pemberdayaan masyarakat dimaksud mencerminkan kebutuhan bagi perbaikan sistem layanan publik pada setiap satuan kerja Pemerintah Provinsi Riau.
5.3 . Ikhtisar
Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau merupakan lembaga teknis milik Pemerintah
Provinsi Riau. Jauh sebelum dibentuknya institusi kediklatan aparatur kepegawaian semacam UPT, dulunya UPT ini bernama Balai Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai yang dipimpin eselon III dan dibantu oleh 2 orang pejabat Kepala Seksi Pelatihan dan Kepala Seksi Tata Usaha. Dari segi struktur dan tugas
pokok tidak ada perbedaan antara Balai dan Unit seperti sekarang terkecuali menyesuaikan dengan nomenklatur peraturan perundang-undangan.
Tujuan keberadaan Unit Pelaksana Teknis dimaksudkan sebagai tempat peningkatan kapasitas aparatur PNS dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau
melalui pendidikan dan pelatihan. Program tahunan yang dijalankan UPT mengadakan diklat prajabatan, diklat dalam jabatan diklat kepemimpinan dan
fungsional dan diklat teknis. Disadari bahwa peran UPT untuk membekali PNS dalam program kediklatan sebenarnya memiliki peran ganda dimana satu sama
lainnya saling mendukung. Ditambah lagi dengan fungsi yang melekat pada PNS sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Institusi Pembina kediklatan yang
berada di Lembaga Administrasi Negara secara periodik terus melakukan penyempurnaan kebijakan kediklatan aparatur. Kurikulum dan materi terbitan
LAN-RI merupakan pedoman bagi penyelenggara kediklatan semacam UPT di daerah, dan harus di ikuti sesuai kebijakan tersebut. Mencermati lebih lanjut
kebijakan kediklatan LAN bagi PNS sebenarnya tidak ada persoalan karena latar belakang kebijakan kediklatan telah melalui pertimbangan dan kajian dari
berbagai praktisi kediklatan di tingkat pusat dan melibatkan unsur-unsur daerah. Jikalau demikian program kediklatan yang dilaksanakan UPT adalah bagian dari
implementasi kebijakan LAN-RI, maka menimbulkan pertanyaan apakah program kediklatan diselenggarakan UPT tidak efektif membentuk wawasan pengetahuan
dan pola pikir PNS yang mengemban fungsi pelayanan kepada publik?. Pertanyaan itu diajukan dalam kaitannya terhadap kritikan masyarakat kepada
aparatur PNS.
Dalam tataran operasional UPT telah menjalankan fungsinya. Kurikulum dan materi yang dikeluarkan oleh instansi Pembina diklat pusat Lembaga
Administrasi Negara dijadikan acuan dalam penyelenggaraan kediklatan di daerah. Persoalan-persoalan subtantif materi yang berhubungan dengan sikap dan
perilaku, budaya organisasi, manajemen organisasi serta lain-lainnya adalah modul wajib yang diberikan kepada peserta diklat PNS. Demikian pula diklat
teknis semacam Bahasa Inggris, Komputer, Bendaharawan, Manajemen Kualitas Mutu, Kearsipan yang ditujukan bagi peningkatan ketrampilan PNS telah pula
disampaikan kepada peserta diklat aparatur. Untuk program kediklatan administrasi umum, UPT menyediakan jam khusus materi keagamaan islam.
Materi keagamaan ini dipandang penting dalam menggugah kesadaran peserta terhadap perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang agama.
Pada hakekatnya materi yang diberikan UPT melalui tenaga pengajar dan widyaiswara telah memenuhi standar yang ditetapkan LAN-RI. Meskipun saat ini
widyaiswara yang bertugas di UPT dari segi jumlah dan kualitas belum dapat dikatakan memadai, bahkan ada beberapa widyaiswara yang mengajar 3 sampai 4
mata pelajaran bidang administrasi pemerintahan walaupun bukan bidang keahlian sesuai latar belakang pendidikannya. Menurut pengamatan hal tersebut
bukan persoalan karena materi di diklat administrasi sifatnya umum bukan teknis seperti mata pelajaran bahasa inggris, komputer dan sejenisnya yang
mendatangkan tenaga pengajar dari luar UPT. Sebagaimana biasa setelah peserta selesai mengikuti seluruh materi
pelajaran, UPT melakukan evaluasi penilaian bagi PNS yang ditujukan untuk mengetahui kemampuan mereka dalam memahami pelajaran. Tes tertulis yang
dilaksanakan selama ini hasilnya diatas rata-rata bernilai baik meskipun hasilnya diragukan karena para peserta lulus dan berhasil menyelesaikan pendiklatan.
Evaluasi yang dilakukan UPT seharusnya tidak saja pada saat menjelang selesai diklat, ada baiknya dilakukan evaluasi pasca diklat sekembalinya PNS ketempat
kerja masing-masing. Evaluasi semacam ini efektif dapat diketahui seberapa jauh pendiklatan dapat di implementasikan dalam dunia kerja. Tampaknya pihak UPT
kesulitan melaksanakan evaluasi pasca diklat karena dibutuhkan waktu yang lama, dana, dan tidak tersedianya tenaga evaluator.
VI. EVALUASI PROGRAM
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pengembangan kapasitas pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan dan pemberdayaan publik pada UPT Provinsi Riau disusun bersasarkan hasil analisis
terhadap wawancara dan diskusi kelompok yang dilaksanakan secara bersama antara peneliti dengan widyaiswara UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi
Riau tanggal 15 Mei 2009. Diskusi kelompok tersebut menghasilkan rancangan program peningkatan dan pendidikan berbasis pelayanan publik pada UPT
Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau. Rancangan program disusun dengan mempertimbangkan faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
ancaman yang ada, sehingga dengan rancangan program tersebut dapat mencapai tujuan dalam rangka peningkatan pelayanan publik yang berbasis pemberdayaan
masyarakat. Mempedomani rancangan program yang disusun, maka implementasi
dalam pengembangan kapasitas UPT Diklat di Badan Kepegawaian Daerah yang berbasis pelayanan publik dapat dilaksanakan secara partisipatif. Analisis SWOT
merupakan salah satu alat analisa identifikasi berbagai faktor secara sistematis yang didasarkan atas logika untuk merumuskan strategi program. Analisis ini
diperoleh dengan memaksimalkan faktor pendukung namun secara bersamaan dapat meminimalkan faktor penghambat.
6.1. Analisis Strategi Pengembangan Kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau