Analisis laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci periode 2005-2009

(1)

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING

SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI

PERIODE 2005-2009

OLEH

IRMA NURDIANTI H14070060

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

 


(2)

RINGKASAN

 

IRMA NURDIANTI. Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009 (dibimbing oleh Fifi Diana Thamrin).

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk menciptakan kesejahteraan. Umumnya pembangunan ekonomi dipusatkan melalui pertumbuhan ekonomi. Setiap daerah diberikan kesempatan untuk meningkatan kinerja daerahnya sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Tujuan pembangunan dalam kebijakan daerah adalah untuk mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah serta antar masyarakat, memberdayakan masyarakat, mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan daerah, mempertahankan atau menjaga sumber daya alam agar bermanfaat, serta untuk tercapainya kemandirian daerah. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh nilai PDRB dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan daerah. PDRB dikategorikan dalam berbagai sektor perekonomian. Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari peranan setiap sektor-sektor perekonomian tersebut.

Selama periode 2005-2009 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci cenderung meningkat, namun sempat mengalami penurunan dari 5,89 persen pada tahun 2007 menjadi 5,86 persen pada tahun 2008 dan kemudian meningkat kembali pada tahun 2009 sebesar 5,88 persen. Penurunan tersebut tidak begitu signifikan sehingga tidak berpengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Kerinci. Disisi laini, Kabupaten Kerinci memiliki keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Permasalahan lain yang dihadapi Kabupaten Kerinci adalah masalah kesempatan kerja yang masih rendah sehingga banyak dari masyarakat Kabupaten Kerinci yang mencari kerja di luar Kabupaten Kerinci, kemudian masalah kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan Kabupaten Kerinci kurang tepat dalam memilih atau menentukan sektor yang menjadi sektor unggulan di daerahnya.

Dengan demikian, Penelitian ini bertujuan menganalisis sektor-sektor perekonomian yang merupakan sektor basis di Kabupaten Kerinci, serta menganalisis laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci periode 2005-2009. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location

Quotient dan metode Shift Share dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Kerinci

dan Provinsi Jambi menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan 2000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode 2005-2009, secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci terus mengalami peningkatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut terlihat dari nilai PDRB Kabupaten Kerinci yang meningkat pada periode tersebut. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis di daerah Kabupaten Kerinci adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Kedua


(3)

sektor ini memiliki keunggulan kompetitif. Sektor pertanian memiliki keunggulan kompetitif pada subsektor perkebunan, sedangkan sektor jasa-jasa pada subsektor jasa pemerintahan umum serta hiburan dan rekreasi. Terdapat empat sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci yang memiliki laju pertumbuhan cepat yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sedangkan sektor-sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan lambat. Sektor perekonomian yang paling cepat laju pertumbuhannya adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 terhadap Provinsi secara keseluruhan memiliki daya saing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi. Terdapat satu sektor yang memiliki daya saing yang tinggi yaitu sektor industri pengolahan. Sektor ini memiliki daya saing yang tinggi karena industri-industri di Kabupaten Kerinci didominasi oleh hasil pertanian yang merupakan sektor basis di Kabupaten Kerinci. Pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 secara keseluruhan tergolong kelompok sektor yang tidak progressive. Hanya terdapat satu sektor yang progressive (maju) yaitu sektor bangunan. Hal ini didukung oleh salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Kerinci yaitu percepatan pembangunan infrastruktur.

Berdasarkan hasil penelitian daya saing sektor pertanian di Kabupaten Kerinci rendah, oleh karena itu pemerintah Kabupaten Kerinci diharapkan dapat meningkatkan kinerja sektor pertanian khususnya pada subsektor perkebunan. Pemerintah daerah juga harus lebih perhatian terhadap sektor jasa-jasa karena sektor jasa-jasa ini merupakan salah satu sektor basis di Kabupaten Kerinci, namun ternyata memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan daya saing yang rendah. Selanjutnya, pemerintah daerah perlu melakukan pengembangan yang lebih baik lagi terhadap sektor industri pengolahan karena sektor ini memiliki daya saing tinggi, sehingga apabila pemerintah dapat mengembangkan sektor industri pengolahan dengan baik dengan mengembangkan sektor industri rumahan atau kecil menjadi industri-industri besar diharapkan dapat menyumbangkan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Kerinci, dan dapat menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci secara keseluruhan serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyaraka daerahnya. Pemerintah juga perlu melakukan pengembangan terhadap sektor bangunan karena sektor bangunan di Kabupaten Kerinci merupakan satu-satunya sektor yang progressive dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dan disarankan agar dapat menjadikan sektor bangunan sebagai sektor unggulan yang akan diprioritaskan dalam kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Kerinci selanjutnya.


(4)

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING

SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI

PERIODE 2005-2009

Oleh

IRMA NURDIANTI H14070060

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009

Nama : Irma Nurdianti

NIM : H14070060

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Fifi Diana Thamrin, M.Si. NIP. 19730424 200604 2 006

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2011

Irma Nurdianti H14070060


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Irma Nurdianti lahir pada tanggal 15 Februari 1989 di Bogor. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Nurdin dan Suryati. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari Taman Kanak-Kanak di TK An-Ni'mah, lalu menamatkan sekolah dasarnya di SD Negeri Ciomas 01, dan melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan sekolah menengah atasnya di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif diberbagai kepanitian kegiatan yang diselenggarakan di kampus.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Skripsi ini berjudul “Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009”. Setiap daerah diberikan kesempatan untuk meningkatan kinerja daerahnya sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Kabupaten Kerinci. Selain itu, skripsi ini juga disusun sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

  Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Fifi Diana Thamrin, M.Si., yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. M.P. Hutagaol yang telah menguji hasil penelitian ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ranti Wilasih, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada Seminar Hasil Penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih kepada mereka. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Nurdin dan Ibu Suryati serta saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kemudian penulis pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Ilmu Ekonomi 44 dan para staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah


(9)

membantu. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2011

Irma Nurdianti

H14070060


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ...       i 

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

      PENDAHULUAN ...      1 

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5 

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Teori Basis Ekonomi ... 7

2.2. Teori Pertumbuhan Rostow ... 8

2.3. Prinsip Dasar Pembangunan Daerah ... 11

2.4. Konsep Daya Saing Wilayah dan Pengembangan Wilayah... 13

2.5. Kegunaan, Keunggulan, dan Kelemahan Analisis Analisis ... 14

2.5.1. Analisis Location Quotient ... 14

2.5.2. Analisis Shift Share ... 16

2.6. Penelitian Terdahulu ... 19

2.7. Kerangka Pemikiran ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.3. Metode Analisis Data ... 24

3.3.1. Analisis Location Quotient ... 24

3.3.2. Analisis Shift Share ... 26

3.4. Definisi Operasional ... 34

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto ... 34

3.4.2. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis ... 34


(11)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 36

4.1. Geografi dan Wilayah Administrasi ... 36

4.2. Kependudukan ... 38

4.3. Pendidikan ... 39

4.4. Ketenagakerjaan ... 40

4.5. Kesehatan ... 42

4.6. Rencana Pembangunan Kabupaten Kerinci ... 43 

4.6.1. Visi ... 43

4.6.2. Misi ... 45 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1. Analisis Sektor Basis di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 47

5.2. Analisis Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 49

5.3. Analisis Perubahan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 ... 52

5.4. Analisis Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 ... 55

5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 57

5.6. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009 ... 63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1. Kesimpulan ... 67

6.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun

2005-2009 (Persen)... 3 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi

Menurut Kecamatan Tahun 2009………. 37 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan

Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……... 38 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan

Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……….. 40 4.4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……… 41 4.5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun

2000, 2005 dan 2009………... 43 5.1. Analisis Location Quotient Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009………. 47 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009……….. 50 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009……….. 53 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi Tahun 2005-2009

(Nilai Ra, Ri dan ri)……….. 55 5.5. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Kerinci Tahun

2005-2009………. 57 5.6. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) di Kabupaten Kerinci

Tahun 2005-2009……….. 59

5.7. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di Kabupaten

Kerinci Tahun 2005-2009………. 62

5.8. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Model Analisis Shift Share……….. 17

2.2. Kerangka Pemikiran……… 23

3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian………...… 32 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 …………... 73 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ... 76 3. Contoh Perhitungan Analisis Location Quotient ... 79 4. Contoh Perhitungan Analisis Shift Share ... 80


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan pembangunan mencerminkan suatu proses perbaikan dari suatu masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan untuk bergerak maju menuju suatu kondisi yang lebih baik. Umumnya pembangunan negara-negara sedang berkembang dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan mengharapkan adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan struktur ekonomi dan perubahan kelembagaan, namun proses pembangunan tidak mudah karena diperlukan waktu yang panjang.

Pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja suatu daerah. Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam memenuhi kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sasaran pembangunan nasional secara efisien dan efektif harus dilakukan dengan perencanaan koordinasi dan keterpaduan antar sektor pembangunan yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Umumnya tujuan pembangunan dalam kebijakan daerah adalah mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah maupun antar masyarakat, memberdayakan masyarakat, mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan


(16)

pendapatan dan kesejahteraan daerah, menjaga sumber daya alam agar bermanfaat, serta agar tercapainya kemandirian daerah.

Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan daerah, ini dapat ditunjukkan oleh nilai PDRB. PDRB dikategorikan dalam berbagai sektor perekonomian. Pertumbuhan PDRB tidak lepas dari peran setiap sektor-sektor ekonomi tersebut, besar kecilnya kontribusi pendapatan setiap sektor perekonomian merupakan hasil perencanaan secara sektoral yang dilaksanakan oleh daerah.

Permasalahan utama suatu daerah dalam pelaksanaan pembangunan adalah kurang mampunya pemerintah daerah melaksanakan strategi perencanaan yang matang dan kurang telitinya melihat potensi daerah tersebut. Upaya dalam peningkatan pembangunan ekonomi adalah perlu penetapan sektor unggulan sebagai sektor basis daerah yang kemudian akan menjadi titik pertumbuhan daerah serta melihat bagaimana laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian, dengan demikian diharapkan akan tumbuh dan berkembang daerah-daerah sebagai pusat pertumbuhan nasional sehingga pada akhirnya daerah akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Kabupaten Kerinci memiliki potensi sumber daya yang beragam untuk dapat dikembangkan yang tentunya akan dikelola sesuai dengan ketersediaan dan faktor-faktor yang dimiliki. Pemanfaatan dan pengembangan sumber daya dengan baik secara tidak langsung akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci dari tahun 2005-2009 dapat dilihat sebagai berikut :


(17)

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 (Persen)

Tahun Pertumbuhan Ekonomi

2005 5,08 2006 5,31 2007 5,89 2008 5,86 2009 5,88 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2009

Pada Tabel 1.1 selama periode 2005-2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci mengalami peningkatan yang cukup baik, walaupun pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci sempat mengalami penurunan dari 5,89 persen di tahun 2007 menjadi 5,86 persen pada tahun 2008, ini disebabkan karena bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan perekonomian nasional sebagai imbas dari krisis keuangan global. Penurunan tersebut tidak terlalu signifikan sehingga tidak memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Kerinci. Di sisi lain Kabupaten Kerinci menghadapi berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada, sehingga hal ini berimplikasi pada masalah kesempatan kerja yang masih rendah, banyak masyarakat Kabupaten Kerinci yang mencari kerja di luar daerah, serta berimplikasi pada masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Permasalahan pembangunan daerah tersebut dapat diatasi apabila didukung oleh masyarakat di daerah itu sendiri. Selain itu dibutuhkan kebijakan ekonomi daerah yang diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, melalui pengembangan kegiatan utama yang berdasarkan potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi disparitas pembangunan antar


(18)

wilayah. Oleh karena itu diperlukan adanya informasi akurat yang memberikan gambaran sektor basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi daerahnya. Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi Periode 2005-2009.

1.2. Perumusan Masalah

Perencanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mengacu pemerataan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan dan pemanfaatan potensi yang dimiliki daerah secara optimal, sehingga mampu memecahkan masalah-masalah pembangunan yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Perencanaan dapat diarahkan kepada pengembangan sektor-sektor yang merupakan faktor utama dalam perekonomian daerah.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sektor-sektor apa yang merupakan sektor basis Kabupaten Kerinci periode 2005-2009?

2. Bagaimana laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode 2005-2009?

3. Bagaimana daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode 2005-2009?


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis sektor basis Kabupaten Kerinci periode 2005-2009.

2. Menganalisis laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode 2005-2009.

3. Menganalisis daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode 2005-2009.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Informasi tentang potensi dan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci.

2. Rekomendasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Kerinci dalam rangka program pembangunan selanjutnya serta untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya.

3. Bahan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah location quotient, dengan alat analisis ini dapat diketahui sektor basis di Kabupaten Kerinci.


(20)

Alat analisis kedua adalah shift share karena dengan alat analisis ini dapat diketahui sektor perekonomian mana yang mengalami laju pertumbuhan yang cepat dan sektor mana yang pertumbuhannya lambat serta dapat mengetahui sektor mana yang berdaya saing tinggi dan berdaya saing rendah di Kabupaten Kerinci dibandingkan wilayah lainnya di Provinsi Jambi selama periode waktu analisis yaitu tahun 2005-2009.

Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data sekunder. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi tahun 2005-2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 serta data-data lain yang mendukung.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Basis Ekonomi

Sasaran pengembangan teori ini adalah peningkatan laju pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan. Menurut Budiharsono (2001) dalam teori basis ekonomi, perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor utama yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Sektor basis merupakan sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat di luar batas perekonomian daerahnya. Sektor non-basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas-batas daerah itu sendiri.

Pada konsep basis ekonomi, permintaan terhadap input akan meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non-basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor non-basis akan meningkat apabila pendapatan lokal meningkat. Peningkatan pendapatan lokal ini akan terbatas apabila perekonomiannya hanya mengandalkan pada sektor non-basis. Jika perekonomian mampu mengembangkan dan meningkatkan sektor basis, maka sektor basis akan mendorong sektor non-basis sehingga pendapatan lokal akan meningkat melebihi peningkatan pendapatan lokal yang hanya mengandalkan sektor non-basis. Dengan demikian, ekspor daerah merupakan penentu dalam pembangunan ekonomi daerah.

Sektor basis dan non-basis pada suatu daerah tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis. Sifat dinamis tersebut menunjukkan bahwa pada tahun tertentu


(22)

suatu sektor merupakan sektor basis, namun untuk tahun-tahun berikutnya sektor tersebut belum tentu menjadi sektor basis, karena sektor basis dapat mengalami kemunduran ataupun kemajuan pada setiap tahun. Kemunduran sektor basis dapat disebabkan oleh adanya penurunan permintaan di luar daerah ataupun karena kehabisan cadangan sumber daya. Penyebab kemajuan sektor basis yaitu adanya perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, perkembangan teknologi serta adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial.

2.2. Teori Pertumbuhan Rostow

Teori pertumbuhan menurut Walt W. Rostow pada tahun 1960 merupakan teori tahapan pertumbuhan ekonomi yang memandang proses pembangunan sebagai suatu tahapan yang harus dialami oleh seluruh negara atau daerah (Todaro, 2003). Pembangunan ekonomi ditransformasikan dari suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat modern. Penyebab terjadinya perubahan struktur ekonomi tersebut adalah :

1. Perubahan padangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh alam.

2. Perubahan reorientasi organisasi ekonomi.

3. Perubahan cara masyarakat dalam membentuk kedudukan seseorang dalam sistem kekeluargaan menjadi ditentukan oleh kesanggupan melakukan pekerjaan.

