I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Adanya kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh
pada konsumsi wisatawan. Pengeluaran wisatawan tertuju ke berbagai industri dan jasa lainnya selama wisatawan berkunjung ke daerah wisata tertentu.
Dampaknya akan terlihat pada nilai belanja pengeluaran wisatawan, sehingga akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan, dan penerimaan devisa
bagi daerah tujuan wisatawan. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi industri yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pembangunan lain.
Pengembangan pariwisata perlu dilanjutkan dan ditingkatkan melalui perluasan, pemanfaatan sumber, dan potensi pariwisata nasional, sehingga
diharapkan mampu mendorong dan menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya Heriawan, 2002. Sektor pariwisata yang salah satunya terbentuk melalui sektor
hotel dan restoran, secara signifikan memiliki kontribusi yang positif terhadap penerimaan devisa negara. Seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1, apabila
dibandingkan dengan komoditas yang lain, total penerimaan devisa komoditas pariwisata pada tahun 2004 menempati posisi kedua terbesar setelah minyak dan
gas bumi, yaitu masing-masing sebesar US 15,587 miliar dan US 4,797 miliar . Pada tahun 2009, komoditas pariwisata menempati peringkat ketiga terbesar
setelah komoditas minyak dan gas bumi dan minyak sawit, dengan sumbangan
devisa masing-masing sebesar US 19,018 miliar, US 10,367 miliar dan US 6,298 miliar BPS Pusat, 2010.
Tabel 1.1. Rangking Devisa Pariwisata Terhadap Komoditas Ekspor Lainnya Tahun 2004 dan 2009.
Rank 2004 2009
Jenis komoditi Nilai juta US
Jenis komoditi Nilai juta US
1 Minyak gas
bumi 15.587,50
Minyak gas bumi
19.018,30 2
Pariwisata 4.797,88
Minyak kelapa sawit
10.367,62 3 Pakaian
jadi 4.271,65 Pariwisata 6.298,02
4 Alat listrik
3.406,91 Pakaian jadi
5.735,60 5 Tekstil
3.301,55 Karet olahan 4.870,68
6 Minyak kelapa
sawit 3.233,22 Alat
listrik 4.580,18
7 Kayu olahan
3.136,69 Tekstil 3.602,78
8 Karet olahan
2.853,52 Kertas dan
barang dari kertas
3.405,01 9 Kertas
dan barang dari kertas
2.227,83 Makanan olahan 2.960,32
10 Bahan kimia
1.799,56 Kayu olahan
2.275,32 11
Makanan olahan 1.407,17
Bahan kimia 2.155,41
Sumber: BPS Pusat, 2010.
Peranan pariwisata dalam penerimaan devisa dan pembentukan Produk Domestik Bruto PDB mengindikasikan bahwa kegiatan kepariwisataan mampu
menjadi salah satu kekuatan pembangunan yang dapat diandalkan dan tetap bertahan, sehingga kebijaksanaan pembangunan dapat lebih diarahkan pada
peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan. Seperti yang ditujukan pada Tabel 1.2, bahwa sektor pariwisata dalam hal ini usaha perhotelan dan restoran yang
tergabung dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan PDB. Sejak tahun 2005 hingga 2007, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran merupakan penyumbang PDB terbesar kedua
setelah sektor industri pengolahan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 BPS Pusat, 2010.
Tabel 1.2. Produk Domestik Bruto Indonesia 2005 – 2007.
Sektor Atas Dasar Harga Berlaku
Triliun Rupiah Atas Dasar Harga Konstan
2000 Triliun Rupiah 2005
2006 2007
2005 2006
2007
Pertanian 363,9 430,5
417,0 253,7
261,3 213,2
Pertambangan dan Hasilnya
308,3 354,6
301,7 165,1
168,7 129,6 Industri Pengolahan
771,7 936,4
798,0 491,4
514,2 401,4
Listrik, Gas, dan Air Bersih
26,7 30,4
25,5 11,6
12,3 10,0 Bangunan 195,8
249,1 218,3
103,5 112,8
90,1
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran 430,2
496,3 426,3
293,9 311,9 249
Pengangkutan dan Komunikasi
181,0 230,9
189,6 109,5
124,4 102,5 Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan
230,6 271,5
229,4 161,4
170,5 136,6 Jasa – jasa
276,8 338,4
295,2 160,6
170,6 135,3 PDB 2.785,0
3,338,2 295,2
1.750,7 1.846,7
1.467,6 PDB TANPA
MIGAS 2.468,0
2.976,0 2.617,8
1.605,2 1.703,1 1.360,5
Sumber: BPS Pusat, 2010.
Kota Yogyakarta sebagai salah satu daerah tujuan wisata dengan citranya sebagai pusat budaya, dalam mendorong pembangunan ekonominya berusaha
mengembangkan potensi kewilayahan yang dimiliki. Kota Yogyakarta yang terkenal dengan wisatanya, khususnya wisata budaya, wisata alam, bahkan
sebagai tempat tujuan wisata belanja dan wisata kuliner, potensi wisata tersebut secara langsung maupun tak langsung berpengaruh terhadap perekonomian
wilayahnya. Dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, strategi yang paling
efektif dilakukan adalah mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang memiliki
peranan dominan terhadap perekonomian di wilayah bersangkutan. Salah satu potensi ekonomi yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta adalah sektor pariwisata.
