6
o 152 spesies, 18 marga dan 4 famili dari sub ordo Amphisbaenia
o 2.700 spesies, 450 marga dan 18 famili dari sub ordo Serpentes
o 4.300 spesies, 420 marga dan 26 famili dari sub ordo Sauria
Dari 4 ordo yang ada, Indonesia memiliki 3 ordo diantaranya kecuali Rhynchocephalia atau tuatara. Menurut O’Shea dan Halliday 2001, tuatara
merupakan reptil primitif yang terdiri dari 1 famili dan hanya terdapat di Selandia Baru.
Penyebaran reptil di dunia dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari pada daerah tersebut Halliday dan Adler 2000. Selain itu, keanekaragaman reptil
disuatu lokasi dipengaruhi oleh ketinggian dan tipe habitat yang tersedia. Primack et al. 1988 mengatakan bahwa komposisi komunitas dan keanekaragaman jenis
reptil lebih tinggi pada dataran rendah dibandingkan dengan dataran tinggi dan kelimpahannya akan semakin berkurang dengan bertambahnya ketinggian. Reptil
dapat hidup di dalam dan permukaan tanah, celah-celah batu, di bawah puing- puing, hingga tajuk pohon pada hutan hujan, padang rumput, gurun pasir, rawa,
danau, sungai dan laut Duellman dan Heatwole 1988. Sementara itu kondisi penutupan tajuk yang berbeda dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro pada
masing-masing lokasi. Reptil dapat digolongkan kedalam empat kelompok berdasarkan habitat hidupnya yaitu reptil terestrial yang hidup di darat, reptil
akuatik yang hidup di air, reptil fosforial yang hidup di dalam tanah dan reptil arboreal yang hidup di atas pohon.
2.2 Penelitian Mengenai Reptil yang Telah Dilakukan
Penelitian reptil di Indonesia masih terbilang kurang dan kepedulian masyarakat terhadap reptil masih sangat rendah. Menurut Iskandar dan Erdelen
2006, pada umumnya herpetofauna di Indonesia tidak banyak dikenal, baik dari segi taksonomi, ciri-ciri biologi maupun ciri-ciri ekologinya. Hal tersebut
dikarenakan sedikitnya program monitoring yang berskala luas dan konsisten serta kerja sama antar instansi dalam membagi informasi tentang hal yang pernah,
sedang atau akan dilakukan. Penelitian reptil yang pernah dilakukan merupakan data penting sebagai acuan dan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
7
Beberapa contoh penelitian keanekaragaman reptil yang pernah dilakukan di beberapa lokasi di Kalimantan antara lain HIMAKOVA 2008 melakukan
penelitiannya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan Barat menemukan 32 jenis reptil, hasil ini lebih besar dari pada penelitian yang pernah
dilakukan HIMAKOVA dan TBI Indonesia 2005 di Taman Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat yang menemukan sebanyak 10 jenis reptil. Akan tetapi
hasil tersebut sama dengan jumlah jenis yang ditemukan di areal sekitar PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Barat yaitu 32 jenis Mistar 2008. Jumlah jenis
tersebut lebih sedikit dari pada di Batu Apoi Brunei Darussalam yang menemukan 44 jenis reptil Das 1995. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan Mediansyah
dan Rachmansyah 2010 yang menjumpai 47 jenis reptil di Kalimantan Barat. Mistar 2008 melakukan penelitiannya di dua lokasi berbeda di Kalimantan timur
yaitu Gunung Beratus dan Mawas dengan jumlah reptil 13 jenis pada Gunung Beratus dan 43 jenis pada Areal Mawas.
Adanya perbedaan jumlah jenis reptil disebabkan oleh perbedaan lokasi, usaha pencarian, lama penelitian dan cakupan wilayah penelitian baik dalam
ketinggian maupun luasan area. Selain itu metode dan peralatan yang lebih lengkap juga menjadi faktor penting dalam pencarian reptil selain profesionalitas
peneliti. Kondisi topografi lokasi yang sulit dijangkau serta cuaca dan musim yang tidak mendukung untuk pengamatan reptil juga dapat mengakibatkan
perbedaan jumlah temuan.
2.3 Ukuran Keanekaragaman Jenis