VI. EVALUASI PROGRAM
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pengembangan kapasitas pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan dan pemberdayaan publik pada UPT Provinsi Riau disusun bersasarkan hasil analisis
terhadap wawancara dan diskusi kelompok yang dilaksanakan secara bersama antara peneliti dengan widyaiswara UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi
Riau tanggal 15 Mei 2009. Diskusi kelompok tersebut menghasilkan rancangan program peningkatan dan pendidikan berbasis pelayanan publik pada UPT
Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau. Rancangan program disusun dengan mempertimbangkan faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
ancaman yang ada, sehingga dengan rancangan program tersebut dapat mencapai tujuan dalam rangka peningkatan pelayanan publik yang berbasis pemberdayaan
masyarakat. Mempedomani rancangan program yang disusun, maka implementasi
dalam pengembangan kapasitas UPT Diklat di Badan Kepegawaian Daerah yang berbasis pelayanan publik dapat dilaksanakan secara partisipatif. Analisis SWOT
merupakan salah satu alat analisa identifikasi berbagai faktor secara sistematis yang didasarkan atas logika untuk merumuskan strategi program. Analisis ini
diperoleh dengan memaksimalkan faktor pendukung namun secara bersamaan dapat meminimalkan faktor penghambat.
6.1. Analisis Strategi Pengembangan Kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau
Strategi pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau ditujukan bagi peningkatan pengetahuan PNS dalam mengelola kegiatan layanan
publik yang berbasis pada metodologi pemberdayaan masyarakat. Peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik dibuat melalui dua
pendekatan strategi, yaitu pertama adalah strategi peningkatan sumber daya PNS melalui pendidikan dan pelatihan dengan penambahan kurikulum yang bermuatan
materi pemberdayaan masyarakat serta mekanisme kegiatan teknis dan evaluasi pasca diklat, kedua adalah Integrasi dengan lembaga – lembaga kediklatan pada
satuan kerja di Provinsi Riau mengenai peningkatan pelayanan publik yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat, serta membuat model – model
peningkatan layanan publik berbasis pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap satuan kerja. Bentuk strategi pengembangan kapasitas
UPT Diklat BKD Provinsi Riau dijelaskan pada bahasan berikut ini :
Kekuatan Strength S
S1 : Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan PNS S2 :
Komitmen, konsistensi dan tujuan UPT dalam Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
S3 : Akreditasi LAN kepada kelembagaan Diklat
S4 : Komitmen PNS terhadap nilai-nilai pengabdian
Kelemahan Weaknesses W
W1 : Kurikulum belum terintegrasi dengan instansional dan pembinaan karir W2 : Kapasitas Widyaiswara belum memadai dalam hal metodologi
pemberdayaan masyarakat W3 : Evaluasi pasca diklat belum dilakukan
W4 : Kelembagaan UPT tidak Instansional Peluang
Opportunity O
O1 : Harapan masyarakat terhadap kinerja Aparatur Pemerintah yang lebih baik
O2 : Pengawasan dan pengendalian Perangkat Judisial O3 : Partisipasi masyarakat dalam pembangunan cukup tinggi.
O4 : Perubahan Paradigma Pembangunan Nasional kepada pola pembangunan manusia dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat
Ancaman Threats T
T1 : Ketidakmampuan PNS mewujudkan Profesionalisme akibat sistem mutasi yang tidak melihat bidang keahlian
T2 : Degradasiketidakpercayaan masyarakat kepada Instansi Pemerintah T3 : Kurang berjalannya sistem reward and punishman dalam peningkatan
karir PNS
T4 : Pola Pendidikan masyarakat maupun PNS yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun pemerintah
Berdasarkan komponen-komponenuraian unsur-unsur SWOT tersebut, maka dapat ditentukan 4 empat kelompok alternatif strategi yang merupakan
kombinasi dari masing-masing unsur, yang dapat digunakan pada kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis layanan publik pada UPT
Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau sebagai berikut :
Strategi SO
Strategi harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya karena merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Strategi ini diperoleh dengan cara
membangun seluruh kekuatan yang berasal dari dalam kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik sehingga dapat dimanfaatkan
peluang yang ada. Strateginya adalah : 1. Reformulasi bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan satker dalam pelayanan publik 2. Penerapan standar pendidikan dan pelatihan sesuai dengan akreditasi LAN