4. Perubahan penanaman modal, dari penanam modal tidak produktif ke penanam modal yang lebih produktif.


(23)

Adapun konsep dasar dari teori pertumbuhan Rostow ini yaitu : 1. Tahapan pembangunan yang harus dilalui oleh suatu negara atau daerah :

a. Masyarakat tradisional, dicirikan oleh fungsi produksi masih terbatas, teknologi dan pengetahuan yang sederhana, sikap masyarakat masih primitif serta berpikir irasional meliputi masyarakat yang sedang dalam peralihan. Ciri-ciri masyarakatnya adalah memiliki produktivitas perkapita yang rendah, sumberdaya masyarakat digunakan untuk sektor pertanian, struktur sosial masyarakat bersifat hierarkis dan kekuatan politik ada pada tuan tanah.

b. Prasyarat pra-lepas landas, dicirikan oleh adanya perubahan dalam masyarakat baik dalam tatanan ekonomi, sosial dan budaya. Tahap ini masyarakat berada dalam masa transisi. Masyarakat mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri serta pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Peran sektor pertanian sangat penting karena kemajuan sektor ini akan menjamin pasokan bahan makanan, dan kenaikan sektor pertanian akan memperluas sektor industri. Ciri-ciri masyarakatnya adalah melakukan penerapan ilmu pengetahuan modern, munculnya wirausaha, kenaikan investasi, perubahan masyarakat dalam ilmu pengetahuan, perubahan teknik produksi dan pengambilan risiko.

c. Lepas landas, kondisi yang dicirikan oleh tumbuhnya sektor-sektor industri besar didukung oleh teknologi industri dan pertanian. Pada tahap ini terjadi pembagunan prasarana serta tumbuhnya kekuatan politik yang sangat peduli akan modernisasi dan pertumbuhan ekonomi.


(24)

d. Tahap menuju kematangan, dicirikan oleh masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada semua kegiatan produksi. Pada tahapan ini akan terjadi pola pergeseran sektor pempimpin yang akan digantikan oleh sektor baru dengan perkembangan teknologi, kekayaan alam dan kebijakan pemerintah. Ciri-ciri lainnya yaitu tahap ini didasari oleh pertumbuhan industri yang beraneka ragam dan telah terkait dengan pasar internasional.

e. Masyarakat berkonsumsi tinggi, keadaan yang dicirikan oleh pendapatan per kapita yang tinggi dan persoalaan telah beralih dari pertumbuhan industri ke kesejahteraan sosial yang lebih tinggi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperbesar kekuasaan serta pengaruh luar negeri, menciptakan negara kesejahteraan dan meningkatkan konsumsi masyarakat yang melebihi kebutuhan pokok seperti barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah.

2. Adanya peranan pemerintah dalam proses tahapan tersebut yaitu perencanaan. Teori pertumbuhan ini mendapatkan respon berupa pro dan kontra. Sejumlah pendapat mengakui bahwa perubahan ekonomi membawa dampak pada struktur sosial dan politik serta mengubah budaya dan perilaku. Sedangkan pendapat yang kontra terhadap teori ini yaitu :

- Model pertumbuhanan di negara-negara maju belum tentu sesuai jika diterapkan di negara berkembang.

- Tahap pertumbuhan tidak selalu sama pada setiap wilayah tergantung karakteristik wilayah masing-masing.


(25)

- Tidak memperhitungkan kemungkinan terjadinya kegagalan pada proses tahap lepas landas.

2.3. Prinsip dasar pembangunan ekonomi daerah

Pembangunan ekonomi daerah menurut Darwanto (2002) merupakan bagian dari  pembangunan  daerah  secara  menyeluruh.  Pembangunan  ekonomi  daerah  perlu  memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu‐isu ekonomi daerah  yang  dihadapi,  dan  perlu  mengkoreksi  kebijakan  yang  salah.  Dua  prinsip  dasar  pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali ekonomi  wilayah, dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro‐bisnis. 

(1) Ekonomi Wilayah 

Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi, karena mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian menjadi agropolitan hingga pada akhirnya mencapai kota besar. Proses pertumbuhan alami dan urbanisasi merupakan penyebab terjadinya pertumbuhan penduduk. Dalam hal ini pertumbuhan alami merupakan faktor utama yang memberikan pengaruh terhadap ekonomi wilayah karena menciptakan berbagai macam kebutuhan barang dan jasa. Penyebab lainnya adalah urbanisasi dimana pada umumnya dilakukan oleh orang-orang berusia muda yang mencari pekerjaan di industri atau perusahaan yang jauh dari tempat mereka berasal, perpindahan wilayah itu terjadi dari desa ke kota. Perpindahan tersebut terjadi berkaitan dengan pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat perpindahan pun akan semakin tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi migrasi keluar, masyarakat perlu mulai untuk melatih angkatan kerja pada tahun-tahun pertama kerja dengan memberikan pekerjaan sambilan, selanjutnya


(26)

merencanakan masa depan mereka sebagai tenaga kerja dewasa dan memberikan dorongan bagi mereka agar tetap tinggal dengan menyediakan lapangan kerja yang sesuai.

Wilayah pinggiran biasanya memiliki karakter sebagai wilayah yang tidak direncanakan, berkepadatan rendah dan tergantung sekali keberadaannya dengan penggunaan lahan yang ada. Tempat seperti ini akan membuat penyediaan sarana umum menjadi sangat mahal. Dalam suatu wilayah antar kota, desa dan tempat-tempat lainnya harus ada satu kesatuan. Pemerintah daerah perlu mengenali pola pengadaan sarana umum yang efektif di suatu wilayah, baik di wilayah lama maupun di wilayah pinggiran.

Dalam ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu. Keanekaragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan dan menstabilkan ekonomi wilayah. Selain itu suatu wilayah perlu memiliki akses transportasi dan jalur jalan yang baik untuk menghubungkan suatu wilayah dengan kota-kota besar sebagai prasarana utama bagi pengembangan ekonomi wilayah. (2) Manajemen pembangunan daerah pro-bisnis

Pemerintah daerah dan pengusaha merupakan dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan pola pertumbuhan ekonomi daerah. Hubungan antara keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi daerah akan diarahkan. Pemerintah daerah mempunyai kesempatan membuat peraturan, menyediakan sarana dan peluang serta membentuk wawasan orang banyak, tetapi pemerintah daerah tidak mengetahui banyak bagaimana proses kegiatan ekonomi yang sebenarnya berlangsung, sedangkan pengusaha mempunyai kemampuan mengenali kebutuhan


(27)

orang banyak dengan inisiatifnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan gaji dan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Penghasilan dari pajak itu dapat digunakan oleh pemerintahan daerah untuk membentuk suatu kondisi agar perekonomian daerah berkembang lebih lanjut.

Jika kebijakan manajemen pembangunan tidak tepat sasaran maka akan mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, manajemen pembangunan daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi serta menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah.

2.4. Konsep Daya Saing Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Daryanto dan Hafizriandra (2010) pada tingkat wilayah, konsep daya saing daerah menurut Departemen Perdagangan dan Industri Inggris (UK-DTI) adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik dan internasional. Menurut Center for Urban and Regional Studies (CURDS) di Inggris konsep daya saing adalah kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya, sedangkan World Economic Forum (WEF) mendefinisikan daya saing nasional sebagai kemampuan perekonomian nasional yang mencapai pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan. Komponennya meliputi kebijakan-kebijakan yang


(28)

tepat, institusi yang sesuai, serta karakteristik ekonomi lain yang mendukung. Pada hakikatnya daya saing adalah kompetisi.

Daya saing suatu wilayah tercipta jika wilayah tersebut memiliki kompetensi inti (core competence) yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya. Kompetensi inti tersebut dapat dicapai melalui creation of factor, yaitu upaya menciptakan berbagai faktor produksi yang jauh lebih baik dibandingkan para pesaingnya.

Konsep pengembangan wilayah secara garis besar terbagi atas pengembangan wilayah berbasis sumber daya, pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan, pengembangan wilayah berbasis efisiensi dan pengembangan wilayah menurut pelaku pembangunan. Kompetensi inti dalam konteks pengembangan wilayah merupakan upaya dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sektor-sektor yang berkembang di wilayah tertentu. Suatu wilayah akan dapat bersaing secara global, apabila pengambil keputusan dan dunia usaha dapat mengkaji bagaimana suatu kompetensi inti dan peluang ekonomi suatu wilayah dapat disesuaikan dengan permintaan pasar lokal dan ekspor. Oleh karena itu, memerlukan dukungan market intelligence yang mampu memandang ke depan mengenai pasar serta mampu mengantisipasi adanya konsumsi dan ekspor.

2.5. Kegunaan, Keunggulan, dan Kelemahan Alat Analisis 2.5.1. Analisis Location Quotient

Location Quotient adalah salah satu alat analisis dalam perencanaan pembangunan yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau sektor basis dan non-basis dalam suatu daerah. Analisis ini dilakukan dengan cara mengukur


(29)

konsentrasi suatu sektor ekonomi dalam suatu daerah yaitu menghitung perbandingan antara pendapatan (tenaga kerja) di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan (tenaga kerja) dari total semua sektor pada daerah bawah dengan pendapatan (tenaga kerja) di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan (tenaga kerja) semua sektor di daerah atasnya (Priyarsono, et al., 2007).

