Profil UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU

4.1. Profil UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau

Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai UPT Diklat adalah unsur pelaksana teknis dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau yang bertugas sebagai penyelenggara diklat di lingkungan aparatur Pemerintah Daerah. Lembaga Unit Pelaksana Teknis Daerah Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dibentuk melalui Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 8 Tahun 2008 dan uraian tugasnya ditindaklanjuti melalui Peraturan Gubernur Riau Nomor 65 tahun 2009. Sebelum menjadi UPT seperti sekarang, nama lembaga diklat ini dahulunya adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai yang berada dibawah struktur organisasi Badan Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Pegawai atau disingkat BADP sama seperti sekarang dengan nama Badan Kepegawaian Daerah BKD Unit Pelaksana teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai UPT yang terletak di Kota Pekanbaru, mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Melaksanakan penyelenggaraan diklat struktural, diklat teknis fungsional dan diklat prajabatan 2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Diklat ke KabupatenKota sebagai Instansi Pembina yang terakreditasi 3. Melaksanakan koordinasi ke Instansi Pembina yaitu Lembaga Administrasi Negara LAN Jakarta 4. Melaksanakan dan mengatur buku-buku perpustakaan 5. Melaksanakan penyusunan rencana program kerja UPT Diklat Pegawai 6. Melaksanakan pemantauan dan pemeliharaan gedung dan asrama UPT Diklat Pegawai 7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau. Memperhatikan struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan, tidak ditemukan tugas-tugas yang berkenaan dengan publik antara lain kurikulum, materi pelajaran maupun rencana programkegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat. Hal semacam itu kontradiktif dengan tujuan UPT yang bertugas membekali PNS melaksanakan fungsinya sebagai abdi masyarakat yang bersentuhan langsung dengan publik. Sebagai Sub Perangkat Daerah dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau, penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional yang diselenggarakan oleh UPT mempunyai susunan struktur organisasi terdiri dari Kepala UPT jenjang jabatan eselon III yang membawahi jenjang eselon IV yaitu Kepala Seksi Tata Usaha dan Kepala Seksi Pelatihan. Deskripsi uraian tugas Kepala Seksi adalah sebagai berikut : 1. Kepala Seksi Pelatihan a. Merencanakan dan menyusun program dan rencana kerja seksi pelatihan dengan mempedomani kegiatan dan program tahun lalu dan petunjuk atasan sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b. Menunjuk tenaga pengajar dalam penyelenggaraan diklat di UPT BKD Provinsi Riau dan Kabupaten dan Kota dengan persetujuan Kepala UPT Diklat Pegawai BKD serta ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Kepagawaian Daerah Provinsi Riau; c. Melakukan koordinasi terhadap tenaga pengajar dalam penyampaian hal- hal baru dalam bentuk buku, peraturan perundang-undangan atau sejenisnya serta dalam penentuan jadwal mengajar; d. Melakukan koordinasi ke Instansi Pembina LAN-RI Jakarta terhadap peraturan-peratuan serta modul-modul yang berkaitan dengan diklat; e. Melakukan pembinaan terhadap peserta diklat Provinsi maupun Kabupaten dan Kota secara langsung guna meningkatkan motivasi peserta dalam mengikuti diklat; f. Melakukan pembinaan pelaksanaan diklat di Kabupaten dan Kota dengan cara memberikan petunjuk, arahan dan pedoman untuk kelancaran pelaksanaannya; g. Mengatur penyediaan alat-alat Bantu belajar dengan cara memberikan arahan pada bawahan agar alat Bantu belajar yang disediakan sesuai dengan kebutuhan dan materi yang disajikan; h. Menyusun panitia penyelenggara diklat dengan persetujuan Kepala UPT Diklat BKD Provinsi Riau untuk ditetapkan dalam surat keputusan Kepala BKD Provinsi Riau; i. Mengatur dan melaksanakan penyelenggaraan diklat di UPT Diklat BKD Provinsi Riau dengan cara menyusun jadwal penyelenggaraan mulai tahap persiapan, pengendalian dan pelaporan serta berkoordinasi dengan Kasi Tata Usaha Diklat; j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sepanjang menyangkut bidang tugas Seksi Pelatihan. 