Pandangan Ulama Muhammadiyah Tentang Hukuman Potong Tangan

50 sebaliknya mereka merasa termotivasi untuk melakukan tindak pidana kejahatan tersebut. Apabila hukuman potong tangan itu diberlakukan, maka akan mengurangi tindak pidana kejahatan dan mencegah perbuatan-perbuatan yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. 9 Namun menurut Ma’rifat, bukan masalah setuju atau tidak hukuman potong tangan diberlakukan di Indonesia, akan tetapi kita harus melihat ada atau tidaknya undang-undang yang menetapkan hukuman potong tangan. Apabila undang-undang potong tangan tersebut ada, ia menyatakan setuju, sebaliknya jika undang-undang tersebut tidak ada, maka harus dibuatkan terlebih dahulu undang-undang tentang potong tangan. 10 Hukuman potong tangan jika diberlakukan di Indonesia menurut ketiga ulama Muhammmadiyahtidaklah bertentangan dengan ideologi negara, UUD dan KUHP. Menurut ketiganya, dalam Pancasila yaitu pada sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” terdapat nilai-nilai agama yang sangat mendukung dalam kehidupan bernegara, bahkan dalam pembentukan hukum nasional sendiri harus mengacu pada hukum Islam. Begitupun di dalam KUHP, hukuman potong tangan tidaklah bertentangan. Karena di dalam KUHP, hukuman untuk tindak pidana kejahatan kurang adanya penegasan, karena KUHP dianggap sangat multi tafsir. 11 Namun dalam hal ini Ma’rifat 9 Wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta. 10 Wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta. 11 Wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta, wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta. 51 menegaskan, setiap hukuman itu harus ada undang-undang yang berlaku agar semuanya menjadi lebih jelas dalam pelaksanaannya. 12 Indonesia adalah negara hukum, di mana semua perkara yang berkaitan dengan hukum haruslah diserahkan kepada yang berwenang. Ketiga ulama tersebut Ma’rifat, Fahmi dan Risman menyatakan bahwa yang berhak menjatuhkan hukuman potong tangan adalah pemerintah melalui lembaga kehakiman, dan tentunya harus berdasarkan undang-undang yang berlaku. 13 Cara pemberlakuan hukuman potong tangan, ketiga ulama sepakat bahwa hukuman tersebut harus melalui lembaga peradilan. Lembaga peradilanlah yang berhak mengadili, dan tentunya harus sesuai dengan apa yang telah diperbuat oleh si pelaku. 14 Dalam penjatuhan hukuman, tidaklah melihat hukuman tersebut berat atau tidaknya. Dalam hal ini, hukuman potong tangan bukanlah termasuk hukuman pribadi, tetapi termasuk hukum publik. Menurut Fahmi dan Risman, hukuman tersebut tidaklah berat, berat bagi pelaku kriminal karena dia yang akan merasakan mudaratnya. Menurut keduanya, hukuman potong tangan bukanlah hukuman yang berat dibandingkan hukuman penjara yang kebanyakan tidak menimbulkan efek jera terhadap pelaku kriminal. Hukuman potong tangan membawa kemaslahatan.Salah satunya ialah efek jera dan mencegah dari tindakan kejahatan selanjutnya, dan hukuman potong tangan 12 Wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta. 13 Wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta, wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta. 14 Wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta, wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta. 52 ini sifatnya dapat menghilangkan anggota badan. 15 Hal ini sejalan dengan pendapat Ma’rifat, menurutnya, berat atau tidaknya hukuman itu bukanlah persoalan, karena semua hukuman itu sifatnya memberikan efek jera. 16 Mengenai perlindungan terhadap pelaku yang dijatuhi hukuman potong tangan, menurut Fahmi dan Risman, orang tersebut berhak mendapatkan perlindungan dan perlakuan yang adil. Begitupun terhadap si pelaku yang dijatuhi hukuman potong tangan, mereka semua berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah. 17 Begitupun dengan Ma’rifat, menurutnya juga setiap orang berhak mendapatkan perlindungan. Karena bagaimana pun juga pelaku tersebut adalah warga negara yang berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah. 18 Indonesia adalah negara yang penduduknya beragama Islam. Di samping itu, ada juga agama lain yang diakui kedudukannya. Hukuman potong tangan adalah salah satu hukuman hudud dalam syariat Islam. Jika hukuman potong tangan telah diadopsi menjadi hukum negara,maka hukuman tersebut mengikat bagi siapa saja yang ada di dalamnya. Begitupun menurut Ma’rifat dan Risman, hukuman potong tangan akan tetap berlaku untuk siapa saja, baik orang muslim maupun non muslim. Karena hukum pidana itu menyangkut hukum publik. Jadi, bagi siapa saja yang berada dalam wilayah 15 Wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta. 16 Wawancara dengan Ma’rifat Imandi Jakarta. 