Berdasarkan kelompok golongan ruang Widyaisawara pada Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, terendah golongan III dan
tertinggi golongan IV. Untuk lebih jelasnya terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah dan Persentase Widyaiswara pada UPT menurut Golongan Tahun 2010
Golongan Ruang Jumlah
Persentase III
3 18,75
IV 13
81,25 Jumlah
16 100
Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010
Disamping tenaga Widyaiswara, UPT mendatangkan tenaga kediklatan dari luar berasal dari pejabatnarasumber yang karena keahlian, kemampuan atau
kedudukannya di ikutsertakan sebagai tenaga pengajar dalam proses mengajar. Tenaga pengajar dapat di rekrut dari Perguruan Tinggi, atau unsur PraktisiPejabat
Pemerintahan.
4.3. Pegawai
Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai memiliki pegawai 47 orang dengan klasifikasi 36 orang Pegawai Negeri Sipil termasuk
didalamnya Kepala UPT dan 2 orang Kepala Seksi, dan dibantu 11 orang tenaga honorer. Adapun uraian menurut tingkat pendidikan, golongan ruang dan status
kepegawaian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6 Jumlah dan Persentase PNS di UPT menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Jumlah
Persentase
Pasca Sarjana S-2 2
7,14 Sarjana S-1
6 21,43
Akademi 1
3,57 SMA
19 67,86
Jumlah 28
100
Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010
Tabel 7 Jumlah dan Persentase PNS menurut Golongan Ruang Tahun 2010
Golongan ruang Jumlah
Persentase
Pembina IVa 1
3,57 Penata Tk. I IIId
1 3,57
Penata IIIc 3
10,71 Penata Muda Tk. I IIIb
5 17,86
Penata Muda IIIa 6
21,43 Pengatur Tk. I IId
1 3,57
Pengatur IIc 2
7,14 Pengatur Muda Tk. I IIb
2 7,14
Pengatur Muda IIa 10
35,71 Juru Ic
3 10,71
Juru Muda IIa 2
7,14 Jumlah
28 100
Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010
Pada saat penelitian dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah, jumlah instruktur atau
Widyaiswara sebanyak 16 orang dengan latar belakang pendidikan mulai dari sarjana sampai Pasca Sarjana, jumlah personil pengelola diklat 28 orang dengan
pendidikan akhir SMA sampai Pasca Sarjana. Komposisi ketersediaan sumberdaya kediklatan di UPT dipandang belum memadai terutama dari jumlah
tenaga Widyaiswara yang memegang beberapa materi kediklatan. Meskipun belum ideal komposisinya, proses belajar dan mengajar yang dilakukan selama ini
dapat dilaksanakan karena tenaga Widyaiswara telah dibekali berbagai teknik pengajaran oleh Lembaga Administrasi Negara. Disamping itu modul dan
kurikulum yang diterbitkan oleh LAN sebelum di implementasikan dalam kediklatan di UPT, para Widyaiswara dilatih terlebih dahulu oleh LAN.
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa program kediklatan yang diselenggarakan UPT mencakup 2 dua program. Program Kediklatan Fungsional
berhubungan dengan pembekalan pengetahuan administrasi kepemerintahan seperti Latihan Prajabatan bagi CPNS, Administrasi Umum tingkat dasar sampai
lanjutan bagi PNS yang akan maupun yang telah menduduki jabatan struktural di Pemerintahan Daerah. Selanjutnya Program Kediklatan Teknis. Program ini
ditujukan untuk memberikan pengetahuan penunjang terhadap pelaksanaan tugas- tugas pokok PNS di suatu Instansi, seperti kursus bendahara, bahasa inggris,
kearsipan, manajemen proyek dan sebagainya. Untuk diklat Teknis semacam itu, disamping keterbatasan kualitas ilmu pengetahuan Widyaiswara, pihak UPT
mendatangkan tenaga pengajar dari luar seperti lembaga kursus, dinasinstansi teknis semisal keuangan dan perencanaan, maupun dari Perguruan Tinggi. Dalam
jangka panjang kondisi seperti itu tidak dapat terus terjadi karena sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan Pemerintah, UPT seharusnya sudah mempunyai
kualifikasi pengajaran tidak saja di bidang administrasi pemerintahan tetapi juga pemenuhan tenaga pengajar sendiri yang menguasai dibidang teknis. Meskipun
sampai kini UPT belum mempunyai tenaga pengajar diklat non administrasi pemerintahan dapat diatasi dengan mendatangkan instruktur dari luar UPT,
sebaiknya sudah harus dipertimbangkan rekrutmen tenaga pengajar untuk ditugaskan secara permanen.