Daerah atas dan daerah bawah dalam analisis location quotient merupakan daerah administratif. Jika analisis dilakukan di tingkat kabupaten maka daerah bawahnya adalah kabupaten itu sendiri, sedangkan daerah atasnya adalah provinsi dimana kabupaten tersebut berada.

Metode analisis LQ memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode LQ dalam mengidentifikasi sektor basis antara lain penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Ms.Excel atau program Lotus, bahkan jika datanya tidak terlalu banyak bisa menggunakan kalkulator. Kelemahan metode LQ ini adalah karena demikian sederhananya, maka yang dituntut yaitu akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika data yang digunakan tidak valid. Analisis LQ tidak bisa menjawab apa yang menyebabkan sebuah sektor menjadi sektor unggulan. Selain itu, dalam analisis LQ juga diperlukan data pembanding antara dua wilayah pada periode yang sama.


(30)

2.5.2. Analisis Shift Share

Analisis shift share menurut Perloff, et al. (1960) merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana untuk membuat keputusan baik lokal maupun regional di seluruh dunia untuk menetapkan target sektor dan menganalisis dampak ekonomi. Analisis shift share digunakan untuk dapat mengidentifikasi keunggulan daerah dan menganalisis sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah. Analisis ini juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian. Analisis shift share menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-sektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional beserta sektor-sektornya, sekaligus melihat apabila daerah itu memperoleh pertumbuhan sebagai perubahan suatu variabel wilayah yaitu pendapatan atau output sektor-sektor ekonomi daerah selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh pertumbuhan provinsi. Pengaruh provinsi disebut pengaruh pangsa (share), dan pengaruh keunggulan kompetitif disebut regional share.

Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift share. Ketiga komponen tersebut adalah komponen pertumbuhan nasional/regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).


(31)

a. Komponen pertumbuhan nasional/regional merupakan perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

b. Komponen pertumbuhan proporsional timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

c. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dan cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingan dengan wilayah lainnya yang ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

Hubungan antara ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Sumber : Priyarsono, et al. (2007).

Gambar 2.1. Model Analisis Shift Share Komponen Pertumbuhan Nasional

Wilayah ke-j sektor ke-i

Wilayah ke-j sektor ke-i

Maju PPij + PPWij≥ 0

Lambat PPij + PPWij

< 0 Komponen Pertumbuhan

Proporsional

Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah


(32)

Berdasarkan Gambar 2.1, melalui ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasi perkembangan suatu sektor perekonomian pada suatu wilayah. Jika PPij + PPWij ≥ 0, maka itu menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor ke-i di wilayah ke-j termasuk kedalam kelompok progressive (maju), sedangkan untuk PPij + PPWij < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor

ke-i pada wlayah ke j tergolong kelompok pertumbuhan yang lambat.

Analisis shift share memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan dari analisis shift share antara lain :

1. Analisis shift share tergolong sederhana, namun dapat memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi.

2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. 3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan

cukup akurat.

Kelemahan yang dimiliki analisis shift share, yaitu:

1. Ada data periode waktu tertentu di tengah periode pengamatan yang tidak terungkap.

2. Analisis ini membutuhkan analisis lebih lanjut apabila digunakan untuk peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.

3. Analisis shift share tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor. 4. Tidak ada keterkaitan antar daerah.


(33)

2.6. Penelitian Terdahulu

Wahyuningsih (2009) menganalisis tentang pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara periode 1996-2007 dengan menggunakan alat analisis shift share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepanjang periode 1996-2007 sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat di Kabupaten Banjarnegara yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Dilihat dari daya saing, sebagian besar sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara memiliki daya saing yang kurang baik dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Beberapa faktor yang menyebabkannya adalah masalah kurang investasi, infrastruktur dan prasarana sosial ekonomi yang belum memadai. Pada kurun waktu tersebut, sektor yang termasuk dalam kelompok pertumbuhan progressive (maju) di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang pertumbuhannya lambat adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor hotel dan restoran. Sektor yang kelompok pertumbuhannya mengalami perubahan sepanjang tahun 1996-2007 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Perubahan kelompok pertumbuhan tersebut disebabkan perubahan dalam laju pertumbuhan serta perubahan dalam daya saing sektor-sektor perekonomian.

Lestari (2009) menggunakan analisis shift share dan location quotient dalam menganalisis pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bogor periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan sektor yang mengalami laju pertumbuhan cepat adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor pengangkutan dan


(34)

komunikasi, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor bangunan. Hal ini dikarenakan, selama lima tahun terakhir pembangunan fisik berupa gedung, jalan raya, jembatan dan bangunan lainnya menunjukkan pertumbuhan yang cepat. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat adalah sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan yang lambat tersebut disebabkan terjadi alih fungsi lahan pertanian secara berlebihan pada sektor pertanian, sebagian besar kegiatan masyarakat tidak didominasi oleh kegiatan produksi di sektor pertambangan dan penggalian, serta beberapa subsektor jasa-jasa seperti pariwisata tidak dikelola secara optimal.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Lestari (2009), secara umum sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bogor memiliki daya saing yang kuat. Sektor yang memiliki daya saing tinggi adalah sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor industri pengolahan. Sektor yang memiliki daya saing lemah adalah sektor bangunan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Terdapat dua sektor unggulan di Kabupaten Bogor yaitu sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih.

Purwantina (2009) melakukan penelitian tentang perekonomian Kota Depok periode 2003-2007 dengan menggunakan analisis shift share dan location quotient. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan tercepat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini disebabkan oleh arah pembangunan Kota Depok yang lebih cenderung pada sektor ekonomi modern yang lebih mengedepankan sektor tersier dengan tetap didukung


(35)

oleh sektor sekunder. Sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan paling lambat adalah sektor pertambangan dan penggalian. Hal tersebut dikarenakan Kota Depok tidak memiliki aktivitas pertambangan, penggalian barang tambang maupun mineral. Dilihat dari daya saing sektor yang memiliki daya saing terbaik adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, karena sektor tersebut cukup berkembang di Kota Depok sebagai penunjang visi pembangunan Kota Depok sebagai Kota perdagangan dan jasa. Sektor yang memiliki daya saing rendah adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.

Berdasarkan penelitian terdahulu, alat analisis location quotient dan shift share dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di suatu daerah. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dilakukan di tempat yang berbeda yaitu Kabupaten Kerinci serta menggunakan periode yang terbaru yaitu 2005-2009 sebagai kurun waktu analisis.

2.7. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan serangkaian suatu kebijakan ekonomi untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan memperluas lapangan kerja, meratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antara wilayah dan mengembangkan ekonomi secara sektoral maupun antar lintas sektoral yang lebih menguntungkan dengan dukungan strategi peningkatan sumber daya


(36)

manusia di daerahnya. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Kerinci menunjukkan peningkatan dari tahun 2005-2007, namun mengalami penurunan pada tahun 2008. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh imbas krisis global yang terjadi pada saat itu. Pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci kembali mengalami peningkatan.

Peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi daerah tidak lepas dari peranan sektor-sektor perekonomian di daerah itu sendiri. Wilayah akan tumbuh dengan pesat jika sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut mengalami pertumbuhan yang cepat dan sebaliknya jika sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut mengalami pertumbuhan yang lambat, maka wilayah tersebut tidak akan tumbuh dengan pesat.

Sektor basis dan non-basis di Kabupaten Kerinci akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis location quotient dan untuk menganalisis laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis shift share. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kabupaten Kerinci dalam membuat kebijakan untuk pengembangan sektor-sektor perekonomian serta perencanaan pembangunan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(37)

         

         

 

   

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci

Sektor-sektor perekonomian

sektor basis Daya saing

sektor-sektor perekonomian Laju

pertumbuhan sektor-sektor perekonomian 

Analisis Location Quotient

Rekomendasi untuk kebijakan pengembangan sektor-sektor perekonomian serta perencanaan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci


(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011. Kabupaten Kerinci dipilih menjadi lokasi penelitian karena Kabupaten Kerinci memiliki sumberdaya alam yang beragam untuk dikembangkan. Namun, Kabupaten Kerinci menghadapi berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada, sehingga berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat, kesempatan kerja, kemiskinan, dan kesenjangan sosial.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut berupa data Produk Domestik Regionsl Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci tahun 2005-2009 dan PDRB Provinsi Jambi tahun 2005-2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 serta data-data lain yang mendukung. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, berbagai instansi terkait lainnya serta literatur dan internet.