3. Kerjasama dengan institusi lokal dalam penguatan dan pemberian materi pendidikan dan pelatihan PNS.
4. Penerapan sistem pengawasan kepegawaian dengan melibatkan UPT Pendidikan dan Pelatihan
Strategi ST
Strategi ST diterapkan untuk menghadapi ancaman namun dapat memanfaatkan kekuatan internal dan meraih peluang yang ada. Bentuk strateginya
adalah : 1. Perbaikan sistem manajemen mutasi pegawai sesuai dengan kriteria keahlian
2. Sosialisasi dan keterbukaan sistem kinerja pelayanan prima Pemerintah dengan cara sederhana dan mudah dimengerti.
3. Reformulasi sistem penilaian dan penghargaan pegawai sesuai dengan prestasi kerjanya.
4. Reformulasi sistem pola pendidikan masyarakat dan PNS yang disesuaikan dengan arah pembangunan dan kebutuhan masyarakat
Strategi WO
Strategi ini dibuat dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan sebaik mungkin peluang ada. Strategi yang dibuat adalah:
1. Reformulasi kurikulum dengan memasukkan materi pemberdayaan masyarakat pada porsi yang lebih proporsinal sesuai dengan kebutuhan Satker.
2. Peningkatan Pendidikan dan pelatihan bagi widyaiswara, khususnya pada metodologi pemberdayaan masyarakat
3. Pengajuan sistem kewenangan lembaga diklat dalam memberikan penilaian terhadap PNS, serta Perumusan dan Pelaksanaan sistem Evaluasi Pasca Diklat.
4. Pemberian Kewenangan UPT Pendidikan dan Pelatihan dalam bekerjasama dengan instutusi lain yang sejenis dan dinilai berkompeten, serta peran
memberikan penilaian bagi perbaikan sistem manajemen kepegawaian
Strategi WT
Merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik pada UPT
Pendidikan dan pelatihan BKD Provinsi Riau. Strategi ini dibuat dengan mengoptimalkan peluang serta meminimalkan pengaruh ancaman. Strategi yang
dibuat adalah : 1. Peningkatan kemampuan PNS dalam sistem pelayanan prima
2. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas sosialisasi program pemerintah 3. Pengajuan sistem kelembagaan UPT Pendidikan dan Pelatihan yang lebih
independen 4. Pengelolaan sistem informasi timbal balik yang berbasis kepentingan publik.
Faktor internal dan eksternal serta alternatif dapat digunakan selanjutnya dipindahkan ke dalam matrik SWOT. Matriks ini dapat dilihat pada Tabel 13.
IFAS
EFAS Strenght S
1. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS.
2. Komitmen, konsistensi dan tujuan UPT dalam Pendidikan dan Pelatihan Pegawai.
3. Akreditasi LAN kepada kelembagaan Diklat. 4. Komitmen PNS terhadap nilai-nilai pengabdian
Weakness W 1. Kurikulum belum terintegrasi dengan instansional
dan pembinaan karir. 2. Kapasitas Widyaiswara belum memadai dalam hal
metodologi pemberdayaan masyarakat 3. Evaluasi Pasca Diklat belum dilakukan.
4. Kelembagaan UPT tidak Instansional. Opportunitiy O
1. Harapan masyarakat terhadap kinerja Aparatur Pemerintah yang lebih baik.
2. Pengawasan dan pengendalian Perangkat Judisial. 3. Pertisipasi masyarakat dalam pembangunan cukup
tinggi 4. Perubahan Paradigma Pembangunan Nasional kepada
pola pembangunan manusia dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat
Strategi SO 1. Reformulasi bentuk kegiatan Pelatihan dan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan satker dalam pelayanan publik
2. Penerapan standar pendidikan dan pelatihan sesuai dengan akreditasi LAN
3. Kerjasama dengan institusi lokal dalam penguatan dan pemberian materi pendidikan dan pelatihan PNS.
4. Penerapan sistem pengawasan kepegawaian dengan melibatkan UPT Pendidikan dan Pelatihan
Strategi WO 1. Reformulasi kurikulum dengan memasukkan
materi pemberdayaan masyarakat pada porsi yang lebih proporsinal sesuai dengan kebutuhan Satker.
2. Peningkatan Pendidikan dan pelatihan bagi widyaiswara, khususnya pada metodologi
pemberdayaan masyarakat 3. Pengajuan sistem kewenangan lembaga diklat
dalam memberikan penilaian terhadap PNS, rekomendasi bentuk pembinaan PNS serta
Perumusan dan Pelaksanaan sistem Evaluasi Pasca Diklat.
4. Pemberian Kewenangan UPT Pendidikan dan Pelatihan dalam bekerjasama dengan instutusi lain
yang sejenis dan dinilai berkompeten, serta peran memberikan penilaian advice bagi perbaikan
sistem manajemen kepegawaian.
Threat T 1. Ketidakmampuan PNS mewujudkan
Profesionalisme akibat sistem mutasi yang tidak melihat bidang keahlian.
