V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Yogyakarta
5.1.1. Rasio PDRB Kota Yogyakarta dan PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005-2009
Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa selama periode 2005-2009, kontribusi seluruh sektor perekonomian di Kota Yogyakarta dan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan. Setiap sektor memiliki rasio yang berbeda-beda, baik pada PDRB Kota Yogyakarta maupun Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Rasio Tersebut tercermin dari nilai Ra, Ri, dan ri. Nilai Ra didapat dari perhitungan selisih antara jumlah PDRB Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2009 dengan jumlah PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2005 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2005. Antara tahun 2005-2009, nilai Ra adalah sebesar 0,19 Tabel 5.1. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat sebesar 0,19 atau 19,0 persen. Nilai Ri diperoleh dari hasil perhitungan selisih antara PDRB Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta sektor i pada tahun 2009 dengan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sektor i pada tahun 2005 dibagi dengan PDRB
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sektor i pada tahun 2005. Seluruh sektor perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki nilai Ri yang positif
karena adanya peningkatan kontribusi masing-masing sektor perekonomian.
Kenaikan seluruh sektor ini dikarenakan kinerja yang baik dari pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setelah adanya bencana alam pada tahun
2006. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan berbagai macam program pada masing-masing sektor perekonomian sehingga dapat
membawa sektor-sektor tersebut meningkat kontribusinya dari tahun ke tahun. Tabel 5.1.
Rasio PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan PDRB Kota Yogyakarta Tahun 2005-2009 Nilai Ra, Ri, dan ri.
Lapangan Usaha Ra
Ri ri
Pertanian 0,19 0,14
-0,21 Pertambangan dan Penggalian 0,19
0,13 0,10 Industri Pengolahan 0,19
0,06 0,06
Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,19
0,21 0,12
Bangunan 0,19 0,38
0,34 Perdagangan 0,19
0,23 0,21
Hotel 0,19 0,14
0,11
Restoran 0,19 0,26
0,22 Pengangkutan dan Komunikasi 0,19 0,27 0,30
Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan 0,19 0,17 0,16 Jasa – Jasa
0,19 0,18 0,15 Total 0,19
0,19 0,19
Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010 diolah.
Nilai ri didapat dari perhitungan selisih antara PDRB sektor i di Kota Yogyakarta tahun 2009 dengan PDRB sektor i Kota Yogyakarta tahun 2005
dibagi dengan PDRB Kota Yogyakarta sektor i tahun 2005. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir semua sektor ekonomi di Kota Yogyakarta
mengalami peningkatan kontribusi sehingga hampir semua sektor memiliki nilai ri yang positif, kecuali sektor pertanian yang mempunyai nilai ri negatif, yaitu -0,21.
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian di Kota Yogyakarta yang bergeser menjadi wilayah pemukiman dan lahan usaha selain pertanian konversi
lahan sehingga sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB semakin menurun dari tahun ke tahun.
5.1.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Yogyakarta
Komponen pertumbuhan wilayah dibagi menjadi tiga jenis yaitu Pertumbuhan Regional PR, Pertumbuhan Proporsional PP, dan Pertumbuhan
Pangsa Wilayah PPW. Jika ketiga komponen pertumbuhan bernilai positif, maka laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Yogyakarta semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Komponen pertumbuhan nasional untuk tingkat negaraprovinsi atau
pertumbuhan regional untuk tingkat kotakabupaten merupakan hasil kali antara Ra dengan PDRB sektor i pada Kota Yogyakarta tahun 2005. Komponen ini dapat
terjadi karena adanya perubahan kebijakan ekonomi kebijakan ekonomi nasionalregional. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh adanya perubahan dalam
hal-hal yang memengaruhi perekonomian semua sektor di Kota Yogyakarta. Jika ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta
tahun 2005-2009 telah memengaruhi peningkatan PDRB Kota Yogyakarta sebesar Rp. 817,999 milyar 18,6 persen.
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa semua sektor ekonomi di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan kontribusi, sektor hotel mengalami peningkatan
kontribusi sebesar Rp. 30,676 milyar dan sektor jasa-jasa sebagai sektor yang mengalami peningkatan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp. 174,558 milyar. Hal
ini mengindikasikan bahwa sektor jasa-jasa sangat dipengaruhi oleh perubahan
kebijakan ekonomi pemerintah di tingkat regional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika terjadi perubahan kebijakan regional atau nasional, maka kontribusi sektor
jasa-jasa akan mengalami perubahan. Komponen pertumbuhan proporsional didapat dari hasil kali antara PDRB
Kota Yogyakarta sektor i tahun 2005 dengan selisih antara Ri dan Ra. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Analisis Shift Share menurut Lapangan Usaha.
Lapangan Usaha
Pertumbuhan Regional PR
Pertumbuhan Proporsional
PP Pertumbuhan Pangsa
Wilayah PPW
Juta Rp Juta Rp
Juta Rp Pertanian 4.061,31
18,60 -981,07
-4,49 -7.556,23
-34,60 Pertambangan
dan Penggalian 45,01
18,60 -12,58 -5,18
-9,47 -3,91 Industri
Pengolahan 96.360,83 18,60 -67.750,24
-13,08 2.894,40 0,55 Listrik, Gas,
dan Air Bersih 11.201,66
18,60 1.575,11
2,62 -5.788,78
-9,61 Bangunan 57.300,09
18,60 59.435,80 19,29 -10.835,89 -3,52
Perdagangan 58.800,55 18,60 12.358,27 3,91 -3.807,819 -1,21
Hotel 30.676,05 18,60
-7.460,12 -4,52 -4.521,93 -2,74
Restoran 116.629,63 18,60
45.502,74 7,26 -24.205,37 -3,86 Pengangkutan
dan Komunikasi 151.342,43 18,60 65.192,41 8,01 24.863,16 3,06
Keuangan, Sewa, dan
Jasa Perusahaan 117.024,13 18,60 -8.417,22 -1,34 -5.793,91 -0,92
Jasa – Jasa 174.558,21
18,60 -10.467,84 -1,12 -25.211,37 -2,69
Total 817.999,91 18,60 -1.249,36 -0,03 35.251,45 0,80
Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010 diolah.
Sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat dengan nilai PP 0 adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor
restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan sektor yang
mengalami pertumbuhan lambat dengan nilai PP 0 adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor hotel,
sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota Yogyakarta memiliki nilai
PP terbesar yaitu Rp. 65,192 milyar sehingga perlu terus dikembangkan karena memiliki pertumbuhan yang paling cepat. Sementara untuk sektor hotel memiliki
nilai PP sebesar –Rp. 7,46 milyar yang artinya sektor hotel memiliki pertumbuhan yang lambat. Berbeda dengan laju pertumbuhan nasionalregional yang sama
untuk semua sektor, laju pertumbuhan proporsional untuk setiap sektor tidak sama. Laju pertumbuhan proporsional terbesar terjadi pada sektor bangunan
sebesar 19,29 persen sementara untuk sektor hotel memiliki laju pertumbuhan sebesar -4,52 persen.
Untuk komponen pertumbuhan pangsa wilayah, sektor yang memiliki nilai PPWij 0 tergolong sektor yang memiliki dayasaing baik, sedangkan untuk
sektor yang memiliki PPWij 0 maka sektor tersebut termasuk sektor yang mempunyai dayasaing kurang baik. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sektor yang
memiliki nilai PPW 0 adalah sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua sektor
tersebut mampu bersaing dengan sektor ekonomi yang sama di kota atau kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor
perdagangan, sektor hotel, sektor restoran, sektor keuangan, sewa, dan jasa
perusahaan, dan sektor jasa-jasa kurang mampu untuk bersaing dengan sektor ekonomi yang sama di kota atau kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sektor yang mengalami laju pertumbuhan pangsa wilayah terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 3,06 persen. Sektor hotel memiliki
laju pertumbuhan Pertumbuhan Pangsa Wilayah sebesar -2,74 persen. Kegiatan hotel mempunyai nilai PR sebesar Rp. 30,676 milyar yang
merupakan urutan terbesar kedelapan, yang berarti bahwa kegiatan ini juga dipengaruhi oleh perubahan kebijakan regional atau perubahan produksi regional.