2. Kepala Seksi Tata Usaha a. Merencanakanmenyusun program kerja seksi Tata Usaha dengan cara mempedomani kegiatan dan program tahun lalu dan petunjuk atasan sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b. Mengatur, memproses surat-surat kedinasanumum, mengendalikan surat- surat masuk dan surat keluar serta penataan arsip dengan mempedomani ketentuan yang ada agar penyelesaian administrasi tata usaha UPT Diklat Pegawai berjalan lancar; c. Mengatur dan mengawasi penyediaan peralatan kantor, perbaikan gedung, pengadaan materi pelajaran, perawatan kendaraan dinas, mengatur dan mengawasi konsumsi dan penyediaan ruang belajar serta asrama secara langsung agar fasilitas yang diperlukan tetap dalam keadaan siap pakai; d. Melakukan koordinasi dengan Kasi Pelatihan dalam rangka menyusun program kediklatan; e. Membina dan mengatur kegiatan dan menyediakan buku-buku perpustakaan UPT Diklat Pegawai dengan cara memberi petunjuk bimbingan agar kegiatan dan penyediaan buku-buku ssuai dengan ketentuan; f. Mengatur penyediaan peralatan ruang belajar, rapat-rapat dan kegiatan lainnya agar kegiatan belajar, rapat dan kegiatan lainnya dapat terlaksana dengan baik; g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sepanjang menyangkut bidang tugasnya. Sebagai bagian dari pemerintahan di Provinsi Riau, UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau mempunyai tujuan peningkatan kedayagunaan fungsional pendidikan dan pelatihan, peningkatan kinerja aparatur pemerintah daerah dengan sasaran antara lain : 1. Meningkatkan kompetensi aparatur pemerintah baik kompetensi dasar maupun kompetensi bidang; 2. Meningkatkan kontribusi hasil pendidikan dan pelatihan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi alumni; 3. Meningkatkan kontribusi pendidikan dan pelatihan kepada kualitas sumberdaya manusia pembangunan; 4. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan dan manajemen diklat aparatur melalui : a. Peningkatan kompetensi penyelenggara pendidikan dan pelatihan; b. Peningkatan kualitas program dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; c. Peningkatan kualitas dan kapasitas sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya setiap tahun Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan pelatihan Pegawai UPT Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau mempunyai 2 dua program kerja yaitu mengadakan kediklatan fungsional dan kediklatan Teknis. Secara Nasional Lembaga Administrasi Negara Republik merupakan institusi yang bertanggungjawab dalam menyusun kebijakan kediklatan dan dijadikan pedoman bagi Lembaga Diklat Daerah untuk melaksanakan kediklatan. UPT sebagai lembaga kediklatan bagi aparatur di daerah bertugas penyelenggara program kediklatan sesuai pedoman yang ditetapkan LAN-RI. Intensitas kediklatan yang dilakukan oleh UPT dengan dukungan Widyaiswara selama ini dapat berjalan meskipun secara struktural organisasi UPT berada dibawah Badan Kepegawaian Daerah Riau dengan dibantu oleh 2 dua orang pejabat Kepala Seksi. Menurut Kepala UPT ketika dimintai tanggapan tentang efektivitas UPT dalam penyelenggaraan kediklatan yang hanya didukung oleh 2 dua orang pejabat setingkat Kepala Seksi yang dibantu oleh belasan staf disetiap Seksi, memberikan jawaban bahwa selama ini program kediklatan dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Pedoman dan modul pembelajaran yang digariskan oleh LAN-RI disamping dibantu oleh tenaga Widyaiswara dan tenaga pengajar dari luar institusi UPT mempermudah UPT menjalankan kediklatan meskipun diakui untuk benar-benar menjadi lembaga diklat yang bermutu perlu pembenahan terhadap kualitas tenaga widyaiswara maupun sarana dan prasarana yang refresentatif seperti ruang belajar yang memadai dan nyaman, serta peralatan belajar mengajar. 4.2. Tenaga Pengajar Tenaga kediklatan di Unit Pelaksana Teknis UPT diklasifikasikan sebagai Pengelola Lembaga Diklat dan Widyaiswara. Unit Pelaksana Teknis merupakan jenjang eselon III yang berada dibawah struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah BKD Provinsi Riau. Meskipun secara struktur jumlah pejabat struktural di lingkungan UPT terdiri dari tiga orang yaitu Kepala UPT satu orang dan dua orang Kepala Seksi, namun dalam pelaksanaan kediklatan dibantu sejumlah personil Pegawai Negeri Sipil maupun tenaga honorer yang membantu memberikan pelayanan administrasi bagi penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan pegawai. Pembagian tugas dan distribusi pekerjaan kepada petugas mulai dari persiapan daftar hadir, jadwal pelajaran, petugas penghubung pemberitahuan kepada pengajar atau widyaiswara, serta persiapan sarana pembelajaran adalah tugas-tugas yang dilakukan oleh penyelenggara diklat. Dalam persyaratan yang ditentukan oleh Lembaga Administrasi Negara, pengelola diklat pada Unit Pelaksana Teknis sedapatnya memiliki sertifikat Management Of Training MOT dan Training Officer Course TOC. Jika memperhatikan hal tersebut, tidak ada seorangpun pejabat dan PNS di UPT yang memiliki sertifikat MOT dan TOC. Tujuan dari MOT dan TOT dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada Pengelola Diklat dalam merencanakan dan menyusun program pelatihan yang tepat sesuai standar yang dibutuhkan, kecakapan merancang struktur materi pelajaran, dan terpenting dapat melaksanakan fungsi manajerial kelembagaan. Sehingga diklat dapat lebih efektif dan efisien. Walaupun sertifikat MOT dan TOT tidak dimiliki oleh pejabat struktural dan PNS di Unit Pelaksana Teknis, tidak mengalami hambatan dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pegawai. Alasan yang dikemukakan bahwa proses belajar dan mengajar berjalan dengan lancar dan tertib, tidak ada hal-hal yang dapat mengganggu terselenggaranya kediklatan tersebut. Efektivitas program pendidikan dan pelatihan selain ditentukan manajerial Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan pegawai, peran tenaga pengajar, widyaiswara atau fasilitator turut membentuk karakter kelembagaan diklat di UPT. Widyaiswara yang terdapat di UPT hasil penelitian Maret 2009 sejumlah 12 orang dengan latar belakang pendidikan terakhir yang terendah Sarjana sampai Pasca Sarjana. Sebagian besar Widyaiswara pernah menduduki jabatan penting di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau seperti jabatan Kepala Dinas eselon II dan eselon III setingkat Kepala BagianBidang. Mereka umumnya tenaga birokrat murni yang tidak mempunyai pengalaman sebagai pengajar. Ada beberapa alasan posisi Widyaisawara ditempati oleh mantan pejabat meskipun batas usia pensiun masih cukup lama yang rata-rata 5 tahun. Pertama, perubahan kepemimpinan Gubernur berdampak terhadap perubahan pergantian pejabat puncak pada dinasinstansi. Pengaruh psikologis akibat tidak menjabat dan merasa kehilangan kekuasaan, dulunya disibuki dengan pekerjaan rutinitas kepemimpinan dan sekarang merasa menjadi pegawai biasa sama dengan pegawai kantoran lainnya, telah memberikan pilihan lebih baik menjadi pejabat fungsional termasuk Widyaiswara karena mendapat tambahan penghasilan berupa tunjangan fungsional selain tunjangan penghasilan beban kerja yang diperoleh setiap pegawai berdasarkan urutan golongan kepangkatan dalam jenjang penggajian pegawai negeri sipil. Disamping itu dimungkinkan mendapatkan kenaikan pangkat 2 tahun sekali sepanjang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Kedua, daripada berstatus pegawaistaf biasa, lebih baik berkarir dijabatan fungsional widyaiswara dengan harapan mendapat tambahan perpanjangan usia batas pensiun 60 tahun. Perubahan lingkungan kerja dan mindset mantan pejabat yang beralih kedalam jabatan widyaiswara seringkali memberikan pilihan yang sulit bagi Pemerintah Provinsi Riau. Disatu sisi Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai tempat dimana proses peningkatan kualitas transfer pengetahuan dan perilaku PNS berproses membutuhkan kualifikasi dan kompetensi tenaga pengajar. Namun disisi lain minat pegawai negeri sipil usia dibawah 50 tahun untuk menjadi widyaiswara sangat rendah karena ketertarikan terhadap jabatan struktural jauh lebih tinggi. Sehingga pada akhirnya posisi jabatan fungsional di Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai di isi oleh mantan-mantan pejabat. Bukan tidak mungkin kondisi itu akan berlangsung terus dan ini dibuktikan hampir tiap tahun UPT mengalami kekurangan tenaga widyaiswara sebab pensiun karena rendahnya pengkaderan PNS menjadi widyaiswara. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan MENPAN Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, serta Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 dan 2 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, terlihat bahwa Widyaiswara adalah jabatan karier yang harus memenuhi persyaratan kompetensi di masing-masing jenjangnya. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan kerja, karakteristik, sikap dan perilaku yang mutlak dimiliki Widyaiswara untuk mampu melakukan tugas tanggungjawabnya secara profesional. Adapun tugas-tugas Widyaiswara yang tercantum di bawah ini diturunkan dari uraian tugas jabatan fungsional Widyaiswara adalah sebagai berikut : 1. Melakukan analisis kebutuhan diklat; 2. Menyusun kurikulum diklat; 3. Menyusun bahan ajar; 4. Menyusun GBPPSAPTransparansi; 5. Menyusun modul diklat; 6. Menyusun tes hasil belajar; 7. Melakukan tatap muka di depan kelas diklat; 8. Memberikan tutorial dalam Diklat Jarak Jauh; 9. Mengelola program diklat sebagai penanggung jawab dalam program Diklat; 10. Mengelola program diklat sebagai anggota dalam program Diklat; 11. Membimbing peserta diklat dalam penulisan kertas kerja; 12. Membimbing peserta diklat dalam praktik kerja lapangan; 13. Menjadi fasilitator moderator narasumber dalam seminar lokakarya diskusi atau yang sejenis; 14. Memberikan konsultansi penyelenggaraan diklat; 15. Melakukan evaluasi program diklat; 16. Mengawasi pelaksanaan ujian; 17. Memeriksa jawaban ujian; 18. Melaksanakan kegiatan pengembangan profesi, dan penunjang tugas Widyaiswara. Rincian tugas Widyaiswara tersebut di atas dikuasai oleh para Widyaiswara melalui keikutsertaan mereka dalam Diklat Fungsional Kewidyaiswaraan Berjenjang dan Diklat Teknis Kewidyaiswaraan. Diklat Fungsional Kewidyaiswaraan Berjenjang meliputi Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Pertama, Muda, Madya dan Utama. Diklat Teknis Kewidyaiswaraan meliputi Diklat Teknis Pengelola Diklat Management of TrainingMOT, Diklat Teknis Analisis Kebutuhan Diklat Training Needs AnalysisTNA, Diklat bagi Penyelenggara Diklat Traning Officer CourseTOC dan Diklat Teknis Kewidyaiswaraan lainnya sesuai kebutuhan pengembangan kompetensi Widyaiswara. Secara yuridis formal kualifikasi widyaiswara membutuhkan kompetensi yang tinggi jika mempedomani persyaratan dari Pemerintah. Kondisi itu bukan perkara yang mudah diterapkan untuk merekrut calon widyaiswara di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Keterbatasan peminat alasan diterimanya PNS yang beralih ke status meskipun tidak mempunyai pengalaman mengajar dibidang yang dibutuhkan lembaga UPT. Mereka para widyaiswara awal mulanya cenderung dimudahkan agar lulus mengikuti seleksi calon widyaiswara oleh Lembaga Administrasi Negara. Terkesan perlahan-lahan wawasan mereka akan meningkat jika telah berstatus widyaiswara melalui diklat-diklat yang diselenggarakan LAN. Tampaknya Pemerintah dalam hal LAN menciptakan performa widyaiswara pada saat mereka telah berstatus penyandang jabatan fungsional tersebut. Bukan pada saat awal seleksi penerimaan calon karena rendahnya minat PNS menjadi tenaga fungsional widyaiswara. Dalam beberapa pengamatan diruang kelas yang materinya diasuh oleh widyaiswara dan sumber-sumber informasi dari PNS yang pernah mengikuti diklat-diklat administrasi pimpinan, memberikan penilaian cenderung negatif terhadap widyaiswara. Penyampaian materi yang tidak menarik walaupun isi materinya bagus. Statis, monoton, dan terlalu berfokus pada alat Bantu berupa slide dan tidak dapat mengembangkan materi secara implementatif atau teoritis. Paling sering terjadi proses kediklatan dalam kelas selalu disertai cerita-cerita pengalaman-pengalaman widyaiswara ketika masih menjabat pada jabatan struktural post syndrome. Paparan materi yang disampaikan widyaiswara tidak jauh dari buku textbook yang juga dimiliki peserta diklat seperti diklat administrasi kepemimpinan tingkat IV, tingkat III, dan sejenisnya. Tenaga pengajar di UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau merupakan pegawai negeri sipil yang disebut sebagai widyaiswara. Saat kajian dilakukan, jumlah widyaiswara yaitu PNS yang berstatus sebagai pejabat fungsional untuk mendidik, mengajar, atau melatih pada Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai terdiri dari : Tabel 3 Jumlah Widyaiswara Tahun 2010 No Jabatan orang 1. Widyaiswara utama 1 2. Widyaiswara Madya 10 3. Widyaiswara Muda 5 Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010 Berdasarkan tingkat pendidikan widyaiswara yang tertinggi adalah strata 2 dan terendah strata 1. Tabel 4 Jumlah dan Persentase Widyaiswara Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase Sarjana S-1 10 62,5 Pasca Sarjana S-2 6 37,5 Jumlah 16 100 Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010 Berdasarkan kelompok golongan ruang Widyaisawara pada Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, terendah golongan III dan