2. Degradasiketidakpercayaan masyarakat kepada Instansi Pemerintah.
3. Kurang berjalannya sistem penilaian dan pemberian penghargaan dalam peningkatan karir PNS.
4. Pola Pendidikan masyarakat maupun PNS yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun
pemerintah. Strategi ST
1. Perbaikan sistem manajemen mutasi pegawai sesuai dengan kriteria keahlian
2. Sosialisasi dan keterbukaan sistem kinerja pelayanan prima Pemerintah dengan cara sederhana dan mudah
dimengerti. 3. Reformulasi sistem penilaian dan penghargaan
pegawai sesuai dengan prestasi kerjanya. 4. Reformulasi sistem pola pendidikan masyarakat dan
PNS yang disesuaikan dengan arah pembangunan dan kebutuhan masyarakat
Strategi WT 1. Peningkatan kemampuan PNS dalam sistem
pelayanan prima 2. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas sosialisasi
program pemerintah 3. Pengajuan sistem kelembagaan UPT Pendidikan
dan Pelatihan yang lebih independen 4. Pengelolaan sistem informasi timbal balik yang
berbasis kepentingan publik.
Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau 65
Penilaian komponen SWOT didapatkan setelah setiap komponen SWOT dianalisis dengan memberikan skor nilai 3 = penting, nilai 2 = cukup penting, dan
nilai 1 = tidak penting. Nilai rating untuk tiap-tiap alternatif strategi SWOT dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14 Penilaian Komponen SWOT pada Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik
Kekuatan S Kelemahan W
Peluang O Ancaman T
Komponen Nilai Komponen Nilai Komponen Nilai Komponen Nilai S1
3 W1
3 O1
3 T1
3 S2
2 W2
3 O2
3 T2
2 S3
2 W3
3 O3
3 T3
3 S4
3 W4
3 O4
2 T4
2
Untuk mengetahui faktor strategi internal yang menjadi prioritas dalam peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik UPT Pendidikan
dan Pelatihan, maka harus diketahui keterkaitan alternatif strategi yang ada pada komponen-komponen Strenghts S dan Weakness W baru kemudian diberi
bobot berkisar antara 0,100 sd 0,150, selanjutnya baru bisa ditentukan skor dari faktor-faktor strategi internal berdasarkan perkalian nilai bobot dengan rating,
dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Analisis Faktor-faktor Strategi Internal Kegiatan Peningkatan
Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik
NO Faktor Strategi Internal
Bobot Rating
Skor A
Strenghts 1
S1 0,125
3
0,375 2
S2 0,100
2
0,200 3
S3 0,100
2
0,200 4
S4 0,125
3
0,375 TOTAL
0.450 1,150
B Weakneses
1 W1
0,150
3
0,450 2
W2 0,125
3
0,375 3
W3 0,100
3
0,450 4
W4 0,125
3
0,375 TOTAL
0,550 1,650
Sedangkan untuk mengetahui faktor strategi eksternal yang menjadi prioritas dalam kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan
publik UPT Pendidikan dan Pelatihan, maka harus diketahui ketertarikan alternatif strategi yang ada pada komponen-komponen Oppurtunity O dan Threats T
baru kemudian diberi bobot berkisar antara 0,100 sd 0,150, selanjutnya baru bisa ditentukan skor dari faktor-faktor strategi eksternal berdasarkan perkalian nilai
bobot dengan rating, dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Analisis Faktor-faktor Strategi Eksternal Kegiatan Peningkatan
Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik UPT Pendidikan dan Pelatihan
NO Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating
Skor A
Opportunity 1
O1 0,150
3
0,450 2
O2 0,125
3
0,375 3
O3 0,150
3
0,450 4
04 0,100
2
0,200 Total
0,450 1,475
B Threats
1 T1
0,150
3
0,450 2
T2 0,100
2
0,200 3
T3 0,125
3
0,375 4
T4 0,100
2
0,200 Total
0,550 1,225
Setelah ditentukan bobot, rating dan skor dari masing-masing faktor internal dan eksternal, maka ditentukan strategi yang terbaik bagi kegiatan
peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau. Untuk mengetahui strategi mana yang terbaik
dari 16 strategi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Pemilihan Strategi pada Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan
Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik UPT Pendidikan dan Pelatihan Strategi
S 1,150
W 1,650
O 1,475
S-O 2,625
W-O 3,125
T 1,225
S-T 2,375
W-T 2,875
Dari nilai pembobotan terhadap alternatif strategi yang ada pada Tabel 17, maka dapat ditentukan prioritas strategi yang terbaik bagi kegiatan peningkatan
pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik UPT Pendidikan dan Pelatihan sebagai bentuk peningkatan layanan UPT Pendidikan dan Pelatihan
BKD Provinsi Riau pada peningkatan bentuk pelayanan publik. Prioritas strategi yang didapat adalah strategi W-O dengan bobot 3.125 dengan tindakan sebagai
berikut : Tindakan pertama yang dilakukan pada kegiatan peningkatan pendidikan
dan pelatihan berbasis pelayanan publik pada UPT adalah reformulasi kurikulum dengan memasukkan materi pemberdayaan masyarakat sesuai kebutuhan Satuan
Kerja. Strategi ini dipandang penting dalam peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik. Bentuk kegiatan materi pemberdayaan harus lebih
dikembangkan dan disesuaikan dengan kegiatan program yang ada di setiap satuan kerja di Pemerintah Provinsi Riau. Metode teknis pelaksanaan kegiatan
pendidikan maupun pelatihan juga diubah dengan menggunakan prinsip participatory training dengan tujuan membiasakan PNS menjalankan tugas
mengedepankan prinsip partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Tindakan Kedua adalah peningkatan pengetahuan widyaiswara dalam
penguasaan metodologi pemberdayaan masyarakat. Tindakan ini dilakukan karena Widyaiswara merupakan perancang sekaligus pelaksana kurikulum, modul,
instruktur atau tutor, pembimbing serta mengevaluasi programkegiatan pendidikan dan pelatihan di UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau.
