaksana yang tidak berada atau jauh
dari Kabupaten Sambas. Seharusnya Kabupaten Sambas bisa menunjuk Bank Kalbar sebagai Bank Pelaksana. Sementara itu pemanfaatan dana-dana bantuan
bagi masyarakat pesisir relatif belum dirasakan, sebab lembaga perbankan belum melakukan penguatan modal bagi koperasi yang ada.
4.2.3.2 Pengelolaan Koperasi LEPP-M3
Sebagaimana diuraikan pada bagian awal. salah satu faktor penyebab kemiskinan dan keterbelakangan sosial di kawasan pesisir adalah kedudukan
kelembagaan ekonomi masyarakat setempat kurang berfungsi untuk mendukung berkembangnya dinamika pembangunan secara berkelanjutan. untuk mengatasi
hal tersebut, program PEMP telah dirancang dengan pendekatan kelembagaan ekonomi melalui pembentukan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro
Mitra Mina LEPP-M3. Sesuai tuntutan yang berkembang untuk membenahi sistem
pengelolaan Dana
Ekonomi Produktif
DEP dan
menguatkan kelembagaan, LEPP-M3 berubah Menjadi lembaga berbadan hukum koperasi,
yang di dalamnya didirikan lembaga Keuangan Mikro LKM. pada masa mendatang, Koperasi LEPP-M3 sebagai sasaran antara program PEMP
diharapkan menjadi cikal-bakal holding company masyarakat pesisir dan memiliki tanggung jawab besar untuk mengelola Program PEMP.
Sejak perubahan paradigma penyaluran dan pengelolaan DEP pada tahun 2004, pengelolaan Koperasi LEPP-M3 menunjukkan kecenderungan perkembangan
yang positif. Kondisi terakhir perkembangan Koperasi LEPP-M3 Kabupaten
Sambas menunjukkan kinerja yang tergolong Baik 78,35.
Leverage of Attributes
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
Pengelolaan Terhadap Program dan Tupoksi Kesesuain kulalifikasi dan kompetensi yg relevan dg
bidangnya Berjalannya sistem dan mekanisme organisasi LEPP-
M3 berfungsinya sistem pengelolaan DEP yg disalurkan pd
anggota KMP Berjalannya sistem administrasi keuangan DEP
adanya neraca keuangan secara periodik kualitas LEPP-M3
Produktivitas dan efisiensi LKM Skala jangkauan dan pertumbuhan ekonomi
pengembangan usaha LEPP-M3 Pelaporan Kegiatan LEPP-M3
A tt
ri b
u te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Gambar 14. Diagram Analysis Leverage Pengelolaan Koperasi LEPP-M3
Tabel 11. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengelolaan Koperasi LEPP-M3
No. Faktor – faktor Berpengaruh
Nilai Leverage
1. Kualitas LEPP-M3
3,35 2.
Berfungsinya sistem pengelolaan DEP yang disalurkan pd anggota KMP 2,95
3. Adanya neraca keuangan secara periodik
2,79 4.
Berjalannya sistim administrasi keuangan DEP 2,76
5. Pengembangan Usaha LEPP-M3
2,52 6.
Produktifitas dan Efisiensi LKM 2,42
7. Berjalannya sistem dan mekanisme organisasi LEPP-M3
2,20 8.
Pelaporan Kegiatan LEPP-M3 2,17
9. Skala Jangkauan dan Pertumbuhan Ekonomi
1,90 10.
