III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Wilayah Kajian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2011. Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta dengan pertimbangan bahwa Kota Yogyakarta
merupakan salah satu kota tujuan wisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sektor hotel sebagai salah satu dayatarik utama dan pendukung kegiatan
pariwisata Kota Yogyakarta.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer dengan periode antara tahun 2005-2009. Tahun 2005-2009 digunakan
sebagai bahan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah RPJMD tahun 2007-2011 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD
2005-2025 Kota Yogyakarta. Data yang dikumpulkan berupa data Produk Domestik Bruto PDB Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota
Yogyakarta dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pajak Hotel Kota Yogyakarta, Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Yogyakarta, dan jumlah
kunjungan wisatawan Kota Yogyakarta selama periode 2005-2009. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Pusat, BPS
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, BPS Kota Yogyakarta, Bappeda Kota Yogyakarta, Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta,
dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, serta instansi terkait
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Data primer dalam analisis penelitian ini, didapatkan dengan wawancara langsung kepada staf bidang
pembinaan dan pengembangan pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan menggunakan wawancara berstruktur dengan daftar
pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya agar tujuannya jelas dan terpusat.
3.3. Metode Analisis
3.3.1. Metode Shift Share
Analisis ini digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama periode waktu. Analisis ini dilakukan pada
tingkat Kota Yogyakarta antara tahun 2005-2009. Terdapat enam langkah utama dalam analisis shift share. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan wilayah yang analisis. Wilayah
analisis dilakukan
di Kota Yogyakarta. Wilayah analisis yang dipilih adalah Kota Yogyakarta maka wilayah atasnya adalah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. 2. Menentukan
indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Pada penelitian ini indikator yang digunakan adalah pendapatan di suatu
wilayah yang dicerminkan oleh nilai PDRB tingkat Kota Yogyakarta. 3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.
Pada tahap ini sektor yang menjadi fokus utama, adalah sektor hotel. 4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi, menggunakan rumus
sebagai berikut:
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 5 wilayah j=1,2,3,4,5 yaitu, Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo,
Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Terdapat 11 sektor ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta i=1,2,3,…,11 yaitu sektor pertanian,
sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor hotel,
sektor restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
a. Produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari sektor i pada tahun 2005.
Yi Yij
dimana: Yi = produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari sektor i
pada tahun 2005, Yij = produksi dari sektor i pada wilayah j pada tahun 2005.
b. Produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari sektor i pada tahun 2009.
Y′i Y′ij
dimana: Y’i
= produksi
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari
sektor i pada tahun 2009,
Y’ij =
produksi dari
sektor i pada wilayah j pada tahun 2009. c. Produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2005 dan
tahun 2009 dirumuskan sebagai berikut : 1.
Produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2005. Y..
Yij Yij
dimana: Y..=
produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2005, Yij = produksi dari sektor i pada wilayah j pada tahun 2005.
2. Produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2009.
Y′.. Y′ij
Y′ij
dimana: Y’.. = produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2009,
Y’ij = produksi dari sektor i pada wilayah j pada tahun 2009 d. Perubahan
produksi sektor i pada wilayah j dirumuskan sebagai berikut.
∆ Yij = Y’ij – Yij dimana:
∆ Yij = perubahan produksi sektor i pada wilayah j, Yij
= produksi dari sektor i pada wilayah j pada tahun 2005, Y’ij
= produksi dari sektor i pada wilayah j pada tahun 2009.
e. Presentase perubahan PDRB sektor i adalah sebagai berikut. ∆ Yij =
′
100
5. Menghitung rasio
indikator kegiatan ekonomi Produksi. a. Rasio
produksi sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta ri
ri =
′
dimana: ri = rasio produksi sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta,
Yij = produksi dari sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2005,
Y’ij = produksi dari sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2009.
b. Rasio produksi
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sektor i Ri
Ri =
′
dimana: Ri = rasio produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sektor i,
Yi = produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari sektor i pada tahun 2005,
Y’i = produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari sektor i pada tahun 2009.
c. Rasio produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Ra
Ra =
′
. . . .
. .
dimana: Ra = rasio produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Y.. = produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2005, Y’.. = produksi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2009.
6. Menghitung Komponen
Pertumbuhan Wilayah. a.
Komponen Pertumbuhan Nasional PN
PNij =
Ra Yij
dimana: PN = komponen pertumbuhan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sektor i untuk wilayah Kota Yogykarta, Yij = produksi dari sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta pada tahun
2005. b.
Komponen Pertumbuhan Proporsional PP
PPij = Ri – Ra Yij dimana:
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kota Yogyakarta,
Yij = produksi dari sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2009.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW PPWij = ri – Ri Yij
dimana: PPWij=
komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kota Yogyakarta,
Yij = produksi dari sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta pada
tahun 2009. Apabila:
PPWij 0, maka sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta mempunyai dayasaing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor i.
PPWij 0, maka sektor i pada wilayah Kota Yogyakarta tidak dapat bersaing dengan baik dibandingkan dengan sektor i pada wilayah lainnya.
3.3.2. Metode Location Quotient LQ
Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah sektor hotel termasuk kegiatan basis atau nonbasis. Pada metode ini penentuan sektor basis dan nonbasis
dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah
dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan total semua sektor di daerah atasnya. Daerah bawah dalam penelitian ini adalah Kota
Yogyakarta dan daerah atas adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara Matematis nilai LQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
LQ
S S S S
Keterangan : Sib = Pendapatan sektor i Kota Yogyakarta Sb = Pendapatan total semua sektor Kota Yogyakarta
Sia = Pendapatan sektor i Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sa = Pendapatan total semua sektor Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kisaran nilai LQ:
a. Jika nilai LQ 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor basis, yang
menunjukkan suatu sektor mampu melayani pasar baik di dalam maupun di luar Kota Yogyakarta.
b. Jika nilai LQ 1, berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor basis,
yang menunjukkan suatu sektor belum mampu melayani pasar di Kota Yogyakarta.
3.3.3. Analisis Porter’s Diamond
Analisis deskriptif menggunakan pendekatan Porter’s Diamond. Analisis dengan pendekatan Porter’s Diamond digunakan untuk menganalisis kondisi dan
potensi dayasaing sektor hotel Kota Yogyakarta. Dalam menganalisis kondisi potensi dayasaing sektor hotel Kota Yogyakarta dilakukan dengan cara
wawancara terbuka kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.
3.3.4. Analisis Kontribusi dan Efektivitas Pajak 3.3.4.1. Analisis Kontribusi
Analisis Kontribusi yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan
pajak hotel terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kota Yogyakarta, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak hotel terhadap PAD. Rumus
yang digunakan untuk menghitung kontribusi sebagai berikut: Budiyuwono, 1995.
Pn = Keterangan:
Pn = Kontribusi penerimaan pajak hotel Kota Yogyakarta terhadap PAD Kota Yogyakarta Rupiah
QY = Jumlah penerimaan pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta Rupiah QX = Jumlah penerimaan pajak hotel Kota Yogyakarta Rupiah
n = Tahun periode tertentu Dengan analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi pajak
hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD di Kota Yogyakarta. Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari tahun ke tahun selama lima tahun kita
akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi tersebut dan akan diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil dari tahun ke tahun.
Sehingga dapat diketahui seberapa besar peran pajak hotel dalam menyumbang kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta.
3.3.4.2. Analisis Efektivitas
Efektivitas yaitu hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan, dan
prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan
efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah
ditentukan Devas, 1989. Berkaitan
dengan pajak, analisis efektivitas merupakan hubungan antara
realisasi penerimaan pajak hotel terhadap target penerimaan pajak hotel yang memungkinkan apakah besarnya pajak hotel sesuai dengan target yang ada.
Efektivitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan Mardiasmo,2001.
Besarnya efektivitas pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Devas, 1989
Efektivitas =
Apabila hasil perhitungan efektivitas pajak hotel menghasilkan angkapresentase mendekati 100 maka pajak hotel semakin efektif, dan untuk
melihat efektivitasnya dengan membandingkan efektivitas tahun bersangkutan dengan efektivitas tahun sebelumnya. Selama ini belum ada ukuran baku
mengenai kategori efektivitas, ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja judgment.
Tingkat efektivitas dapat digolongkan kedalam beberapa kategori, yaitu: 1. Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100 persen berarti sangat efektif.
2. Hasil perbandingan tingkat pencapaian 100 persen berarti efektif. 3. Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100 persen berarti tidak efektif.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Letak, Kondisi, dan Perkembangan Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta
merupakan Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas wilayah 32.500 Ha. Kota Yogyakarta merupakan salah
satu kota besar di Pulau Jawa, selain merupakan tempat pusat pemerintahan dan ibukota provinsi, Kota Yogyakarta merupakan tempat kedudukan bagi Sri Sultan
dan Adipati Pakualam. Salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram antara 1575-1640. Keraton Istana
yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Keraton Ngayogyakarta dan Puro Pakualaman, yang merupakan pecahan dari Mataram.
Nama Yogyakarta
diambil dari dua kata, yaitu Ayogya yang berarti “kedamaian” atau tanpa perang, a “tidak”, yogya merujuk pada yodya atau
yudha, yang berarti “perang”, dan Karta yang berarti “baik”. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad
misalnya Babad Giyanti dan leluri riwayat oral telah berupa sebuah “dalem” yang bernama “Dalem
Gerjiwati”; lalu dinamakan ulang oleh Sunan Pakubuwana II sebagai “Dalem Ayogya”.
Kota Yogyakarta
terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua, dan Sungai
Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 Km dari Jakarta, 116 Km dari Semarang, dan 65 Km dari Surakarta. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m
diatas permukaan laut. Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial,
ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk
menjaga keberlangsungan pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama Kartamantul Yogyakarta, Sleman, dan Bantul yang mengurusi semua
hal yang berkaitan dengan kawasan aglomerasi Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga Depok, Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan Banguntapan.
Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah:
Utara: Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
Timur: Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul
Selatan: Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
Barat: Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta, menurut Sensus Penduduk 2010 berjumlah 388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir
setara. Islam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat Yogyakarta, dengan jumlah penganut Kristen dan Katolik yang relatif signifikan. Seperti
kebanyakan Agama Islam di kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan tradisi “Kejawen” yang cukup kuat. Yogyakarta juga menjadi
tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912
di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta.
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20 penduduk produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini diwarnai
dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Perguruan tinggi yang dimiliki oleh pemerintah adalah Universitas Gadjah
Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Perkembangan Kota Yogyakarta semakin lama semakin pesat dan meluas.
Hingga saat ini, Kota Yogyakarta telah memiliki lima fungsi kota sekaligus yaitu sebagai kota pemerintahan, perdagangan, industri, kebudayaan, dan pariwisata.
Dari sisi pariwisata, banyak jenis wisata yang ditawarkan oleh Kota Yogyakarta yaitu wisata kuliner, wisata belanja, wisata alam, wisata sejarah, dan wisata seni
serta budaya. Keseriusan Kota Yogyakarta dalam mengembangkan fungsinya sebagai kota pariwisata ditunjukkan dalam RPJMD Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah 2007-2011 yang salah satu misi pembangunannya adalah mempertahankan Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, Kota Budaya
dan Kota Perjuangan.
4.2. Jenis dan Lokasi Pariwisata di Kota Yogyakarta