Pertumbuhan proporsional hotel bernilai negatif sebesar –Rp. 7,460 milyar atau - 4,52 persen yang berarti bahwa kegiatan hotel memiliki pertumbuhan yang
lambat. Begitu juga dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah, hotel memiliki nilai PPW 0 yang menunjukkan bahwa sektor hotel memiliki dayasaing yang
kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Nilai PPW dari sektor hotel adalah sebesar –Rp. 4,521 milyar dengan laju
pertumbuhan pangsa wilayah yaitu -2,74 persen. Pertumbuhan yang lambat dan dayasaing yang kurang baik ini lebih disebabkan karena adanya bencana alam
yang melanda Kota Yogyakarta pada tahun 2006.
5.1.3. Rasio PDRB dan Analisis Pertumbuhan Wilayah Sektor Hotel Kota Yogyakarta Setelah Gempa Bumi Periode 2007-2009
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 mei 2006 telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian Kota Yogyakarta. Pada Sub
Bab 5.1.2 dapat dilihat pada analisis pertumbuhan wilayah Kota Yogyakarta tahun
2005-2009 sektor hotel memiliki nilai Pertumbuhan Proporsional PP dan nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW yang negatif. Nilai Pertumbuhan
Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW yang negatif berarti sektor hotel Kota Yogyakarta memiliki pertumbuhan yang lambat dan dayasaing
yang kurang baik. Pada periode 2007-2009 berdasarkan analisis pertumbuhan wilayah seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.3 nilai Pertumbuhan Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah menunjukkan nilai yang positif. Nilai Pertumbuhan
Proporsional adalah 24,324 milyar rupiah atau memiliki laju pertumbuhan sebesar 17 persen dan nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah adalah 1,064 milyar rupiah atau
memiliki laju pertumbuhan sebesar 0,01 persen. Tabel
5.3. Rasio PDRB dan Analisis Shift Share Sektor Hotel Kota
Yogyakarta Tahun 2007-2009.
Komponen Analisis Shift Share
Nilai Rasio Juta
Rp Ra
Rasio Produksi Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta 0,10
- -
Ri Rasio Produksi Sektor
Hotel Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
0,26 -
- ri
Rasio Produksi Sektor Hotel Kota Yogyakarta
0,27 -
- Pertumbuhan Regional
PR -
13.888,39 0,10
Pertumbuhan Proporsional PP
- 24.324,26
0,17 Pertumbuhan Pangsa
Wilayah PPW -
1.064,36 0,01
Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010 diolah.
Nilai PP dan PPW yang positif menunjukkan bahwa pada periode 2007- 2009 sektor hotel Kota Yogyakarta memiliki pertumbuhan yang cepat
berdasarkan nilai Pertumbuhan Proporsional PP dan dayasaing yang baik berdasarkan nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW. Oleh karena itu, dapat
dikatakan pertumbuhan yang lambat dan dayasaing yang kurang baik pada periode 2005-2009 adalah karena adanya bencana alam pada tahun 2006.
5.1.4. Pertumbuhan Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Yogyakarta
Pertumbuhan Bersih PB diperoleh dari penjumlahan komponen Pertumbuhan Proporsional PP dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
PPW setiap sektor perekonomian. Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa di Kota Yogyakarta selama tahun 2005-2009 terdapat empat sektor yang memiliki PB 0
yang merupakan sektor dengan pertumbuhan progresif maju. Sektor tersebut adalah sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor restoran, dan sektor
pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan sektor yang tergolong pertumbuhannya lambat PB 0 adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor hotel, sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
Sektor ekonomi yang memiliki nilai PB terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar Rp. 90,055 milyar. Sektor yang
memiliki presentase PB terbesar adalah sektor bangunan, yaitu sebesar 15,78 persen. Kegiatan usaha hotel memiliki nilai PB –Rp. 11,982 milyar atau
presentase sebesar -7,265 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan hotel tergolong memiliki pertumbuhan yang lambat
Tabel 5.4. Pertumbuhan Bersih PB.
