Latar Belakang Keanekaragaman Jenis Reptil di Kawasan Lindung Sungai Lesan, Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan kawasan lindung Sungai Lesan berperan penting bagi kelestarian plasma nutfah sebagai habitat berbagai jenis satwa, serta mempertahankan kelangsungan fungsi-fungsi ekologis. Menurut Keputusan Menteri Nomor: 375kpts - II1998 tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pelestarian plasma nutfah di hutan produksi, menyatakan bahwa kawasan pelestarian plasma nutfah pada ekosistem dataran rendah pada kawasan hutan, pada umumnya berada di hutan produksi yang dibebani Hak Pengusahaan Hutan atau Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri yang kegiatannya dapat mengancam kelestarian plasma nutfah. Kawasan hutan yang berada disekitar lokasi produksi seperti hutan lindung berperan penting sebagai sistem penyangga kehidupan dan pengendali dampak yang ditimbulkan dari hutan homogen. Kawasan Sungai Lesan terletak di antara areal IUPHHK-HA, IUPHHK-HT dan perkebunan kelapa sawit. Data dari Pokja Program Karbon Berau, terdapat dua IUPHHK-HA, satu IUPHHK-HT dan lima perkebunan Sawit di sekitar Sungai Lesan yang dikhawatirkan dapat merusak kawasan akibat adanya kegiatan di sekitarnya. Sejumlah perkebunan telah beroperasi sejak 2006 di sekitar kawasan lindung ini, seperti PT Berau Sawit Sejahtera luas wilayah 6.000 ha lebih, PT Gunta Samba Jaya 8.000 ha lebih, dan PT Yudha Wahana Abadi hampir 12.000 ha. Adapun beberapa IUPHHK-HA seperti PT Mardhika Insan Mulia, PT Karya Lestari. dan PT Belantara Pusaka luas 2.500 ha. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kawasan lindung Sungai Lesan merupakan kawasan penyeimbang bagi daerah sekitarnya karena lokasi di sekitarnya sudah sangat terganggu oleh aktivitas manusia yang dapat mengancam keberadaan satwa di dalamnya. Ketergantungan satwa pada kawasan lindung sangat tinggi karena gangguan manusia dapat mengakibatkan kepunahan pada satwa. Kelompok satwa yang paling memungkinkan terkena dampak dari rusaknya hutan adalah herpetofauna karena sebagian besar herpetofauna memiliki ruang lingkup pergerakan yang sempit dan mikrohabitat yang tergantung pada kondisi lingkungannya. Reptil 2 merupakan salah satu predator komponen herpetofauna penyusun ekosistem dan merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang memberikan peranan dalam suatu mata rantai untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian reptil di Indonesia masih kurang serta masih banyak daerah yang belum dieksplorasi, seperti daerah pedalaman, daerah bukaan hutan dan daerah terfragmentasi. Reptil lebih sedikit dipelajari dibandingkan amfibi karena amfibi lebih rentan terhadap kematian dan dampak dari kontaminan Gibbons et al. 2000. Menurut Gibbons et al. 2000 terdapat enam masalah signifikan yang mempengaruhi populasi reptil dalam skala global yaitu kehilangan habitat dan degradasi, introduksi spesies, pencemaran lingkungan, penyakit, pemanfaatan yang berlebihan, perubahan iklim global. Minimnya data merupakan suatu masalah yang harus segera diatasi karena dapat menyulitkan pengelola dalam melakukan upaya-upaya konservasi terutama pada habitat asli agar tidak terfragmentasi. Hal yang tidak diharapkan adalah terjadinya kepunahan dini pada reptil tanpa diketahui keberadaan, potensi dan upaya pencegahan oleh semua pihak yang berkepentingan. Beberapa jenis reptil memiliki daerah sebaran yang sempit dan terbatas serta hanya dijumpai di habitat yang spesifik. Hilangnya populasi jenis yang menempati habitat spesifik menandakan adanya perubahan kualitas lingkungan pada lokasi tersebut, meskipun perubahan yang terjadi mungkin tidak terlalu tampak. Oleh karena itu, jenis reptil yang mempunyai habitat spesifik sangat bermanfaat untuk memberikan peringatan dini terjadinya perubahan lingkungan Mistar 2008. Selain itu juga reptil memberikan pelayanan ekologi bagi manusia antara lain sebagai pengendali hama biologis terutama untuk serangga dan tikus, dengan begitu reptil memiliki peran yang sama pentingnya dengan komponen lain di dalam suatu ekosistem. Reptil yang mendiami padang rumput, tepi hutan, atau hutan pedalaman dalam lingkungan hutan tropis yang terfragmentasi akan merespon perubahan mikrohabitat dengan cara yang beragam dan kompleks Urbina-Cardona et al. 2006. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman reptil di Kawasan Lindung Sungai Lesan perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman serta menggali semua kekayaan jenis dan 3 potensi yang ada. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai kajian dalam tindakan pengelolaan kawasan dan dijadikan masukan kepada pengelola untuk melengkapi variabel yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan konservasi dan manajemen pengelolaan. Manfaat lain adalah terciptanya perlindungan secara tidak langsung terhadap satwa lain yang berada pada ruang lingkup habitat yang sama dengan reptil seperti amfibi dan mamalia kecil.

1.2 Tujuan