Kesesuaian kualifikasidan kompetensi yang relevan dengan bidangnya 1,82
11. Pengelolaan terhadap program dan tupoksi
1,18
Berdasarkan nilai Leverage Relevansi antara faktor-faktor yang berpengaruh dengan tingginya kinerja pengelolaan Koperasi LEPP-M3 dapat diketahui dari
perkembangan koperasi LEPP-M3 yang memiliki kinerja pengelolaan tergolong Baik, Koperasi LEPP-M3 Kecamatan Pemangkat yang memiliki status kinerja
78,35. Kinerja atau kondisi kesehatan keuangan Koperasi LEPP-M3. Koperasi
LEPP-M3 yang dibentuk pada tanggal 09 September 2004 Merupakan hasil
penguatan status hukum LEPP-M3 yang dibentuk dengan mekanisme yang sesuai dengan pedoman umum Program PEMP tahun 2001. Berdasarkan
laporan keuangan tahun 2006, tercatat bahwa Koperasi LEPP-M3 Kabupaten Sambas ini
telah membukukan laba bersih sebesar Rp.56.000.000,- atau mengalami
peningkatan sebesar 179,99 di dibanding dengan tahun 2005. sebesar Rp.20.000.064,-. Peningkatan laba tersebut terjadi seiring dengan peningkatan
pendapatan operasional Koperasi LEPP-M3. Kondisi kinerja keuangan yang baik juga tampak ada meningkatnya pendapatan dari
tahun 2006 sebesar Rp. 195.444.172,- dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar Rp.81.743.518,-.
Sistem dan mekanisme pengelolaan DEP, Pada saat ini tahun 2006, koperasi telah mampu menjalankan pengelolaan DEP untuk berbagai kegiatan,
yaitu mulai dari simpan pinjam, warung serba ada maupun SPDN. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi telah memiliki dan mekanisme pengelolaan DEP
yang baik. Pemilihan lokasi SPDN yang tepat dengan pertimbangan agar bisa melayani dengan lebih baik anggota, KMP maupun nelayan juga merupakan bukti
penguatan tentang sistem dan mekanisme pengelolaan DEP dan dihasilkan dari suatu perencanaan yang baik.
Kapasitas dan kapabilitas SDM pengurus koperasi. Semenjak dibentuk, sebagai pengurus koperasi telah memiliki kualifikasi sesuai persyaratan yang
diterapkan. Dengan jumlah pegawai 5 orang, koperasi mampu melayani sebanyak 317 orang nasabah
pada 3 tiga kecamatan yaitu Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Selakau dan Kecamatan Paloh. Kecakapan dalam mengelola koperasi
ini dimotori oleh pengurus yang telah berpengalaman dan faham terhadap karakteristik masyarakat yang dibantu oleh pegawai yang mempunyai latar
belakang Sarjana Teknik dan Sarjana Perikanan. yang juga telah memiliki pengalaman didalam memahami karakter sosial budaya masyarakat setempat.
Dimaksudkan dalam hal ini, pengurus sebelumnya merupakan Pengurus HNSI dimana untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang ada di lokasi
program terkait dengan upaya pengembangan usaha ekonomi produk masyarakat pesisir sudah tidak diragukan lagi.
Sistem dan mekanisme monitoring, evaluasi dan pelaporan perkembangan koperasi.
Koperasi LEPP-M3 telah memiliki sistem dan mekanisme untuk
monitoring dan evaluasi. Adanya sistem monitoring yang baik disertai dengan pelaksanaannya yang baik telah membuat pengurus mampu mengidentifikasi
penyebab timbulnya kemacetan kredit serta ada keinginan untuk melunasi hutang secara cepat dari nasabah yang tinggi pada saat mereka memiliki uang yang
cukup. Sebagai tindak lanjutnya, pengurus kemudian menjadikan berbagai informasi hasil monitoring terhadap kondisi di lapangan tersebut sebagai bahan
untuk menentukan sistem dan mekanisme pengelolaan kredit yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Sebagai contoh hasil tindak lanjut dari hasil monitoring
tersebut diantaranya adalah : 1 Bagi peminjam dengan tingkat pengembalian yang cukup tinggi koperasi akan memberi kemudahan peminjaman serta nilai
skim yang lebih besar; 2 Baik penabung maupun maupun peminjam uang dikenakan bunga antara 1,2 sampai dengan 1,5 per bulan. Tingkat bunga ini
sangat tergantung wilayah kerja serta tingkat pengembalian dari nasabah. Hasil dari bunga digunakan untuk insentif bagi Ketua Kelompok. Pengelola kredit. serta
sebagai nilai tambah bagi koperasi. Seluruh kegiatan tersebut terlaporkan dengan cukup baik di setiap laporan tahunan koperasi.
4.2.3.3 Kapasitas Pemanfaat