Mencermati tugas dan fungsi UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai yang mempunyai fungsi pencerdasan dan pencerahan kepada PNS selama mengikuti
diklat, merupakan tujuan utama pembentukan UPT. Lebih dari itu hasil yang diharapkan setelah selesai kediklatan adalah terbentuknya PNS yang berkualitas
dan profesional dibidangnya. Harapan yang diberikan kepada output diklat PNS tidak berlebihan karena ketika seseorang masuk diterima menjadi aparatur maka
sudah menunggu hak dan kewajiban selaku abdi Negara dan abdi masyarakat. Dalam hal ini pemerintah memandang keberadaan Lembaga Diklat Birokrasi
bagian dari pembentukan karakter dan perilaku secara terus menerus selama masih berstatus PNS. Sejauhmana UPT dapat berperan dalam membentuk mindset
PNS selama proses pendiklatan telah dilakukan oleh UPT Provinsi Riau. Mempedomani kurikulum dan materi yang dapat disesuaikan oleh masing-masing
daerah telah mendapatkan penilaian dari Lembaga Administrasi Negara. Tidak ada satupun lembaga diklat pemerintah yang tidak mendapat supervisi dari
Lembaga Administrasi Negara karena merupakan kebijakan program pendiklatan nasional. Sejauh ini tolok ukur dalam menilai efektivitas pendiklatan PNS di UPT
dilakukan melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan UPT selain mengadakan tes tertulis terhadap materi pelajaran yang telah diberikan kepada peserta PNS, pihak
UPT mengedarkan daftar isian tentang tanggapan mereka selama mengikuti diklat yang ditujukan kepada tenaga pengajarinstruktur, sarana prasarana diklat,
materikurikulum maupun hal-hal lain yang dianggap penting bagi perbaikan pembelajaran diklat.
Untuk hasil evaluasi tes tertulis setiap peserta yang diterbitkan oleh UPT menunjukkan hasil baik. Demikian pula pengamatan UPT terhadap sikap dan
perilaku PNS menjelang selesai diklat tidak jauh berbeda dan hasilnya menunjukkan perubahan positif. Artinya peserta telah dianggap menguasai materi
yang telah diberikan dan adanya perubahan perilaku, meskipun hasil evaluasi ini cenderung diragukan kualitasnya oleh pihak-pihak diluar UPT. Pendapat Kepala
UPT menyatakan tidak ada metode lain untuk menilai hasil pendiklatan PNS selain yang telah disampaikan tersebut, dan disamping itu pihak UPT tetap
menpedomani rambu-rambu yang ditetapkan oleh institusi Lembaga Adminsitrasi Negara maupun Lembaga-lembaga sejenis milik pemerintah. Menurut beberapa
literatur kepustakaan, evaluasi pasca diklat dipandang efektif untuk mengetahui seberapa jauh diklat yang telah diberikan kepada PNS berpengaruh dalam
pembentukan karakter iptek dan perilaku seorang PNS ketika kembali ketempat kerja masing-masing. Hal ini belum pernah dilakukan UPT karena berbagai alasan
yaitu Pertama, tidak tersedianya tenaga evaluator, Kedua, memerlukan waktu lama untuk mengamati seseorang yang dievaluasi. Ketiga, memerlukan dana
besar, dan Keempat, instrumen evaluasi tidak sama satu dengan yang lainnya.
BAB V. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
5.1. Keragaan Program dan Kegiatan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau
Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai disingkat dengan UPT Diklat Pegawai berada langsung dibawah instansi Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Riau dibentuk melalui Peraturan Gubernur Riau Nomor 65 tahun 2009, yang pembentukannya sebagai tindaklanjut dari Peraturan
Daerah Nomor 8 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi
Riau. Meskipun secara struktural UPT mempunyai jenjang eselon III yang
sejajar dengan Kepala Bidang-Kepala Bidang di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah, namun penyelenggaraan sebagian tugas dan program Badan Kepegawaian
Provinsi Riau dibidang pendidikan dan pelatihan pegawai seperti diklat penjenjangan, diklat teknis dan diklat fungsional, menempatkan UPT pada posisi
penting yang bertugas menyiapkan dan membentuk aparatur pegawai negeri sipil daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau agar mempunyai kompetensi
terhadap pekerjaan mereka. Disamping itu terciptanya aparatur yang professional. Dalam artian bahwa
profesionalisme tidak semata-mata trampil di bidang pekerjaan tetapi tumbuhnya sikap dan tanggungjawab kepada Negara dan masyarakat sebagai fungsi yang
melekat pada setiap sosok aparatur yaitu abdi Negara dan abdi masyarakat. Untuk memberikan kesamaan persepsi dan kesatuan dalam
penyelenggaraan diklat agar bermutu, efisien, efektif, dan akuntabilitas, Lembaga Administrasi Negara LAN sebagai Instansi Pembina Diklat telah mengeluarkan
berbagai ketentuan yang secara fungsional bertanggungjawab atas pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan diklat. Disamping itu secara periodik tugas
fungsional LAN dimaksud melakukan penilaian terhadap unsur-unsur tenaga kediklatan, program diklat dan fasilitas diklat. Dengan kata lain setiap
penyelenggaraan diklat yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pendidikan
dan Pelatihan Pegawai mengacu kepada ketentuan dan kebijakan yang dipersyaratkan Lembaga Administrasi Negara LAN.
Pegawai Negeri Sipil sebagai personil utama sumberdaya manusia aparatur yang mempunyai peran sangat menentukan dalam penyelenggaraan
pemerintahan pada dasarnya diwajibkan memiliki kompetensi iptek, sikap dan perilaku. Untuk mencapai hal itu pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan
adalah strategi yang mesti dilakukan berulang-ulang oleh lembaga UPT Diklat Pegawai. Secara yuridis formal kelembagaan dan moral, Unit Pelaksana Teknis
Diklat Pegawai berkewajiban memberikan pencerahan kepada PNS yang masuk ke dalam program pendiklatan.
Untuk menciptakan sumberdaya manusia aparatur yang memiliki kompetensi dibidang pemerintahan dalam penyelenggaraan Negara dan
pembangunan diperlukan upaya peningkatan mutu agar tercipta profesionalisme, sikap pengabdian dan kesetiaan bangsa dan Negara, semangat menjaga kesatuan
dan persatuan, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha pembinaan pegawai negeri sipil. Tujuan pendidikan dan
pelatihan diantaranya memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pemberdayaan masyarakat dan terwujudnya PNS
yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas pemerintahan. Pada dasarnya pendidikan dan pelatihan dapat diklasifikasikan kedalam 3 jenis yaitu :
1. Diklat Prajabatan Diklat ini merupakan kewajiban yang harus diikuti seorang CPNS
untuk dapat diangkat menjadi PNS baik bagi yang memiliki golongan I, golongan II dan golongan III. Selambat-lambatnya 2 tahun setelah
pengangkatan CPNS sudah harus mengikuti diklat tersebut. Tujuan diklat ini untuk memberi pengetahuan dalam rangka
pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara
dibidang tugas dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat.
Sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan Pemerintah, kurikulum diklat prajabatan golongan I dan golongan II, serta golongan III
telah diatur dan disusun sebagaimana Tabel 8. Tabel 8 Mata Diklat Golongan I, II dan Golongan III
No Mata Diklat
Sesi JP
1. Dinamika kelompok
2 6
2. Sistem penyelenggaraan pemerintahan NKRI
2 6
3. Manajemen kepegawaian Negara
2 6
4. Etika organisasi pemerintah
2 6
5. Pelayanan prima
2 6
6. Budaya kerja organisasi pemerintah
2 6
7. Manajemen perkantoran modern
2 6
8. Membangun kerjasama Tim Team Building
2 6
9. Komunikasi yang efektif
2 6
10. Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI 2
6 11. Program Ko-Kurikuler
a. Latihan kesegaran jasmani b. Baris berbaris
c. Tata upacara sipil d. Pengarahan program
e. Ceramah umummuatan teknis subtantif lembaga f. Ceramah tentang kesehatan mental
2 2
2 1
2 1
6 6
6 3
6 3
J u m l a h 30
90 Keterangan : 1 sesi = 3 jam pelajaran. 1 Jampel = 45 menit
Sumber : Peraturan Kep. LAN No 3 thn 2007 tentang pedoman penyelenggaraan diklat prajabatan gol I dan II. LAN. Jakarta.2007.
Sedangkan standar kompetensi bagi diklat prajabatan golongan III, kurikulum diklatnya sama dengan golongan I dan II. Yang membedakannya pada
jumlah sesi 45 dengan 135 jam pelajaran Peraturan Kep. LAN No 4 tahun 2007 tentang pedoman penyelenggaraan diklat prajabatan III. LAN. Jakarta.2007.
Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa diklat Golongan I dan II telah memasukkan materi yang berhubungan dengan pelayanan publik, dalam hal ini
pada mata diklat pelayanan prima dan budaya kerja organisasi pemerintah dan komunikasi yang efektif.
Hasil Wawancara dengan seorang widyaiswara berinisial MHF usia 55 tahun sebagai berikut :
“Diklat Golongan I, II, dan golongan III merupakan salah satu alat bagi pengembangan kapasitas PNS dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupan bernegara,
menumbuhkan budaya bekerja serta peningkatan layanan pemerintah kepada masyarakat, yang dalam hal ini disebut
pelayanan prima. Disamping itu PNS golongan I dan II merupakan pegawai yang tingkat berhubungan dengan
masyarakat luas cukup tinggi, sehingga penting penambahan kapasitas berkomunikasi yang efektif,
pengetahuan tentang etika
organisasi pemerintah,
manajemen perkantoran dan lain-lain, sehingga masyarakat dapat lebih merasa nyaman ketika mendapat
pelayanan dari mereka”
Memperhatikan kurikulum dan materi yang diajarkan dalam UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, terdapat materi berorientasi kepada
peningkatan kapasitas PNS bagi perbaikan pelayanan publik. Pemerintah melalui Lembaga Administrasi Negara secara legal formal telah mewajibkan pengajaran
materi dimaksud dalam menciptakan PNS yang mempunyai kualitas ilmu pengetahuan dan pembentukan perilaku. Dengan kata lain diklat yang
diselenggarakan telah menyesuaikan kepada keadaan yang berkembang sesuai tuntutan masyarakat. Disadari bahwa penyelenggaraan diklat ditujukan bagi
pembentukan kapasitas PNS telah terbukti berhasil jika menggunakan indikator evaluasi pembelajaran pasca diklat dengan penilaian baik. Dan disamping itu
dapat dikatakan belum ada jaminan sepenuhnya bahwa tidak akan ada seorangpun PNS pasca diklat berbuat tindakan tidak terpuji dengan mengabaikan tugas-tugas
yang di amanahkan kepadanya. Paling tidak tujuan penyelenggaraan diklat secara umum dalam pembentukan iptek dan karakter PNS diyakini akan dapat
diwujudkan meskipun masih saja ditemukan penyimpangan-penyimpangan oknum PNS berakibat mencoreng PNS lain yang tidak berbuat. Terhadap tindakan
tercela yang dilakukan PNS, pemberian hukuman disiplin oleh atasan yang bersangkutan dan pencabutan sertifikat diklat yang pernah diperolehnya dapat
diterapkan sepanjang semua pihak memegang teguh komitmen menegakkan good governance. Salah seorang tokoh masyarakat di Kota Pekanbaru, yaitu AJ usia 70
tahun memberikan pendapatnya sebagai berikut : “Saat ini jika dibandingkan dengan awal masa reformasi
dulu, peningkatan pelayanan kepada masyarakat oleh staf PNS telah semakin baik, hal ini mungkin karena adanya
peningkatan komitmen penegakan hukum, tambahan insentif bagi PNS disamping secara berkala mendapat
penambahan kapasitas tentang pelayanan publik. Apabila semua itu berjalan, maka dapat memperkecil ruang
perbuatan yang korup bagi PNS saat sedang melaksanakan kegiatan pelayanan publiknya
serta diharapkan meningkatnya kesadaran PNS yang bekerja sepenuh hati
dan tulus meskipun cukup berat karena banyaknya godaan. Mungkin disarankan perlu dimasukan unsure etika dan
moral pada setiap diklat PNS”
2. Diklat Dalam Jabatan Diklat dalam jabatan ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap PNS yang terdiri atas : a. Diklat Kepemimpinan
Diklat kepemimpinan yang disebut Diklatpim dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang
sesuai dengan jenjang jabatan struktural dengan uraian Diklatpim IV bagi jabatan struktural eselon IV, Diklatpim III untuk jabatan strukural eselon III,
Diklatpim II untuk jabatan strukural eselon II, dan Diklatpim I untuk eselon I. Dalam hal pelaksanaan pendidikan untuk diklatpim II dan I, pihak
UPT Diklat Pegawai bertindak sebagai koordinator bukan penyelenggara karena diklat tersebut dilaksanakan oleh Intansi Pembina Lembaga
Administrasi Negara yang berlokasi di luar Provinsi Riau seperti Bukit Tinggi, Jakarta, Bandung, Surabaya. Kelengkapan sarana prasarana kampus
diklat sesuai standar persyaratanakreditasi yang ditentukan Lembaga Adimistrasi Negara di beberapa Kota tersebut menjadi pertimbangan tempat
diselenggarakannya Diklatpim II dan I.
Menurut informasi dari Kepala UPT Pendidikan dan Pelatihan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau, tujuan diselenggarakannya Diklatpim
untuk mempersiapkan kader pimpinan disetiap lini jabatan agar mampu memimpin dan mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Antara
Diklatpim dasar yang disebut Diklatpim IV sampai Diklatpim I pada dasarnya mempersiapkan dan membentuk kapasitas PNS dalam memimpin baik dalam
jabatan struktural terendah sampai jabatan tertinggi di birokrasi. Yang membedakan hanya pada tingkatan pengetahuan manajerial sesuai jenjang
organisasi. Secara umum diklatpim untuk penambahan kapasitas bagi para pejabat agar dapat memimpin dengan mekanisme manajemen yang baik,
mampu membuat perencanaan dan membuat keputusan sesuai kepentingan dan kebutuhan serta menyusun program kerja yang merupakan penjabaran dari
visi dan misi organisasi. Secara periodik diklatpim yang dikelola langsung oleh UPT adalah
diklatpim IV dan III. Diklatpim IV dipersyaratkan bagi PNS non jabatan minimal bergolongan IIIa yang kelak akan disiapkan menempati jabatan
eselon IV, sedangkan Diklatpim III diperuntukkan bagi PNS yang telah menduduki jabatan eselon IV atau sudah menduduki jabatan eselon III namun
belum pernah mengikuti diklatpim III wajib mengikuti diklatpim III tersebut. Persoalan yang selalu timbul seputar diklatpim IV dan III adalah pihak