Lapangan Usaha Pertumbuhan Bersih PB
Juta Rp
Pertanian -8.537,31 -39,10
Pertambangan dan Penggalian -22,01
-9,10 Industri Pengolahan
-64.855,83 -12,52
Listrik, Gas, dan Air Bersih -4.213,66
-7,00 Bangunan 48.599,91
15,78 Perdagangan 8.550,45
2,71
Hotel -11.982,05 -7,27
Restoran 21.297,37 3,40
Pengangkutan dan Komunikasi 90.055,57
11,07 Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan
-14.211,13 -2,26
Jasa – Jasa -35.679,21
-3,80 Total 34.002,09
0,77 Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010 diolah.
Pertumbuhan yang lambat dikarenakan antara tahun 2006 hingga 2009 sektor hotel di Kota Yogyakarta sedang berusaha untuk keluar dari keterpurukan
setelah terjadinya bencana alam yang merusak objek wisata serta infrastruktur hotel yang ada di Kota Yogyakarta. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan yang lambat pada sektor hotel disebabkan karena sektor hotel di Kota Yogyakarta harus menata ulang seluruh kegiatan dan infrastruktur hotel
setelah adanya bencana gempa bumi dan meletusnya gunung merapi pada tahun 2006.
Bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan digunakan untuk mengevaluasi profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Sumbu
horizontal menggambarkan presentase perubahan komponen Pertumbuhan
Proporsional PP, sedangkan sumbu vertikal merupakan presentase Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW.
Gambar 5.1
menunjukkan profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Yogyakarta selama tahun 2005-2009 dalam empat kuadran. Sektor
pengangkutan dan komunikasi berada di kuadran I yang berarti bahwa sektor ini berada pada kondisi PP dan PPW bernilai positif yang artinya memiliki laju
pertumbuhan yang cepat dilihat dari nilai PP dan memiliki dayasaing yang baik bila dibandingkan dengan sektor di wilayah lainnya dilihat dari nilai PPW.
Kuadran II yang berada pada posisi PP positif dan PPW negatif terdapat sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, dan sektor
restoran yang memiliki laju pertumbuhan cepat PP bernilai positif tetapi tidak memiliki dayasaing yang baik jika dibandingkan dengan sektor di daerah lain
PPW bernilai negarif. Pada Kuadran III terdapat sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor hotel, sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa yang berarti memiliki pertumbuhan yang lambat dan kurang memiliki
dayasaing yang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain dilihat melalui nilai PP dan PPW yang negatif. Dalam sektor pertanian hal ini disebabkan karena
berkurangnya lahan pertanian di Kota Yogyakarta yang bergeser menjadi wilayah pemukiman dan lahan usaha selain pertanian konversi lahan. Sementara untuk
sektor hotel, sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa disebabkan karena masih membangun kembali ketiga sektor tersebut setelah
terjadinya bencana alam yang melanda Kota Yogyakarta. Pada Kuadran IV
terdapat s sektor eko
tetapi mem sama di da
Sumber: BP ‐15.00
PP k
k
sektor indu onomi terse
mpunyai da aerah lain P
PS Provinsi
Gambar 5.1
‐10.00 ‐5.0
kuadran 4
kuadran 3
ustri pengol ebut menga
ayasaing ya PPW positif
Daerah Istim
1. Profil Per
‐40.00 ‐35.00
‐30.00 ‐25.00
‐20.00 ‐15.00
‐10.00 ‐5.00
0.00 5.00
00 0.00
lahan. Kuad alami laju p
ang baik ji f.
mewa Yogyak
rtumbuhan S
5.00 10
PPW
dran IV m pertumbuhan
ika dibandi
karta,2010 d
Sektor-Sekt
0.00 15.00
k
P P
P I
L b
B P
H R
P K
K P
J
menunjukkan n yang lam
ngkan deng
diolah.
tor Perekon
20.00
kuadran 1
kuadran 2
Pertanian Pertambanga
Penggalian ndustri Peng
Listrik, Gas, bersih
Bangunan Perdagangan
Hotel Restoran
Pengangkutan Komunikasi
Keuangan, S Perusahaan
Jasa-Jasa
n bahwa se mbat PP ne
gan sektor
omian.
25.00
an dan golahan
dan Air
n dan Sewa, dan Jas
ektor- egatif
yang
sa
5.2. Analisis Sektor Basis di Kota Yogyakarta