17 Wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta 18 Wawancara dengan Ma’rifat Imandi Jakarta. 53 tertentu,mereka akan terikat oleh hukum yang telah disepakati. 19 Namun dalam hal ini, Fahmi lebih menekankan hukuman potong tangan kepada orang muslim, karena hukuman potong tangan ini merupakan ajaran bagi orang muslim. 20 Karena Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim, maka menurut ketiga ulama Muhammadiyah, ada kemungkinan hukuman potong tangan dapat diberlakukan di daerah tertentu seperti Aceh. 21 Hukum potong tangan bisa diberlakukan di daerah Aceh, sesuai dengan UU No 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam 22 yang telah diberikan kebebasan dalam melaksanakan peraturan daerahnya sendiri. Untuk menghindari kekeliruan dalam pelaksanaan hukuman potong tangan, menurut ketiga ulama Muhammadiyah perlu adanya penafsiran kembali tentang hukuman potong tangan, meskipun di daerah Aceh. Hal ini dilakukan untuk lebih mempertegas pelaksaan hukuman tersebut. Karena tidak semua kejahatan pencurian dapat di hukum potong tangan, dan hukuman tersebut bisa disesuaikan dengan kondisi yang terjadi. 23 Menurut ketiga ulama Muhammadiyah juga, hukuman potong tangan tidak bisa diganti dengan hukuman lain seperti penjara. Karena hukuman 19 Wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta, wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta. 20 Wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta. 21 Wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta, wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta. 22 UU No 18 Tahun 2001 Tentang OTSUSNAD 23 Wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta, wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta. 54 penjara tidak terlalu memberikan efek jera kepada pelaku, bahkan hukuman penjara dianggap membebani pengeluaran negara untuk menghidupi banyak orang di dalam penjara. 24 Setiap hukuman tentu akan ada hikmah dan tujuannya, begitupun hukuman potong tangan yang merupakan hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Menurut ketiganya, hikmah dan tujuan dari hukuman potong tangan ialah untuk kemaslahatan masyarakat, agar masyarakat merasa tentram dan terlindungi dari tindak kejahatan, dan dapat meringankan dosa si pelaku kelak di akhirat nanti. 25

B. Pandangan Ulama NU Tentang Hukuman Potong Tangan dan

Pemberlakuannnya di Indonesia Seperti halnya ulama Muhammadiyah, ulama NU pun mempunyai pandangan tersendiri mengenai hukuman potong tangan dan pemberlakuannya di Indonesia.Masdar Fuadi Mas’ud Rois Suriah Nahdlatul Ulama berpendapat, hukuman potong tangan adalah hukuman untuk tindak pidana pencurian yang telah diatur dalam Qs. Al-Maidah ayat 38 yaitu pada kalimat امهيدْيأ اْوعطْقاف yang diartikan potonglah tangan keduanya, memotong tangan keduanya yaitu memotong potensi untuk mengambil atau mencuri kepunyaan orang lain agar pencuri merasa jera, sehingga orang tersebut tidak lagi perlu untuk mengambil kepunyaan orang lain secara tidak sah. 24 Wawancara dengan Ma’rifat Iman di Jakarta, wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta. 25 Wawancara dengan Ma ’rifat Iman di Jakarta, wawancara dengan Risman Muchtar di Jakarta, wawancara dengan Fahmi Salim di Jakarta. 55 Menurutnya, hukuman tersebut merupakan hukuman preventif agar pelaku dan orang-orang yang akan melakukan hal yang sama merasa takut dan tidak akan melakukan hal yang serupa. 26 Sependapat dengan pemikiran di atas,Muhammad Cholil Nafis Wakil Ketua Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama berpendapat, hukuman potong tangan adalah langkah untuk memberikan rasa takut atau efek jera dan membuat orang antisipasi untuk tidak melakukan kejahatan pencurian. Menurutnya, hukuman itu bukan untuk menyakiti, tetapi hukuman itu bersifat preventif atau pencegahan. 