UPT belum mempunyai program kerja yang jelas dalam keberlangsungan tingkat lanjutan diklatpim tersebut, dan disamping itu seringkali terjadi dugaan
manipulasi dalam setiap seleksi penerimaan diklatpim. Seseorang PNS dapat saja lulus seleksi program diklatpim sepanjang yang bersangkutan melakukan
pendekatan kepada pihak-pihak yang berkompeten. Kondisi ini seringkali terjadi pada setiap seleksi. Dengan alasan karir dan tingkat persaingan yang
ketat yang di ikuti sebagian kecil peserta PNS, maka upaya agar lulus tes penerimaan diklatpim dilakukan dengan cara-cara pendekatan. Hal itu selalu
efektif terbukti dari berbagai informasi yang beredar dikalangan PNS sendiri. Berikutnya yang berhubungan dengan keberlangsungan program diklatpim
lanjutan tingkat II dan diklatpim I belum dapat diselenggarakan oleh UPT karena beberapa penyebab antara lain Pertama, kualifikasi dan jumlah tenaga
widyaiswara belum memenuhi persyaratan untuk mengajar materi, Kedua, persyaratan sarana dan prasarana seperti ruang kelas, audio visual, ruang
praktek, pemondokan, dan luas areal diklat belum memadai representatif. Kondisi tersebut disadari sepenuhnya oleh Kepala UPT yang dapat
mempengaruhi peran UPT sebagai penyelenggara diklat. Keinginan menjadikan UPT sebagai penyelenggara diklatpim II dan I yang merupakan
lanjutan diklatpim IV dan III saat ini belum mendesak untuk dilakukan karena terkait dengan sedikitnya jumlah peserta diklat yang ikut seleksi. Untuk itu
perhatian UPT sekarang dititik beratkan kepada diklatpim IV dan III dimana setiap pembukaan seleksi, peserta melebihi dari kapasitas yang dibutuhkan.
Selain hal tersebut, secara kelembagaan UPT tampaknya tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi persoalan-persoalan persaingan tidak sehat pada
setiap tes penerimaan diklatpim karena kewenangan penilaian berada pada Intansi diluar UPT. Sebagai lembaga pencetak kader pemimpin di birokrasi,
sebaiknya UPT harus mengambil sikap tegas dengan tidak mentolerir perbuatan itu. Tujuan untuk menciptakan PNS yang santun, berwawasan, dan
berbudi pekerti sulit diwujudkan bahkan akan menciptakan birokrasi yang akan mempersulit urusan publik atau konsep pelayanan prima sebatas hapalan
jika mereka kembali ke lingkungan kerja masing-masing. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Unit Pelaksana Teknis
Pendidikan dan Pelatihan adalah penyelenggaran diklat aparatur PNS di daerah. Dengan demikian kebijakan dalam penetapan kurikulum dan
pengembangan kurikulum lokal bagian dari tugas UPT yang mesti dilaksanakan. Dan sejauh ini materi yang diberikan dalam Diklatpim IV dan
III mengacu kepada standar kurikulum yang ditetapkan Lembaga Administrasi Negara seperti pada Tabel 9 dan 10.
Tabel 9 Jumlah Sesi dan Jam Pelajaran Diklat untuk Diklatpim IV.
No Mata Pelajaran Diklat
Sesi JP
1. Kajian sikap dan perilaku
a. Kepemimpinan di alam terbuka b. Kecerdasan emosional
c. Pengenalan dan potensi diri d. Etika kepemimpinan aparatur
36 9
9 6
JP JP
JP JP
2. Kajian Manajemen Publik
a. Sistem administrasi Negara RI b. Dasar-dasar administrasi Publik
c. Dasar-dasar kepemerintahan yang baik d. Manajemen SDM, Keuangan dan Materil
e. Koordinasi dan hubungan kerja f. Operasionalisasi pelayanan prima
g. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan h. Teknik komunikasi dan presentasi yang efektif
i. Pola kerja terpadu j. Pengelolaan informasi dan teknik pelaporan
6 6
6
15 6
9 12
9 18
9 JP
JP JP
JP JP
JP JP
JP JP
JP
3. Kajian pembangunan
a. Konsep dan indikator pembangunan b. Otonomi dan Pembangunan daerah
c. Kebijakan dan program pembangunan nasional d. Muatan teknis subtantif lembaga