Disamping itu melalui jenjang pendidikan formal maupun non formal diharapkan dapat menambah kemampuan Widyaiswara baik dalam penyusunan materi,
pemberian materi serta kemampuan membuat dan melaksanakan sistem evaluasi pasca diklat.
Penguasaan metodologi pemberdayaan masyarakat oleh
Widyaiswara akan meningkatkan kualitas dan pola pikir diklat PNS dalam menjalankan tugas-tugas pemberdayaan masyarakat.
Tindakan ketiga adalah pengajuan sistem kewenangan lembaga diklat dalam penilaian PNS, rekomendasi bentuk pembinaan PNS serta perumusan dan
pelaksanaan sistem evaluasi pasca diklat. Selama ini Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan tidak mempunyai kewenangan seperti memberikan
penilaian kepada PNS pasca mengikuti pendidikan dan pelatihan, menganalisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan serta merekomendasikan bentuk-bentuk
pendidikan dan pelatihan bagi pengembangan kapasitas PNS. Hal ini dilakukan mengingat tidak semua persoalan PNS dapat diatasi dengan pendidikan dan
pelatihan. Tidak adanya kewenangan ini membuat UPT Pendidikan dan Pelatihan tidak
dapat memantau kinerja PNS yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik dalam penerapan hasil pendidikan dan pelatihan, kemampun membuat sistem
ataupun secara bersama ikut memecahkan persoalan-persoalan yang timbul setelah hasil pendidikan dan pelatihan dikerjakan, akibatnya fungsi widyaiswara
sebagai pembimbing juga tidak dapat dimanfaatkan. Untuk itu UPT perlu mengusulkan tentang sistem kewenangan kepada Pemerintah Provinsi Riau.
Sistem kewenangan dimaksud disusun Tim yang yang berasal Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau, UPT Pendidikan dan Pelatihan serta utusan
satuan kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Tindakan ini penting karena UPT Pendidikan dan Pelatihan mempunyai kewenangan dalam
merumuskan dan melaksanakan sistem evaluasi pasca diklat, dan dapat membantu pemerintah dalam melakukan sistem penilaian dan pemberian penghargaan
kepada PNS yang berprestasi. Kewenangan ini juga dapat digunakan memberikan pertimbangan kepada Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan
BAPERJAKAT Pemerintah Provinsi Riau dalam hal mutasi dan penempatan PNS.
Tindakan Keempat adalah pemberian Kewenangan kepada UPT Pendidikan dan Pelatihan untuk melakukan kerjasama dengan institusi lain yang
sejenis dan dinilai berkompeten, serta peran kewenangan dalam penilaian bagi sistem manajemen kepegawaian. Kerjasama dengan institusi lain seperti
perguruan tinggi dapat memperkaya metodologi keilmuan dan informasi yang lebih konkrit mengenai kondisi kekinian masyarakat, dengan demikian informasi-
informasi ini dapat segera diketahui dan diserap oleh PNS ataupun pejabat yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Informasi- informasi tersebut
diharapkan dapat memperkaya pemikiran PNS ataupun pejabat dalam membuat kebijakan maupun program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kerjasama dengan institusi lain ini juga diharapkan dapat menjangkau institusi internal seperti UPT Pendidikan dan Pelatihan pada
dinasinstansi teknis seperti Dinas Tanaman Pangan di Pemerintah Provinsi Riau yang tugasnya langsung berhubungan dengan masyarakat luas.
6.2. Alat Pencapaian Hasil Analisis