23
untuk Hutan Lindung dan penyangga yaitu kelas IV-V atau nilai erosi antara 60- 180 tonhathn dan diatas 180 tonhathn PEMDA Berau 2005.
4.3.6 Keanekaragaman Flora dan Fauna
Hutan Sungai Lesan sebagian besar merupakan hutan sekunder. Dari hasil pengamatan tim survey TNC pada tahun 2003-2006, berhasil dicatat ada 45 jenis
pohon pakan primata dan sarang Orangutan Nardiyono, 2007. Adapun jenis- jenis pohon yang ditemukan pada kawasan ini adalah jenis pohon jambu-jambu,
kayu kacang, resak, kayu arang, kecundai, majau, meranti merah, ulin, kapur, keranji, medang, kenari, rengas, meranti pandan, pasang, meranti kuning,
empilung, mata kucing, mersawa, bengkal, nyatoh, meranti putih, semangkok, terap, sengkuang, penjalin, dan marsolo serta berbagai jenis pohon buah-buahan.
Sebagian dari jenis kayu yang ditemui sangat cocok bagi sarang dan pakan Orangutan.
Menurut data survei yang dilakukan The Nature Conservancy menunjukkan keanekaragaman satwa yang ada di kawasan Sungai Lesan sangat tinggi.
Nardiyono 2007 menyatakan bahwa hal ini bisa dilihat dari beberapa jenis satwa yang berhasil diobservasi, tercatat ada 52 jenis mamalia 18 jenis kelelawar, 118
jenis burung, 12 amfibi dan 5 jenis reptil.
4.4 Kondisi Habitat
Habitat yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi tiga lokasi yaitu anak sungai Lejak, sungai Lejak dan sungai Lesan, ketiga lokasi dibagi menjadi
dua jalur pengamatan yaitu terestrial dan akuatik. Karakteristik masing-masing lokasi dibedakan berdasarkan kondisi fisik sungai, tegakan dominan, pH air, suhu
udara dan air, serta faktor lainnya yang terdapat pada lokasi tersebut.
4.4.1 Anak sungai Lejak
Lokasi pertama yaitu anak sungai Lejak yang dibagi menjadi dua jalur pengamatan yaitu akuatik dan terestrial untuk metode transek dengan masing-
masing dua kali ulangan, lokasi ini juga dilakukan pengamatan dengan metode time search namun tidak mendapatkan penambahan jenis reptil dengan waktu
pengamatan dua jam.
24
Jalur terestrial Gambar 3 memiliki karakteristik berupa hutan dengan tutupan kanopi rapat, sedikit alang dan semak dengan ketebalan serasah mencapai
10 cm dan didominasi tumbuhan ulin Eusideroxylon zwageri. Jalur ini merupakan jalur yang sudah lama dibuat sebelumnya, tipe jalur yang berbukit dan
banyak dijumpai tumbuhan besar yang tumbang dan lapuk yang merupakan mikro habitat bagi satwa tertentu. Dijumpai kubangan pada jalur serta memotong dua
aliran air berupa sungai kecil bersubstrat lumpur. Lokasi ini banyak ditemukan vegetasi tingkat pohon yang memiliki lubang penampungan air di batangnya yang
biasa digunakan katak untuk bersembunyi.
Gambar 3 Jalur terestrial Anak sungai Lejak dan kubangan dalam jalur. Jalur akuatik gambar 4 memiliki karakteristik berupa sungai yang
mengalir sepanjang tahun yang didominasi oleh tumbuhan bintangur Calophyllum inophyllum dengan tinggi rata-rata 1 meter. Lokasi yang berupa
sungai kecil beraliran tenang, dangkal dan jernih dengan dasar sungai atau substrat dominan berupa bebatuan kecil, namun pada bagian sungai yang lebih
dalam, dasar sungai berisikan serasah, pasir dan bebatuan yang lebih besar. Tingkat kedalaman semakin tinggi pada setiap tikungan. Suhu air pada saat
pengamatan yaitu 25° C dengan suhu kering 25,5° C, suhu basah 22,5° C dan pH 7. Lebar rata-rata sungai 3 meter dengan kedalaman hanya 20 cm pada saat cerah
dan bertambah sehabis hujan.
25
Gambar 4 Jalur akuatik Anak sungai Lejak.
4.4.2 Sungai Lejak
Lokasi kedua yaitu sungai Lejak yang dibagi menjadi 2 jalur pengamatan yaitu akuatik dan terestrial untuk metode transek dengan masing-masing 2 kali
ulangan. Jalur akuatik lokasi kedua merupakan induk sungai jalur akuatik lokasi pertama namun dengan karakteristik yang berbeda, lokasi ini memiliki aliran air
yang lebih tenang dan badan sungai yang lebih lebar dibandingkan lokasi pertama.
Gambar 5 Jalur terestrial sungai Lejak dan aliran air memotong jalur. Jalur terestrial Gambar 5 pada lokasi kedua berupa hutan dengan tutupan
kanopi rapat yang didominasi tumbuhan tingkat semai dan pancang dari jenis meranti Shorea sp.. Terdapat 2 aliran sungai yang masih mengalir dan 1 bekas
aliran air, serta kontur berbukit dan bersemak cukup rapat pada beberapa titik. Ketebalan serasah mencapai 10 cm namun tidak terlalu banyak ditemukan pohon
tumbang. Banyak dijumpai pohon dengan banir besar yang dijadikan tempat berlindung. Lokasi ini merupakan jalur yang baru dibuat sehingga tingkat
26
keanekaragamannya lebih tinggi dibanding lokasi pertama. Di luar jalur ditemukan sungai berarus tenang dengan air berwarna gelap serta bersubstrat
dasar lumpur. Jalur akuatik Gambar 6 merupakan sungai yang mengalir sepanjang tahun
yang didominasi oleh tumbuhan jambu-jambuan dengan tinggi rata-rata 1 meter, namun banyak juga dijumpai pandan-pandanan dibagian tepi sungai. Lokasi yang
berupa sungai yang cukup lebar dengan lebar rata-rata 10 meter dengan lebar maksimal 20 meter. Terdapat 3 cabang sungai kecil di sepanjang jalur. Kedalaman
rata-rata sungai 43 cm dengan kedalaman maksimal 120 cm. arus sangat tenang serta berwarna sedikit keruh dan banyak ditemukan pohon tumbang pada bagian
sisi sungainya. Substrat dasar sungai didominasi oleh pasir dan serasah namun pada beberapa titik didominasi oleh bebatuan besar. Suhu air pada saat
pengamatan yaitu 24° C dengan suhu kering 24° C, suhu basah 22° C dan pH 8.
Gambar 6 Jalur akuatik sungai Lejak.
4.4.3 Sungai Lesan