4.2.3.4 Kemitraan
Sebagai salah satu elemen kinerja program PEMP, kemitraan dapat diihat dari sejumlah indikator, yakni: 1 sinergitas peran pemangku kepentingan
mendukung pelaksanaan program PEMP 2 pengembangan dan diversifikasi UEP yang difasilitasi oleh pihak lain; 3 penggunaan modal
LEPP-M3 dari perbankan; 4 penganggaran di APBD oleh Pemda dan lembaga lainnya untuk
mendukung program; 5 pembinaan UEP oleh lembaga mitra. Kecenderungan yang terjadi pada kemitraan program PEMP tidak bisa
dipisahkan dari sisi pemangku kepentingan dan sisi pelaku program sebagai penentu keberhasilan kemitraan tersebut. Berbagai alasan yang diberikan
mengapa kemitraan masih rendah, antara lain misalnya tidak adanya dukungan dari para pemangku kepentingan sehingga tidak terjadi kerjasama, tidak terjadi
sinergisitas. Beberapa pemangku kepentingan yang diindikasikan sebagai faktor penyebab sulitnya terjalin dan terbangun kemitraan secara etektif adalah sebagai
berikut:
Bank pelaksana. Bank pelaksana dinilai kurang mendukung dalam hal
pencairan dana.
Sistem perbankan dirasa
masih menghambat pelaksanaan kegiatan koperasi, maka Koperasi LEPP-M3 Kabupaten
Sambas mengusulkan perbaikan sistem perbankan. Kemitraan
dalam pengelolaan anggaran masih sangat terbatas khususnya dalam mendukung
program PEMP.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Kita melihat bahwa kebijakan
DKP pusat sebagai faktor yang kurang mendukung kegiatan kerjasama
dengan perbankan melalui penunjukan bank pelaksana tertentu, tanpa memperhatikan eksistensi bank tersebut di daerah, sehingga kondisi ini
cenderung merugikan nasabah sulit untuk dapat
mengakses, karena letaknya jauh dari dimana program dilaksanakan. Dari diskusi dengan
Pengurus Koperasi LEPP-M3 terungkap kesan bahwa pedoman dan petunjuk pelaksanaan dari pusat menjadi salah satu kendala dalam upaya
penumbuhan dan penguatan kemitraan dalam konteks implementasi program PEMP.
Pemda dan Legislatif. Hasil diskusi dengan Konsultan Manjemen dan
pengurus Koperasi LEPP-M3, pada umumnya menilai kurangnya dukungan dari pihak Pemerintah Daerah dan Legislatif khususnya dalam
hal penganggaran di APBD dan kebijakan. Lemahnya dukungan pemangku kepentingan ini disebabkan belum
adanya kerangka
acuan kerja bersama antara
pemangku kepentingan sehingga tidak terbangun persepsi yang sama terhadap program PEMP utamanya dikalangan
anggota DPRD belum terwujud.
LEPP-M3. LEPP-M3 adalah salah satu pelaku program yang dinilai
belum memiliki profesionalisme menyebabkan calon mitra belum percaya penuh. Ketidakpercayaan pemangku kepentingan lainnya terhadap kinerja
LEPP-M3 berpengaruh atas terjalinnya kemitraan yang dapat mendukung program. Jaringan kerjasama yang dimiliki masih terbatas dan tidak ada
koordinasi dengan pihak-pihak lain. Di lain pihak, LEPP-M3 menghadapi persoalan
operasional yang
secara signifikan
ini mempengaruhi
kinerjanya, seperti beban insentif yang diberikan kepada mitra desa menjadi beban operasional lembaga ini.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sambas. Dari diskusi
diperoleh informasi bahwa Dinas kelautan dan perikanan Kabupaten Sambas belum menjalankan koordinasi dengan pemangku kepentingan
lainnya. DKP Kabupaten Sambas tidak dapat memainkan perannya secara penuh untuk membangun relasi dengan perbankan berimplikasi kepada
penggunaan biaya tinggi termasuk menghambat proses likuiditas DEP yang disalurkan ke nasabah.
Pelaku Usahaswasta. Kalangan pemangku kepentingan ini masih belum
memahami substansi bahkan teknis pelaksanaan program PEMP, sehingga belum dapat menjalin kemitraan dengan kelompok pemanfaat. Sektor
swasta, koperasi dan kelompok pemanfaat belum membangun inisiatif kemitraan untuk mengatasi permasalahan kebutuhan modal usaha dan
pemasaran hasil
tangkapan atau
budidaya sehingga
kondisi ketergantungan dengan pemodal swasta atau tengkulak, pelepasan uang
masih terjadi. Pemangku kepentingan utama dalam program PEMP harus memiliki
komitmen dengan pinak-pihak lain yang memiliki kunci kelembagaan dan kebijakan sehingga ada keberpihakan terhadap masyarakat pesisir. Salah satu
strategi untuk menumbuhkan kemitraan adalah perlunya melakukan kegiatan- kegiatan seperti workshop atau lokakarya yang melibatkan semua pemangku
kepentingan, baik dari pelaksana program, perbankan, pemda, DPRD dan sektor swasta. Hal-hal yang perlu menjadi topik pembahasan, seperti dukungan anggaran
dari daerah untuk menunjang kesinambungan program PEMP dan menjadi agenda pembangunan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat
pesisir, kesepakatan bersama aturan main perbankan yang dapat memperlancar
penyaluran DEP, dan kerjasama dengan sektor swasta dalam memperkuat akses pemasaran kelompok pemanfaat program PEMP. Perlu juga melakukan review
terhadap pedoman dan petunjuk pelaksanaan dari pusat yang berpotensi menjadi penghambat proses penguatan kemitraan.