3.3. Metode Analisis Data 3.3.1. Analisis Location Quotient

Salah satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor basis adalah melalui analisis location quotient serta mampu menunjukkan kekuatan atau


(39)

besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Secara matematis untuk menghitung nilai LQ dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Vi / Vt

LQ =

Yi / Yt

keterangan :

Vi = PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten Kerinci)

Vt = total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten

Kerinci)

Yi = PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jambi)

Yt = total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jambi)

Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai :

- LQ > 1, maka sektor i merupakan sektor basisdan kemampuan produksi sektor tersebut di Kabupaten Kerinci lebih besar dibandingkan sektor sejenis di Provinsi Jambi.

- LQ < 1, maka sektor i merupakan sektor non-basis dan kemampuan produksi sektor tersebut di Kabupaten Kerinci lebih kecil dibandingkan sektor sejenis di

Provinsi Jambi.

Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis Location Quotient yaitu : 1. Pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Kerinci sama dengan pola konsumsi


(40)

2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh wilayah Provinsi Jambi sama.

3. Setiap penduduk di Kabupaten Kerinci mempunyai pola permintaan terhadap suatu barang dan jasa sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat Provinsi Jambi.

3.3.2. Analisis Shift Share

Pada analisis shift share faktor waktu sudah diperhitungkan. Analisis shift share mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antar wilayah. Pada prinsipnya analisis shift share berusaha untuk memecahkan atau mendekomposisi besaran deviasi (selisih) antara nilai tambah pada tahun ke-t (tahun akhir analisis) dengan nilai tambah pada tahun dasar analisis.

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis shift share sebagai berikut: (1) Menentukan wilayah yang akan dianalisis.

Wilayah yang akan dianalisis dapat dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten atau kota. Jika wilayah analisis yang dipilih adalah kabupaten atau kota maka wilayah atasnya adalah provinsi atau nasional. Pada penelitian ini analisis dilakukan ditingkat kabupaten yaitu Kabupaten Kerinci, dengan wilayah atasnya adalah Provinsi Jambi.

(2) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis.

Indikator kegiatan ekonomi yang umum digunakan dalam analisis shift share adalah pendapatan dan kesempatan kerja. Pada penelitian ini digunakan indikator kegiatan ekonomi pendapatan yang dicerminkan oleh nilai PDRB. Periode waktu


(41)

yang akan dianalisis yaitu tahun 2005 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2009 sebagai tahun akhir analisis.

(3) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.

Tahap ini menentukan sektor apa saja yang menjadi fokus utama. Pada penelitian ini akan difokuskan pada semua sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Kerinci.

(4) Menghitung perubahan indikator ekonomi.

a. PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun dasar analisis.

m

Yi =

Yij (3.1) j=1

keterangan :

Yi = PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun dasar analisis

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

b. PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun akhir analisis.

m

Y'i =

Y'ij (3.2)

j=1

keterangan :

Y'i = PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun akhir analisis

Y'ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis


(42)

∆Yij = Y’ij – Yij (3.3)

d. Persentase perubahan PDRB

% ∆Yij = [(Y'ij - Yij) / Yij ]*100 % (3.4)

keterangan :

∆Yij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci

Y'ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

(5) Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi

Rasio indikator kegiatan ekonomi digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan Ra.

• ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci)

ri = [Y’ij - Yij] / Yij (3.5)

keterangan :

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis


(43)

Ri = [Y’i – Yi] / Yi (3.6)

keterangan :

Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jambi pada tahun dasar analisis

Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jambi pada tahun akhir analisis

• Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi)

Ra = [Y’..- Y..] / Y.. (3.7)

keterangan :

Y.. = PDRB wilayah Provinsi Jambi pada tahun dasar analisis Y’.. = PDRB wilayah Provinsi Jambi pada tahun akhir analisis (6) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah

a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

PRij = (Ra)Yij (3.8)

keterangan :

PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten

Kerinci

Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis


(44)

PPij = (Ri – Ra)Yij (3.9)

keterangan :

PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah

Kabupaten Kerinci

Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jambi Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

Jika :

PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci laju

pertumbuhannya lambat.

PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci laju

pertumbuhannya cepat.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

PPWij = (ri – Ri)Yij (3.10)

keterangan :

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah

Kabupaten Kerinci

ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jambi


(45)

Jika :

PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci mempunyai daya saing

yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.

PPWij< 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci berdaya saing rendah

jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. (7) Rumus-rumus lain yaitu sebagai berikut :

a. Perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kabupaten Kerinci) dirumuskan sebagai berikut :

∆Yij = PRij + PPij + PPWij (3.11)

∆Yij = Y’ij + Yij (3.12)

b. Dalam bentuk persamaan matematik menjadi :

∆Yij = PRij + PPij + PPWij (3.13)

Y’ij + Yij = Yij(Ra) + Yij(Ri – Ra) + Yij(ri – Ri) (3.14)

c. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :

%PR = Ra (3.15)

%PP = Ri –Ra (3.16)

%PPW = ri - Ri (3.17)

atau


(46)

%PP = (PPij) / Yij * 100% (3.19)

%PPW = (PPWij) / Yij * 100% (3.20)

(8) Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan pergeseran bersih (PB).

PBij = PPij + PPWij (3.21)

Jika :

PBij > 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progressive

(maju).

PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya tidak

progressive.

(9) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian

Profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dilakukan dengan cara menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu :

PPW

Kuadran IV Kuadran I

PP

Kuadran III Kuadran II


(47)

Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Keterangan :

1. Kuadran I yaitu kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai positif yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP) dan memiliki daya saing yang tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (dilihat dari nilai PPW).

2. Kuadran II yaitu kuadran yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat (nilai PP positif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut rendah apabila dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (nilai PPW negatif).

3. Kuadran III yaitu dimana menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat (nilai PP negatif) dan memiliki daya saing yang rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (nilai PPW negatif).

4. Kuadran IV yaitu kuadran yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat (nilai PP negatif) dan memiliki daya saing wilayah yang tinggi untuk sektor-sektor tersebut jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (nilai PPW positif).

Pada Gambar 3.1. terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang membentuk 45○. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih.


(48)

Analisis dengan menggunakan analisis location quotient dan analisis shift share dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software komputer, yaitu program Microsoft Excel 2007. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan dua analisis tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non-basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci.

3.4. Definisi Operasional

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu. Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu pertama PDRB atas dasar harga berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, dan kedua PDRB atas dasar harga konstan, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya. PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha periode 2005-2009.

3.4.2. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis

Tahun dasar dan tahun akhir analisis sangat penting dalam penelitian ini. Tahun dasar analisis merupakan tahun yang dijadikan titik awal sebagai acuan untuk


(49)

menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Tahun akhir analisis merupakan tahun yang dijadikan titik akhir untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian.

3.4.3. Sektor Perekonomian

Sektor perekonomian dibuat berdasarkan pendapatan oleh masing-masing sektor atau berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh setiap sektor. Pada umumnya terdapat sembilan sektor perekonomian di suatu negara. Sektor-sektor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengakutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa Persewaan 9. Jasa-jasa.


(50)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Geografi dan Wilayah Administratif

Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Ibu kota dari kabupaten ini adalah Sungai Penuh. Letak wilayah Kabupaten Kerinci secara geografis di antara 01○ 41’ sampai 02○ 26’ lintang selatan dan 101○ 08’ sampai 101○ 40’ bujur timur berjarak 419 km dari Kota Jambi. Wilayah Kabupaten Kerinci di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin, di sebelah barat Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Barat, dan Kabupaten Bungo di sebelah timur.

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu kabupaten terkecil diantara kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Wilayahnya memiliki luas 380.850 Ha yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci dapat dikelompokkan dalam beberapa satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan yang bergelombang halus sampai perbukitan sedang dan pergunungan. Bentuk morfologi dan peyebaran batuan di sebelah utara memiliki morfologi yang lebih tinggi yaitu morfologi perbukitan gelombang sampai pergunungan, yang diikuti dengan variasi dan jenis batuan yang ada, sedangkan di selatan terdapat morfologi dataran rendah dan batuan yang relatif sejenis. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Kerinci memiliki potensi sumber daya yang besar dan keindahan alam. Potensi yang sangat besar dari Kabupaten Kerinci adalah menjadikan


(51)

keindahan alam Kerinci sebagai obyek wisata. Sejak lama Kerinci merupakan daerah tujuan wisata yang potensial di Provinsi Jambi.