27 Dengan adanya hukuman potong tangan tersebut, membuat si pelaku atau calon pelaku kejahatan akan ketakutan untuk melakukan hal yang diancamkan dengan hukuman potong tangan tersebut. Arwani Faisal Wakil Lajnah Bahtsaul Masail Nahdlatul Ulamajuga berpendapat, hukuman potong tangan itu adalah hukuman yang jelas sharih, dan hukuman potong tangan itu ialah memotong tangan mulai dari jari sampai siku. Menurutnya lafad Qat’uFaqta’u itu tidak mutlak harus memotong tangan, tetapi bisa juga diartikan memutus atau menutup perbuatan jahat tersebut, dan hukuman potong tangan itu adalah hukuman yang efektif untuk tindak pidana pencurian. Pencurian yang dijatuhi hukuman potong tangan dalam hal ini terdapat tiga klasifikasi pencurian, pertama, pencurian karena profesi atau pekerjaan. Untuk pencurian ini, maka si pelaku mutlak dijatuhi hukuman potong tangan. Kedua, pencurian karena kebiasaan atau karena ada 26 Wawancara dengan Masdar Fuadi Mas’ud, pada 19 Desember 2014 di Jakarta. 27 Wawancara dengan Cholil Nafis padal 03 Desember 2014 di Jakarta. 56 kesempatan, pencurian seperti ini juga harus dipotong tangan. Ketiga, pencurian sesekali atau karena ada faktor yang mendesak, untuk pencurian yang ketiga ini hukuman bisa diringankan, karena pada masa Umar ra, ketika terjadi pencurian karena faktor mendesak, maka pelaku tersebut hanya mendapat hukuman pukulan dengan pelepah kurma. 28 Mengenai pernah atau tidaknya hukuman potong tangan diberlakukan di Indonesia, ketiga ulama NU di atas menyatakan bahwa sejauh ini hukuman potong tangan belum pernah diberlakukan di Indonesia, karena hukum Islam belum pernah menguasai hukum di Indonesia, dan Indonesia bukan lah negara Islam tetapi negara yang berdasarkan kesatuan. 29 Untuk pemberlakuan hukuman potong tangan di Indonesia, Masdar menyetujui jika hukuman potong tangan diberlakukan, apalagi untuk tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Namun jika hanya mencuri dan barang yang dicuri tidak mencapai nisab yang ditentukan, maka itu harus dilakukan peninjauan kembali. Menurutnya juga, hukuman potong tangan dianggap sangat tepat dan tidak terlalu membuang biaya dibandingkan dengan pidana penjara. 30 Begitupun dengan Cholil, yang menyetujui jika hukuman potong tangan diberlakukan di Indonesia,karena menurutnya hukuman tersebut dapat memberikan efek jera terhadap si pelaku. 31 Namun tidak dengan Arwani, Arwani menyatakan tidak setuju. Karena menurutnya, jika hukuman potong tangan diberlakukan di Indonesia itu akan menimbulkan mafsadat yang 28 Wawancara dengan Arwani Faisal, pada 11 Desember 2014 di Jakarta. 29 Wawancara dengan Masdar Fuadi Mas’ud di Jakarta, wawancara dengan Cholil Nafis di Jakarta, wawancara dengan Arwani Faisal di Jakarta. 30 Wawancara dengan Masdar Fua di Mas’ud di Jakarta. 31 Wawancara dengan Cholil Nafisdi Jakarta. 57 sangat besar, dan apabila hukuman potong tangan diberlakukan di Indonesia tentu itu akan memakan waktu yang sangat lama untuk mensosialisasikannya ke masyarakat. 32 Menurut ketiga ulama NU di atas, hukuman itu tidak ada yang bertentangan, baik dengan ideologi negara, maupun dengan UUD. Karena pada prinsipnya hukuman itu bagaimana membuat si pelaku jera dan orang lain merasa takut untuk melakukan kejahatan. Begitupun dengan KUHP, hukuman potong tangan tidaklah bertentangan. Karena hukuman yang terdapat di dalam KUHP itu bersifat sementara yaitu hanya penjara dan denda saja, sedangkan kebanyakan para pelaku tidak merasa takut dan jera dengan hukuman penjara. 33 Untuk pelaksanaan hukuman potong tangan tersebut, tentunya harus ada pihak-pihak yang berwenang untuk menjatuhkan hukuman tersebut. Dalam hal ini ketiga ulama NU di atas menyatakan bahwa yang berhak untuk menjatuhkan hukuman potong tangan adalah pemerintah yaitu hakim, karena memang hakim lah yang mempunyai wewenang dalam menjatuhkan setiap perkara. Namun, tentunya hal tersebut harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 34 Mengenai cara pemberlakuanhukuman potong tangan, ketiga ulama NU di atas menyatakan haruslah melalui lembaga peradilan. Karena lembaga peradilanlah yang akan memproses setiap perkara, dan hukuman itu bukan 32 Wawancara dengan Arwani Faisal di Jakarta. 33 Wawancara dengan Masdar Fuadi Mas’ud di Jakarta, wawancara dengan Cholil Nafis di Jakarta, wawancara dengan Arwani Faisal di Jakarta. 34 Wawancara dengan Masdar Fuadi Mas’ud di Jakarta, wawancara dengan Cholil Nafis di Jakarta, wawancara dengan Arwani Faisal di Jakarta.