Gambar 16. Diagram Analysis Leverage Kemitraan
Leverage of Attributes
0,5 1
1,5 2
2,5 3
Sinergisitas peran pemangku kepentingan
untuk mendukung program
Pengembangan dan diversivikasi UEP yg
diprakarsai dandiinisiasi pihak lain
Penguatan modal LEPP- M3 dari lembaga
perbankankeuangan Penganggaran dari
PEMDA atau lembaga lain
Pembinaan UEP oleh lembaga mitra
A tt
ri b
u te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Tabel 13. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemitraan
No. Faktor – faktor Berpengaruh
Nilai Leverage
1. Penguatan Modal LEPP-M3 dari Lembaga Perbankankeuangan
2,74 2.
Pengembangan dan diversifikasi UEP yang diprakarsai pihak lain 2,59
3. Penganggaran dari PEMDA atau lembaga lain
1,80 4.
Sinergisitas peran pemangku kepentingan untuk mendukung program 0,99
5. Pembinaan UEP oleh lembaga mitra
0,70
Dari hasil analysis leverage diperoleh bahwa pada umumnya indikator- indikator penting yang digunakan dalam evaluasi program PEMP yang
mengGambarkan status kinerja kapasitas kemitraan pemangku kepentingan, seperti;
1 sinergitas
peran pemangku
kepentingan untuk
mendukung pelaksanaan program, 2 pengembangan dan diversifikasi LEPP-M3 yang
diprakarsaidifasilitasi pihak lain, 3 penguatan modal LEPP-M3 dari lembaga perbankankeuangan, 4 penganggaran
pendukung program dari pemerintah daerah dan lembaga lainnya, dan 5 pembinaan UEP oleh mitra menunjukan
perbedaan nilai yang relatif kecil berturut-turut 0.99, 2.59, 2.74, 1.80, dan 0.70. Indikator-indikator tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi derajat
status kemitraan pemangku kepentingan yang terefleksi riil pada aspek komitmen, keberpihakan kebijakan, aksi-aksi riil mendukung implementasi program PEMP.
Kondisi tersebut mengGambarkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pencapaian status kinerja kapasitas kemitraan pemangku kepentingan
adalah penguatan modal LEPP-M3 dari lembaga perbankankeuangan, meskipun faktor lainnya juga turut mempengaruhi, akan tetapi pengaruhnya tidak
signifikan.
Kemitraan yang baik akan berpengaruh secara signifikan terhadap proses pencapain misi dari program PEMP. Keterlibatan pemangku kepentingan yang
dibingkai dalam sebuah kemitraan, akan melahirkan sintegritas yang tinggi dan pembagian peran yang efektif. Dari hasil evaluasi, ditemukan berbagai fenomena
yang ternyata dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses terjalin dan terbangunnya kemitraan. Dari perjalanan
program PEMP sebagai pembelajaran utama, agar dapat diadopsi atau dijadikanya
sebagai bahan komparasi dalam mengembangkan strategi kemitraan pada masa yang akan datang. Pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
1 Keterpaduan dan sinergitas peran pemangku kepentingan dalam implementasi program PEMP dilandasi atas pemahan yang benar, komitmen dan
keberpihakan untuk
membangun daerah
khususnya masyarakat
pesisir. Kondusifitas medan partisipasi terbangun melalui proses sosialisasidiseminasi
secara intensif koordinasi dan konsultasi berkala, serta advokasi dan penyadaran bagi pemangku kepentingan mengenai arti penting pengelolaan sumberdaya
secara berkelanjutan dan nilai strategis program PEMP dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat pesisir.
2 Lemahnya
dukungan dan
konstribusi pemangku
kepentingan berdasarkan tugas pokok dan lingkup otoritas yang dimilikinya sangat
mempengaruhi keberhasilan program PEMP. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tidak memadainya distribusi yang sampai pada
sasaran pemangku kepentingan, rendahnya intensitas hubungan antar pemangku kepentingan dalam konteks formal maupun non-formal, masih menggejalanya
ego sektoral di lingkup institusi pemerintah. dan rendahnya kepercayaan pemangku kepentingan terhadap pelaksanapenanggung jawab program.
4.2.3.5 Persepsi Pemangku Kepentingan