Kabupaten Kerinci secara administratif dibagi dalam 12 kecamatan dengan berbagai perkembangannya masing-masing, baik karena potensi geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun karena pembangunan prasarana pada masing-masing wilayah.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Tahun 2009

Kecamatan Luas (Ha) Desa Kelurahan Total

1. Gunung Raya 74.677 15 1 16

2. Batang Merangin 56.732 14 - 14

3. Keliling Danau 30.439 20 - 20

4. Danau Kerinci 29.847 14 - 14

5. Sitinjau Laut 5.825 15 - 15

6. Air Hangat 21.675 22 - 22

7. Air Hangat Timur 16.000 16 - 16

8. Depati VII 2.580 14 - 14

9. Gunung Kerinci 35.000 10 1 11

10. Siulak 59.020 27 - 27

11. Kayu Aro 32.805 29 - 29

12. Gunung Tujuh 16.250 11 - 11

Jumlah 380.850 207 2 209

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009

Kecamatan terluas di Kabupaten Kerinci adalah Kecamatan Gunung Raya mencapai 74.677 Ha. Wilayah kecamatan yang paling sempit adalah Kecamatan Depati Tujuh. Secara keseluruhan, 52 persen wilayah Kabupaten Kerinci merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat dan 48 persen kawasan budidaya. Luas


(52)

wilayah Kabupaten Kerinci sebesar  189.028 Ha merupakan kawasan budidaya, 41.620 Ha adalah kawasan non pertanian dan 147.408 Ha untuk lahan pertanian.

4.2. Kependudukan

Penduduk merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang melaksanakan proses pembangunan. Penduduk berada pada posisi pusat dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan. Jumlah penduduk yang besar harus disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang tinggi sehingga keberadaannya dapat menjadi modal dasar proses pembangunan.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2009

Kecamatan Jumlah Luas Kepadatan

Laki-laki Perempuan Total Km 2 Jiwa/Km2

Gunung Raya 7.737 7.654 15.391 746,77 21

Batang Merangin 11.312 11.745 23.057 567,32 41

Keliling Danau 10.902 11.583 22.485 304,39 74

Danau Kerinci 8.151 8.170 16.321 298,47 55

Sitinjau Laut 7.194 7.055 14.249 58,25 245

Air Hangat 10.583 11.013 21.596 216,75 100

Air Hangat Timur 9.200 9.543 18.743 160,00 117

Depati Tujuh 7.026 7.316 14.342 25,80 556

Gunung Kerinci 5.796 5.898 11.694 350,00 33

Siulak 15.201 15.476 30.677 590,20 52

Kayu Aro 18.341 18.172 36.513 328,05 111

Gunung Tujuh 6.028 5.969 11.997 162,50 74

Total 117.471 119.594 237.065 3.808,5 62

2008 235.419 3.808,5 61


(53)

Pada Tabel 4.2 jumlah penduduk Kabupaten Kerinci tahun 2009 tercatat sebesar 237.065 jiwa, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 235.419 jiwa. Selama kurun waktu tersebut mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 0,71. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan di Kabupaten Kerinci sebanyak 119.594 jiwa dan penduduk laki-laki 117.471 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan. Total jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kayu Aro, sementara jumlah penduduk paling sedikit ditemukan di Kecamatan Gunung Kerinci.

Jumlah penduduk dan luas wilayah yang bervariasi pada setiap kecamatan menyebabkan terjadinya ketimpangan kepadatan penduduk antar kecamatan, dengan kepadatan tertinggi yaitu di Kecamatan Depati Tujuh yaitu sebesar 556 jiwa/km2 diikuti Kecamatan Sitinjau Laut sebesar 245 jiwa/km2, sementara kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Gunung Raya dengan kepadatan penduduk sebesar 21 jiwa/km2 dan Kecamatan Gunung Kerinci sebesar 33 jiwa/km2. Secara rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kerinci adalah 62 jiwa per km persegi.

4.3. Pendidikan

Pendidikan diharapkan dapat merubah perilaku kearah yang lebih baik sehingga seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah beradaptasi dengan berbagai perubahan atau kemajuan seperti perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Kabupaten Kerinci merupakan tempat pertama kali berdirinya Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Provinsi Jambi. Akses masyarakat terhadap layanan pendidikan di Kabupaten Kerinci sudah


(54)

banyak ditemukan, ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kerinci tergolong cukup baik. Rata-rata masyarakat telah mengikuti pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Sebagian penduduk bahkan telah menamatkan pendidikan tinggi yang jumlahnya tercatat sebesar 4.448 jiwa (BPS Kabupaten Kerinci, 2009).

4.4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan modal yang sangat penting dalam menyukseskan program pembangunan. Jumlah tenaga kerja di suatu daerah harus diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Selain itu banyaknya jumlah penduduk pun harus diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja agar tidak memunculkan permasalahan dalam ketenagakerjaan, salah satunya masalah pengangguran.

Tabel 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2009

Jenis Kegiatan Utama Tahun 2009

(%)

I. Angkatan Kerja   

1. Bekerja 94,12

2. Pengangguran Terbuka 5,88

     

II. Bukan Angkatan Kerja   

1. Sekolah 28,46

2. Mengurus rumah tangga 46,22

3. Lainnya 25,31


(55)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa persentase angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Kerinci pada tahun 2009 cukup tinggi yaitu mencapai 94,12 persen yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kerinci. Persentase pengangguran terbuka mencapai 5,88 persen yang sebagian besar adalah tamatan strata-1 (S1), ini disebabkan makin sempitnya lahan mencari pekerjaan di Kabupaten Kerinci dan sedikit perusahaan serta industri yang menampung tenaga kerja berpendidikan di Kabupaten Kerinci.

Angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Kerinci tersebut tersebar di berbagai lapangan usaha seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan, restoran, hotel, jasa kemasyarakatan, pertambangan, penggalian, listrik, gas, air bersih, bangunan, angkutan, komunikasi, keuangan, dan lain-lain. Persentase angkatan kerja yang bekerja di berbagai lapangan usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4. :

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2009

Lapangan Usaha Jumlah (%)

Pertanian 61,301

Industri Pengolahan 1,713

Perdagangan, Rumah makan, hotel 13,938

Jasa Kemasyarakatan 12,332

Lainnya (Pertambangan, penggalian, listrik, gas,air,

bangunan, angkutan, komunikasi, keuangan) 10,717

Jumlah / Total 100 Sumber: BPS Kabupaten Kerinci, 2009


(56)

Pada Tabel 4.4 jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci tahun 2009 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Kerinci bermata pencaharian di sektor pertanian. Salah satu faktor pendukung yaitu karena Kabupaten Kerinci merupakan wilayah yang cukup subur, namun untuk peningkatan pembangunan Kabupaten Kerinci tidak harus tergantung pada sektor pertanian, karena dengan potensi alam yang dimilikinya Kabupaten Kerinci dapat mengembangkan sektor-sektor lainnya agar penduduk setempat dapat bekerja secara merata di setiap sektor .

4.5. Kesehatan

Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan berperan sangat penting dalam meningkatkan masyarakat yang lebih sehat dengan melakukan sosialisasi dan kegiatan penyuluhan tentang pola hidup sehat serta memberikan pelayanan pengobatan terhadap masyarakat yang menderita suatu penyakit. Selain itu pelayanan kesehatan akan semakin baik jika sarana dan prasarana kesehatan tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan kualitas yang baik serta dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat.

Sarana dan prasarana kesehatan di Kaupaten Kerinci berpusat di ibu kota Kabupaten Kerinci yaitu Sungai Penuh, akan tetapi pelayanan kesehatan sudah cukup merata diseluruh kecamatan. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan tersebut diharapkan mampu menghasilkan pelayanan berbiaya rendah sehingga dapat dijangkau oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat miskin.