• Pemulihan ekonomi dalam kerangka otda • Arah kebijakan umum daerah
6 6
9
6 9
JP JP
JP
JP JP
4. Aktualisasi
a. Isu actual sesuai tema b. Observasi lapangan
c. Kertas kerja lapangan d. Kertas kerja Kelompok KKK dan Kertas Kerja
Angkatan 15
27 18
18 JP
JP JP
JP
J u m l a h 270
JP Keterangan : 1 Jam pelajaran = 45 menit
Tabel 10 Jumlah Sesi dan Jam Pelajaran Diklat untuk Diklatpim III
No Mata Pelajaran Diklat
Sesi JP
1. Kajian sikap dan perilaku
a. Kepemimpinan di alam terbuka b. Pengembangan potensi diri
c. Kepemimpinan dalam organisasi 36
18 18
JP JP
JP JP
2. Kajian Manajemen Publik
a. Analisis kebijakan publik b. Hukum administrasi Negara
c. Membangun kepemerintahan yang baik d. Kepemimpinan dalam keragaman budaya
e. Negoisasi, kolaborasi dan jejaring prima f. Pengembangan pelaksanaan pelayanan prima
g. Teknik-teknik analisis manajemen h. Pemberdayaan SDM
i. AKIP Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dan Pengukuran kinerja j. Teknologi informasi dalam pemerintahan
k. Telahaan staf paripurna 9
6 9
6 9
12 24
9 12
6 9
JP JP
JP JP
JP JP
JP JP
JP JP
3. Kajian pembangunan
a. Teori dan indikator pembangunan b. Pembangunan Daerah, Sektor dan Nasional
c. Sistem Pengelolaan Pembangunan d. Muatan teknis subtantif Lembaga
• Persfektif Negara Bangsa dalam konteks Otda • Otonomi Daerah
• Implementasi kepemerintahan yang baik dalam struktur dan kultur Otda
9 9
9
6 6
6 JP
JP JP
JP JP
4. Aktualisasi
a. Isu aktual sesuai tema b. Observasi lapangan
c. Kertas kerja lapangan d. Kertas kerja Kelompok KKK dan Kertas Kerja
Angkatan 18
45 27
27 JP
JP JP
JP
J u m l a h 345
JP Keterangan : 1 Jam pelajaran = 45 menit
b. Diklat Fungsional
Merupakan diklat yang diperuntukkan bagi PNS yang berkeinginan menjadi tenaga fungsional tertentu, dengan persyaratan tertentu yang harus
dipenuhi PNS. Dalam penyelenggaraan mulai dari seleksi calon sampai
diangkat untuk ditetapkan sebagai pejabat fungsional merupakan kewenangan Lembaga Administrasi Negera. Sedangkan Unit Pelaksana Teknis Diklat
Pegawai sifatnya membantu meneruskan pemberitahuan kepada PNS yang berminat menjadi pejabat fungsional dan menyediakan tempat seleksi.
Pegawai Negeri Sipil yang telah mengikuti dan ditetapkan sebagai Pejabat Fungsional di lingkungan Pemerintah Daerah dengan spesifikasi
tertentu. Beberapa diklat yang selalu diadakan dan di ikuti oleh tenaga fungsional adalah sebagai berikut :
Tabel 11 Jenis Diklat Fungsional
No Nama Diklat
1. Training of trainer TOT bagi Widyaiswara
2. Training Officer Course TOC Monitoring dan evaluasi
3. TOC Umum
4. TOT Penyusunan Modul
5. TOT Outward bound
6. TOT Subtansi Materi diklat Pim III dan IV
Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010
3. Diklat Teknis Diklat ini bagian dari pembinaan sumberdaya aparatur dibidang
kompentensi teknis yang dibutuhkan PNS untuk melaksanakan tugas-tugas teknisnya.
Tabel 12 Nama Diklat Teknis
No Nama Diklat
1. Bahasa Inggris
2. Diklat computer
3. Analisis kebutuhan diklat
4. Penghitungan angka kredit
5. BendaharawanPemegang Kas
6. Kearsipan
7. Manajemen Kepegawaian
8. Total Quality Management TQM
Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010
Kegiatan diklat yang telah disebut di atas merupakan kegiatan rutin UPT diklat BKD Provinsi Riau, dimana tingkat pelaksanaannya pada tahun 2009
sebesar 100 persen atau semua kegiatan yang telah direncanakan dapat terealisasi dengan baik.
5.2 . Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan UPT Pendidikan dan Pelatihan