22
Letak di sebelah Timur dan Selatan kawasan. Dalam kawasan juga terdapat beberapa sub DAS yang lain yaitu sub DAS Sungai Pesan dan sub DAS Sungai
Lejak PEMDA Berau 2005.
4.3.3 Topografi
Dari hasil identifikasi melalui system informasi data Demographic Elevation Model DEM, data-data kontur, data-data RepPProt dan yang lainnya
serta pengecekan lapangan, diperoleh informasi tentang kelas lereng dan keadaan topografi kawasan Lesan. RePProt tahun 1987 pada kawasan ini terdapat 10.664
ha atau sekitar 87 areal memiliki kelas kemiringan lereng slope lebih dari 40. Di kawasan Lesan yang memiliki kemiringan lahan sangat ekstrim ini
menjadi indicator tingkat bahaya erosi akan sangat berat dan sudah seharusnya dijadikan hutan lindung PEMDA Berau 2005.
4.3.4 Kondisi Penutupan Lahan
Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat dan hasil cek lapangan tim survei Berau Forest Management Project BFMP tahun 1999-2000 diketahui kondisi
hutan kawasan ini masih sangat baik 85 hutan tidak terganggu. Kondisi hutan semakin baik karena selama 2000-2007 tidak ada Aktivitas yang cukup berat di
kawasan ini selain pengambilan hasil hutan non kayu atau non timber forest product NTFP dan perburuan terbatas oleh masyarakat sekitar. Kawasan hutan
lindung sungai lesan terdiri dari hutan bekas tebangan yang masih sehat, hutan bekas tebangan sangat terganggu, hutan tanaman industri dengan komoditi
tanaman karet, alang-alang dan belukar PEMDA Berau 2005.
4.3.5 Tingkat Bahaya Erosi
Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan menggunkan teknik Universal Soil Loss Equation USLE, yaitu alat untuk memprediksi bahaya erosi
pada suatu tempat bila di suatu wilayah tidak lagi memiliki hutan, dengan nilai bahaya dari ringan sampai berat. Mengacu pada kriteria bahaya erosi sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh RLKT Departemen Kehutanan 1994, kawasan Lesan termasuk dalam tingkat bahaya erosi sedang sampai sangat. Dengan tingginya
nilai erosi di dalam kawasan sangat berat cocok dengan kriteria kelas bahaya erosi
23
untuk Hutan Lindung dan penyangga yaitu kelas IV-V atau nilai erosi antara 60- 180 tonhathn dan diatas 180 tonhathn PEMDA Berau 2005.
4.3.6 Keanekaragaman Flora dan Fauna
Hutan Sungai Lesan sebagian besar merupakan hutan sekunder. Dari hasil pengamatan tim survey TNC pada tahun 2003-2006, berhasil dicatat ada 45 jenis
pohon pakan primata dan sarang Orangutan Nardiyono, 2007. Adapun jenis- jenis pohon yang ditemukan pada kawasan ini adalah jenis pohon jambu-jambu,
kayu kacang, resak, kayu arang, kecundai, majau, meranti merah, ulin, kapur, keranji, medang, kenari, rengas, meranti pandan, pasang, meranti kuning,
empilung, mata kucing, mersawa, bengkal, nyatoh, meranti putih, semangkok, terap, sengkuang, penjalin, dan marsolo serta berbagai jenis pohon buah-buahan.
Sebagian dari jenis kayu yang ditemui sangat cocok bagi sarang dan pakan Orangutan.
Menurut data survei yang dilakukan The Nature Conservancy menunjukkan keanekaragaman satwa yang ada di kawasan Sungai Lesan sangat tinggi.
Nardiyono 2007 menyatakan bahwa hal ini bisa dilihat dari beberapa jenis satwa yang berhasil diobservasi, tercatat ada 52 jenis mamalia 18 jenis kelelawar, 118
jenis burung, 12 amfibi dan 5 jenis reptil.
4.4 Kondisi Habitat