(57)

Puskesmas di Kabupaten Kerinci meningkat, pada tahun 2000 sebanyak 17 buah, kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 buah. Dokter praktek swasta pun mengalami peningkatan dari jumlah 30 buah pada tahun 2000 menjadi 40 buah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Kerinci cukup memadai.

Tabel 4.5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2000, 2005 dan 2009

Uraian Satuan 2000 2005 2009

RSU Pemerintah buah 1 1 1

RSU Swasta buah 3 3 2

RS Kebidanan buah - - -

Puskesmas buah 17 18 20

Puskesmas Rawat Inap buah 4 4 4

Puskesmas Pembantu buah 49 52 50

Puskesmas Keliling buah 18 18 18

BP buah - - -

Apotik buah 12 12 12

Toko Obat buah 5 5 7

Dokter Praktek Swasta Orang 30 30 40

Dokter Gigi Praktek Swasta Orang 2 2 3

Bidan Praktek Swasta Orang 80 80 86

Laboratorium Klinik buah 1 1 1

Posyandu buah 305 305 305

Polindes Binaan buah 25 25 25

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, 2009

4.6. Rencana Pembangunan Kabupaten Kerinci 4.6.1. Visi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang didalamnya berisi suatu gambaran cita dan citra yang ingin diwujudkan pada masa depan. Berbagai perubahan pembangunan pada masa


(58)

yang akan datang diharapkan dapat dilakukan oleh Kabupaten Kerinci agar lebih berperan sebagai agen pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Setelah mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat Kabupaten Kerinci, maka pokok-pokok visi Pemerintahan Daerah Kabupaten Kerinci yang hendak dicapai dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :

1. Sejahtera: Sejahtera yang dimaksud adalah suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar masyarakat secara layak lahir dan batin dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Damai: Damai yang dimaksud adalah suatu kondisi masyarakat Kabupaten Kerinci yang jauh dari pertikaian dan silang sengketa, kokoh, dalam menciptakan berbagai bentuk kerukunan, mengedepankan azas musyawarah, serta tetap menggalakkan dinamika masyarakat secara individu dan kelompok dalam merangsang aktivitas yang kreatif dan inovatif guna kelancaran pembangunan dan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

3. Agamis: Agamis yang dimaksud adalah suatu kondisi masyarakat yang mengutamakan nilai-nilai agama sebagai landasan akal pikiran dan pertimbangan dalam melaksanakan kehendak pembangunan masyarakat Kabupaten Kerinci secara lahir dan batin, serta mampu menempatkan nilai-nilai agama sebagai ladasan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, guna terciptanya kondisi


(59)

masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman dan damai dalam menjalami kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

4. Berbasis Ekonomi Kerakyatan: Ekonomi kerakyatan yang dimaksud adalah suatu kondisi pembangunan yang menempatkan prinsip pro growth, dan pro rakyat, dalam pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Kerinci, mewujudkan Kerinci sejahtera, damai dan agamis, dimana ”ekonomi kerakyatan” sebagai basis pertumbuhan dan pembangunan.

4.6.2. Misi

Strategi untuk mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada, serta memperhatikan tantangan ke depan dan memperhitungkan berbagai peluang ke depan, maka rumusan Misi Kabupaten Kerinci dalam rangka pencapaian Visi Kabupaten Kerinci dijabarkan dengan 6 (enam) Misi Kabupaten Kerinci yaitu : Misi Pertama: Percepatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian penting dari penggerak pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur mempunyai peran yang tak kalah penting dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu misi percepatan pembangunan infrastruktur, merupakan upaya untuk mempercepat menuju masyarakat yang sejehtera, damai dan mampu menempatkan nilai-nilai agama sebagai landasan kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Kerinci.

Misi Kedua: Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya pembangunan yang berperan penting dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu Kabupaten Kerinci


(60)

menempatkan salah satu misi pembanguan daerah yaitu peningkatan sumber daya manusia.

Misi Ketiga: Peningkatan dan pengembangan daya saing perekonomian rakyat. Misi ini merupakan upaya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi daerah guna mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat, untuk melaksanakan misi tersebut perlu langkah-langkah yang terarah dengan melakukan penataan dan pengembangan instrument pengembangan perekonomian wilayah.

Misi Keempat: Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Misi ini merupakan upaya untuk mewujudkan terlaksananya tata pemerintahan yang baik, yaitu dicirikan keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, menjunjung tinggi hukum, dan membuka partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, keserasian, dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Misi Kelima: Peningkatan kualitas pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan hidup. Misi ini merupakan upaya untuk mewujudkan keseimbangan antara aspek pemanfaatan sumber daya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi, dengan aspek perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai fungsi penopang keberlanjutan pembangunan dan kehidupan masyarakat.

Misi Keenam: Menciptakan Kerinci yang aman, damai dan demokratis. Misi ini merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi keamanan, ketertiban dan kedamaian dalam hidup berdemokrasi, sebagai modal dalam menggerakkan pembangunan daerah.


(61)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Sektor Basis di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

Nilai dari hasil analisis dengan menggunakan analisis location quotient yang menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya serta menunjukkan sektor basis dan non basis di Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1. Analisis Location Quotient Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

No. Sektor Perekonomian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pertanian 2.23 2.12 2.17 2.21 2.21

2 Pertambangan & Penggalian 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

3 Industri Pengolahan 0.20 0.20 0.21 0.21 0.21

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0.92 0.92 0.97 0.89 0.85

5 Bangunan 0.77 0.79 0.75 0.73 0.72

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.51 0.50 0.50 0.52 0.52 7 Pengangkutan & Komuikasi 0.52 0.52 0.51 0.53 0.53 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan 0.24 0.23 0.20 0.17 0.15

9 Jasa-jasa 1.26 1.27 1.26 1.27 1.26

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.1, selama periode 2005-2009 sektor perekonomian yang memiliki nilai LQ > 1 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Artinya, kedua sektor perekonomian tersebut merupakan sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kerinci. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mempunyai peran yang penting dalam perekonomian Kabupaten Kerinci. Sektor pertanian dan sektor jasa-jasa memiliki keunggulan kompetitif. Sektor tersebut


(62)

menjadi sektor unggulan karena didukung dengan adanya prioritas pembangunan oleh pemerintah di kedua sektor tersebut.

Sektor pertanian menjadi sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kerinci. Sektor ini juga menjadi penyumbang kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci berada di wilayah dataran tinggi yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang relatif baik. Sektor pertanian tersebut banyak menyerap tenaga kerja dan merupakan mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Kerinci. Selain itu sektor pertanian berperan sebagai pemasok berbagai produk bahan makanan baik nabati maupun hewani untuk kebutuhan rumah tangga dan bahan baku industri. Produk-produk pertanian yang berasal dari Kabupaten Kerinci ditawarkan ke berbagai daerah di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa bahkan ekspor ke negara tetangga. Komoditi pertanian utama yang memiliki keunggulan komparatif yaitu komoditi kayu manis, sehingga peluang investasi yang ditawarkan dari komoditi kayu manis ini cukup menjanjikan, salah satu contohnya dengan memanfaatkan kayu manis sebagai bahan dasar untuk pembuatan produk makanan dan minuman. Selain kayu manis, komoditi yang memiliki keunggulan komparatif lainnya adalah teh dan kopi.

Selain sektor pertanian, sektor jasa-jasa juga menjadi sektor basis di Kabupaten Kerinci dan penyumbang kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB Kabupaten Kerinci setelah sektor pertanian. Sektor jasa-jasa di Kabupaten Kerinci cukup berkembang seiring dengan bertambahnya penduduk serta sarana dan prasarana di Kabupaten Kerinci. Selain itu didukung oleh reinstra Kabupaten Kerinci melalui alokasi anggaran 20 persen untuk pendidikan, serta peningkatan kualitas dan


(63)

kuantitas pelayanan kesehatan. Sektor jasa-jasa di Kabupaten Kerinci yang memberikan kontribusi terbesar yaitu di bidang pemerintahan seperti jasa adminstrasi pemerintah, pertahanan dan jasa pemerintah lainnya, serta jasa hiburan dan rekreasi.

Kabupaten Kerinci hanya memiliki dua sektor basis sedangkan sisanya merupakan sektor non basis atau non unggulan. Dilihat dari Tabel 5.1 pada halaman 47, ternyata sektor non basis lebih banyak yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan karena memiliki nilai LQ < 1. Ketujuh sektor tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif dimana lebih banyak mengimpor dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kerinci. Sektor-sektor tersebut juga cenderung hanya menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Kabupaten Kerinci.

5.2. Analisis Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci berdasarkan harga konstan dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan yaitu dari Rp. 847.651,96 juta pada tahun 2005, kemudian naik menjadi Rp. 1.059.597,03 juta pada tahun 2009. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 sebesar 25,00 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


(1)

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet

28.994,23 29.493,88 32.000,09 35.089,14 73.107,37 6. Semen & Brg. Galian bkn

logam 50.444,35 51.405,79 59.589,27 69.479,48 0,00

7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 11.750,27

8. Alat Angk., Mesin &

Peralatannya 9.826,90 9.967,09 10.566,44 11.204,05 24.559,40

9. Barang lainnya 18.109,04 18.896,21 20.408,64 22.251,17 73.107,37 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 97.824,03 105.046,88 109.743,85 117.730,99 128.645,78

a. Listrik 80.690,99 86.717,94 91.246,91 99.510,43 109.666,84

b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

c. Air Bersih 17.133,05 18.328,93 18.496,94 18.220,57 18.978,94

5. BANGUNAN 535.289,07 570.983,85 654.223,43 721.482,38 782.474,70

6. PERDAG., HOTEL &

RESTORAN 2.149.765,19 2.319.674,24 2.464.612,40 2.562.858,25 2.756.590,81 a. Perdagangan Besar & Eceran 1.946.813,04 2.104.228,05 2.246.878,12 2.332.411,89 2.520.075,31

b. Hotel 26.091,10 28.716,30 30.227,92 42.033,24 44.281,05

c. Restoran 176.861,04 186.729,89 187.506,36 188.413,12 192.234,46

7. PENGANGKUTAN &

KOMUNIKASI 1.021.598,53 1.082.250,89 1.159.479,50 1.198.512,56 1.268.174,97 a. Pengangkutan 932.377,78 987.932,92 1.057.645,12 1.092.366,89 1.154.645,83

1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2. Angkutan Jalan Raya 602.025,56 634.534,93 681.554,04 711.542,42 746.066,02 3. Angkutan Laut 123.280,97 132.527,04 144.656,25 150.731,55 157.254,65 4. Angk.Sungai, Danau &

Penyebr. 61.570,37 64.232,77 64.455,62 65.824,23 66.826,89

5. Angkutan Udara 89.526,36 97.019,71 101.978,53 96.626,99 113.968,05 6. Jasa Penunjang Angkutan 55.974,52 56.618,47 65.000,69 67.641,70 70.530,22


(2)

b. Komunikasi 89.220,75 94.317,96 101.834,38 106.145,67 113.529,14 1. Pos dan Telekomunikasi 88.253,42 93.213,86 100.700,98 104.980,84 112.287,11 2. Jasa Penunjang Komunikasi 967,33 1.104,10 1.133,40 1.164,83 1.242,03 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA

PERUSAHAAN 483.787,03 511.717,65 609.271,18 754.770,87 889.519,04

a. Bank 135.562,84 145.555,81 217.916,68 342.448,32 447.524,97

b. Lembaga Keuangan tanpa

Bank 38.044,23 39.883,73 43.081,62 45.315,08 48.705,60

c. Jasa Penunjang Keuangan 2.294,17 2.450,53 3.449,02 4.274,20 4.914,04 d. Sewa Bangunan 295.971,34 311.232,80 331.367,04 348.784,48 373.762,20 e. Jasa Perusahaan 11.914,46 12.594,77 13.456,81 13.948,79 14.612,23 9. JASA-JASA 1.162.453,71 1.209.748,36 1.277.715,71 1.341.488,97 1.425.145,98 a. Pemerintahan Umum 963.729,99 1.000.283,44 1.054.110,58 1.108.381,92 1.182.165,16 1. Adm. Pemerintah &

Pertahanan 615.184,46 640.148,78 673.576,66 708.030,88 756.585,70

2. Jasa Pemerintah lainnya 348.545,52 360.134,66 380.533,92 400.351,04 425.579,46

b. Swasta 198.723,73 209.464,92 223.605,13 233.107,05 242.980,82

1. Sosial Kemasyarakatan 129.651,63 135.769,00 143.407,80 148.833,99 156.378,09 2. Hiburan & Rekreasi 12.406,78 13.042,52 13.242,83 13.587,58 13.854,02 3. Perorangan & Rumahtangga 56.665,32 60.653,40 66.954,50 70.685,49 72.748,71 Total PDRB 12.619.972,18 13.363.620,73 14.275.161,32 15.297.770,57 16.272.259,12


(3)

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Analisis Location quotient

Rumus :

Vi / Vt LQ =

Yi / Yt

Hasil nilai LQ (Tabel 5.1) 1. Sektor pertanian tahun 2005

571.821,44 / 847.651,96

LQ = = 2,23

3.811.540,80 / 12.619.972,17

 

2. Sektor pertambangan dan penggalian tahun 2005 4.113,04 / 847.651,96

LQ = = 0,04

1.588.492,98 / 12.619.972,17

 

3. Sektor industri pengolahan tahun 2005 23499.75/847651.96

LQ = = 0,20 1.769.220,83/12.619.972,17

4. Sektor listrik, gas, dan air bersih tahun 2005 6.020,22 / 847.651,96

LQ = = 0,92

97.824,03 / 12.619.972,17

5. Sektor bangunan tahun 2005 27.570,92 / 847.651,96

LQ = = 0,77 535.289,07 / 12.619.972,17

   


(4)

 

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Analisis Shift Share

1. Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 (Tabel 5.2)

Pada contoh perhitungan ini, sektor i adalah sektor pertanian dan wilayah j adalah Kabupaten Kerinci.

Perubahan PDRB (∆Yij) = Y’ij – Yij

= 720.069,06 - 571.821,40

= 148.247,62

Persentase Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 (Tabel 5.2) % ∆Yij = [( Y'ij - Yij) / Yij ]*100 %

Untuk sektor pertanian:

% ∆Yij = [(720.069,06 - 571.821,40) / 571.821,40] * 100 % = 25,93 %

2. Perubahan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 (Tabel 5.3) Untuk sektor pertanian:

∆Yi = Y’i – Yi

= 4.998.781,32 - 3.811.540,80 = 1.187.240,52

Persentase Perubahan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 (Tabel 5.3) Untuk sektor pertanian:

% ∆Yi = [( Y'i - Yi) / Yi ]*100 %

= [(4.998.781,32 - 3.811.540,80) / 3.811.540,80] * 100 % = 31,15 %

3. Rasio indikator kegiatan ekonomi Tahun 2005-2009 (Tabel 5.4) a. Rasio pendapatan Provinsi Jambi:

Ra = [Y’..- Y..] / Y..

= [16.272.259,11 – 12.619.972,17] / 12.619.972,17 = 0,29


(5)

Ri = [Y’i – Yi] / Yi

= [4.998.781,32 – 3.811.540,8] / 3.811.540,8 = 0,31

c. Rasio untuk sektor pertanian di Kabupaten Kerinci ri = [Y’ij - Yij] / Yij

= [720.069,06 - 571.821,40] / 571.821,40 = 0,26

4. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR) untuk sektor pertanian di Kabupaten Kerinci (Tabel 5.5)

PRij = (Ra)Yij

= (0.29) 571821.44 = 165.488,16

% PR = (PRij) / Yij * 100 %

= (165.488,16) / 571821.44 * 100 % = 28,94 %

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) untuk sektor pertanian di Kabupaten Kerinci (Tabel 5.6)

PPij = (Ri – Ra)Yij

= (0,31 – 0,29) 571821.44 = 12.626,05

% PP = (PPij) / Yij * 100 %

= (12.626,05) / 571821.44 * 100 % = 2,21 %

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) untuk sektor pertanian di Kabupaten Kerinci (Tabel 5.7)

PPWij = (ri – Ri)Yij

= (0,26 – 0,31) 571821.44 = - 29.866,59


(6)

% PPW = (PPWij) / Yij * 100%

= (- 29.866,59) / 571821.44 * 100 % = - 5,22 %

d. Komponen Pertumbuhan Bersih (PB) untuk sektor pertanian di Kabupaten Kerinci (Tabel 5.8)

PBij = PPij + PPWij

= 12.626,05 + (- 29.866,59) = -17.240,54

% PB = (PBij) / Yij * 100%