yang baik di masa nanti. Di samping itu, dalam perspektif konstitusi terdapat keseimbangan mengenai hubungan negara, hukum, dan agama. Agama
sebagai komponen pertama berada pada posisi lingkaran yang terdalam, terbukti prinsip ketuhanan menjadi sila yang pertama dalam Pancasila.
21
C. Hukum Islam dalam Undang-Undang Indonesia
Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karena ia merupakan bagian dari agama Islam yang universal sifatnya. Sebagaimana
halnya dengan agama Islam yang universal sifat-sifatnya itu. Hukum Islam berlaku bagi orang Islam dimana pun ia berada, apapun nasionalitasnya.
Agama Islam misalnya, adalah agama yang mengandung hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam
masyarakat. Dalam pembangunan hukum nasional di negara yang mayoritas penduduknya beragam Islam seperti Indonesia, unsur hukum agama harus
benar-benar diperhatikan. Tentang kedudukan hukum Islam dalam pembangunan hukum nasional, menurut Menteri Kehakiman Ali Said 1981-
1983 pada upacara pembukaan Simposium Pembaruan Hukum Perdata Nasional di Yogyakarta tanggal 21 Desember 1981, di samping hukum adat
dan hukum eks-Barat, hukum Islam merupakan salah satu komponen tata hukum Indonesia, menjadi salah satu sumber bahan baku bagi pembentukan
hukum nasional.
22
21
Al- Yasa’ Abu Bakar, Syariat Islam di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan, Aceh: Dinas Syariat Islam, 2005, h. 84.
22
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 266-268.
Hukum Islam amat pantas menjadi sumber pembentukan hukum nasional, karena dinilai mampu mendasari dan mengarahkan dinamika
masyarakat Indonesia dalam mencapai cita-citanya. Hukum Islam mengandung dua dimensi, yakni: pertama, dimensi yang berakar pada nash
qat ’i, yang bersifat universal, berlaku sepanjang zaman, kedua, dimensi yang
berakar pada nash zanni, yang merupakan wilayah ijtihadi dan memberikan kemungkinan epistemologis hukum bahwa setiap wilayah yang dihuni oleh
umat Islam dapat menerapkan hukum Islam secara beragam, lantaran faktor sosiologis, situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Upaya membentuk hukum positif dengan bersumberkan hukum Islam, sebenarnya telah berlangsung lama di Indonesia, namun masih bersifat
parsial, yaitu: tentang perkawinan, kewarisan, perwakafan, penyelenggaraan haji, dan pengelolaan zakat. Untuk mengupayakan pembentukan hukum
positif bersumberkan hukum Islam yang lebih luas dan selaras dengan tuntutan perkembangan zaman diperlukan perjuangan gigih yang
berkesinambungan, perencanaan dan pengorganisasian yang baik, serta komitmen yang tinggi dari segenap pihak yang berkompeten.
23
Karena Indonesia adalah mayoritas penduduk beragama Islam maka perlunya dibentuk perundang-undangan yang berdasarkan asas-asas Islam,
dimana undang-undang tersebut memiliki tempat yang diakui oleh masyarakat, seperti Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 Tentang
23
M. Sularno, “Syariat Islam dan Upaya Pembentukan Hukum Positif di Indonesia”, Al-
Mawardi, XVI, 2006, h. 211-212.
Penyelenggaraan Ibadah Haji
24
yang merupakan perubahan atas Undang- Undang No. 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Undang-
Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
25
merupakan perubahan atas Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat, Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah,
26
dan Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.
27
Baik dalam Undang-Undang tersebut diatas atau dalam Kompilasi Hukum Islam, terdapat eksistensi hukum Islam di Indonesia. Karena dilihat
banyaknya hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam menangani sesuatu yang khusus terutama masalah hukum perdata Islam, maka
pemerintah perlu membuat undang-undang tersebut. Kompilasi hukum Islam sendiri merupakan kumpulan dari hukum-hukum Islam. Dengan demikian,
keberadaan hukum Islam di Indonesia ikut mewarnai berlakunya hukum positif di Indonesia.
D. Hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam
Aceh adalah salah satu daerah dalam wilayah Republik Indonesia yang memiliki keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Legitimasi ini diberikan oleh pemerintah pusat untuk memenuhi harapan masyarakat Aceh yang menginginkan daerah ini berlaku hukum syariat
sebagaimana dahulu kala di masa kesultanan Aceh. Akhirnya pemerintah
24
Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
25
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
26
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
27
Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.
pusat menyetujui dengan membuat UU No. 44 tahun 1999 yang antara lain mengatur tentang syariat Islam di Aceh. Selanjutnya untuk mengatur tentang
pelaksanaan syariat Islam tersebut, dibuatlah Perda No. 5 tahun 2000. Perda No. 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam
menyatakan bahwa seluruh aspek syariat akan diterapkan, termasuk yang berhubungan dengan
„aqidah, ibadah, transaksi ekonomi, akhlak, pendidikan dan dakwah agama; baitu al-mal; kemasyarakatan, termasuk cara berbusana
bagi Muslim; perayaan hari raya Muslim; pembelaan Islam; struktur peradilan, peradilan pidana dan warisan, membentuk wilayatu al-hisbah
WH sebagai badan pengawasan dan penegakan syariat, tetapi tidak ada perincian mengenai bagaimana ia berfungsi.
UU No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam selanjutnya UU
PNAD membawa perkembangan baru di Aceh dalam sistem peradilan. Pasal 25
– 26 UU PNAD mengatur mengenai Mahkamah Syar’iyah NAD yang merupakan peradilan syariat Islam sebagai bagian dari sistem peradilan
nasional. Mahkamah Syar’iyah adalah lembaga peradilan yang bebas dari
pengaruh pihak manapun dalam wilayah PNAD yang berlaku untuk pemeluk agama Islam.
Selain undang-undang ini masih ada beberapa undang-undang yang lain tentang pemberlakuan syariat Islam di Aceh, termasuk yang terakhir
sekali disahkan yaitu UU No. 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh. Dalam pasal 125 ayat 1 undang-undang ini diatur bahwa syariat Islam yang