Pengembangan dan pemanfaatan sektor pariwisata ini sangat diharapkan mampu mengembangkan perekonomian Kota Yogyakarta melalui pengaruhnya terhadap
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Tabel 1.3. Sektor–Sektor Penyumbang PDRB Kota Yogyakarta Tahun 2006-
2008.
Sektor Atas Dasar Harga Berlaku
Juta Rupiah Atas Dasar Harga Konstan 2000
Juta Rupiah 2006 2007 2008 2006 2007 2008
Pertanian 28.772 28.751 29.893 21.351 19.209 18.140
Pertambangan dan
Penggalian 451
497 506
270 279
258 Industri
Pengolahan 797.702
866.747 964.476 529.450 539.154 543.050 Listrik, Gas,
Air Bersih 145.225 158.783 183.821 60.741 64.197 65.488
Bangunan 623.423 740.368 854.814 362.187 390.323 412.972
Perdagangan 483.746 536.209 598.579 346.306 357.251 368.169 Hotel
240.439 274.766 361.416 134.412 144.342 172.001
Restoran 991.765 1.097.324 1.245.221 665.365
686.559 712.855 Pengangkutan
dan Komunikasi
1.393.144 1.508.399
1.684.221 862.341
910.568 984.783
Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan
1.107.768 1.269.579
1.502.387 607.748
651.968 696.816
Jasa – jasa 1.920.294
2.118.045 2.381.480
982.333 1.012.551
1.046.615 PDRB
7.732.639 8.599.468 9.806.813 4.572.504 4.776.401 5.021.149
Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009.
PDRB merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan khususnya dalam
bidang perekonomian dan bahan evaluasi pembangunan ekonomi regional BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009. Tabel 1.3 menunjukkan bahwa
sektor hotel memiliki kontribusi terhadap PDRB yang cenderung meningkat dari tahun 2006-2008 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Pertumbuhan sektor hotel dapat dilihat melalui kontribusinya terhadap PDRB yang terus meningkat. Berdasarkan harga konstan tahun 2000, pada tahun
2006, nilai PDRB sektor hotel mencapai Rp 134,412 miliar, kemudian meningkat menjadi Rp 144,342 miliar pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2008 nilai
PDRB sektor hotel meningkat mencapai Rp 172,001 miliar. Sektor hotel menempati peringkat ke delapan sebagai penyumbang PDRB terbesar Kota
Yogyakarta. Berdasarkan harga berlaku, pada tahun 2006, nilai PDRB sektor hotel mencapai Rp 240,439 miliar, kemudian meningkat menjadi Rp 274,766
miliar pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2008 nilai PDRB sektor hotel meningkat mencapai Rp 361,416 miliar.
Semakin berkembangnya citra Kota Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata, membuat kunjungan wisatawan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2005 wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta mencapai 1.070.937 orang. Pada tahun 2007 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota
Yogyakarta meningkat, yaitu mencapai 1.249.421 orang. Selanjutnya pada tahun 2009 kembali meningkat dengan jumlah wisatawan mencapai 1.426.057 orang.
Kondisi tersebut berpengaruh terhadap sektor hotel yang merupakan penyedia jasa akomodasi wisata. Pada tahun 2005 terdapat 323 hotel, kemudian pada tahun
2006 jumlahnya bertambah menjadi 336 hotel. Selanjutnya pada tahun 2008 jumlahnya kembali meningkat menjadi 340 hotel. Kondisi tersebut menyebabkan
terjadinya peningkatan tenaga kerja yang terserap pada sektor hotel. Pada tahun 2005 jumlah tenagakerja yang terserap pada sektor hotel mencapai 4.283 orang.
Pada tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 4.284 orang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, 2009.
Seiring dengan berkembangnya industri pariwisata Kota Yogyakarta, usaha perhotelan sebagai pendukung kegiatan pariwisata telah mampu
memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Kota Yogyakarta tidak hanya melalui peningkatan PDRB tetapi juga melalui peningkatan PAD yang
merupakan sumber pembiayaan daerah untuk melaksanakan pembangunan. Pembangunan dapat dilaksanakan jika pendapatan daerah yang digunakan untuk
membiayai pembangunan tersedia dengan memadai. Salah satu sumber pembiayaan daerah yang berasal dari PAD adalah komponen pajak dan retribusi
daerah, yang salah satunya adalah pajak hotel. Pajak hotel memberikan hasil yang cukup besar karena didasarkan presentase tertentu uang masuk 10 atau 15 di
daerah pariwisata. Dalam usaha menopang eksistensi otonomi daerah yang maju, sejahtera,
mandiri, dan berkeadilan, Kota Yogyakarta dihadapkan pada suatu tantangan dalam mempersiapkan strategi dalam perencanaan pembangunan yang akan
diambil. Kota Yogyakarta dengan keterbatasan sumberdaya alam yang ada mempunyai sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan. Pariwisata yang
merupakan salah satu andalan Kota Yogyakarta telah memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor hotel merupakan sektor potensial di Kota Yogyakarta, sehingga dengan adanya potensi tersebut diharapkan kontribusi yang diberikan oleh sektor hotel
dapat memacu pembangunan ekonomi di Kota Yogyakarta pada khususnya dan Propinsi DIY pada umumnya.
1.2. Perumusan Masalah