70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal Pra-tindakan
Survei kondisi pra-tindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Survei ini
dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara dengan guru dan angket. Survei dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Januari 2009 untuk melihat proses
pembelajaran keterampilan bercerita serta wawancara dengan guru kelas. Pengisian angket dilakukan untuk mengetahui minat dan motivasi siswa terhadap
pembelajaran keterampilan bercerita. Hasil survei kondisi pra-tindakan menunjukkan keadaan sebagai berikut.
1. Siswa terlihat kurang berminat dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran bercerita.
Berdasarkan kegiatan pengamatan di kelas, angket dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa dan guru, terungkap bahwa siswa
kurang berminat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan bercerita. Hal tersebut terindikasi dari sikap siswa selama
mengikuti pelajaran berbicara, siswa menampakkan raut muka masam, perhatian mereka tidak terfokus untuk pembelajaran. Beberapa orang siswa
nampak berbicara dengan temannya, sedangkan sebagian siswa yang duduk di tempat duduk deretan belakang nampak saling melempar kertas dan alat tulis.
Sementara itu, siswa yang duduk di tempat duduk deretan depan tampak menaruh kepala di atas meja. Hanya sebagian kecil siswa yang tampak
menyimak dengan seksama pelajaran yang disampaikan guru. 2. Metode yang digunakan guru kurang tepat
Selama pembelajaran keterampilan bercerita dilaksanakan, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias. Hanya sesekali
guru terlihat memperingatkan atau menegur siswa yang perhatiannya tidak terfokus pada proses pembelajaran. Guru kurang mencoba melakukan
71
pendekatan dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif di dalam kegiatan pembelajaran.
3. Siswa pasif dan tidak percaya diri Selama proses pembelajaran berlangsung siswa kelihatan kurang
berpartisipasi aktif. Ketika guru mengajukan pertanyaan, meminta pendapat serta meresitasi bacaan yang telah mereka baca, sebagian besar siswa tampak
bingung, kesulitan,
dan takut
untuk menjawab
pertanyaan dan
mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar. Terbukti dengan hasil tes yang menunjukkan hanya sebagian kecil, kurang lebih 55
siswa yang memeroleh nilai di atas 55 data nilai ada dalam lampiran. Siswa yang mau dan mampu tampil di depan kelas untuk meresitasi isi cerita yang
telah mereka baca kurang dari 4 orang siswa. 4. Fasilitas pembelajaran kurang
Selama ini, di dalam mengajarkan materi bercerita, guru hanya memanfaatkan buku teks Bahasa Indonesia untuk siswa kelas III dan LKS
sebagai buku pendamping, tanpa menggunakan media lain. Hal ini membuat siswa merasa pembelajaran keterampilan bercerita yang seharusnya
menyenangkan menjadi kurang menarik, membosankan, dan monoton. Guru tidak berusaha mengembangkan media pembelajaran dan sumber belajar yang
lain. Selain itu, guru tidak berusaha mencari buku pegangan lainnya. Buku pegangan lain dapat menunjang materi yang terdapat dalam buku pelajaran.
Tidak hanya itu, metode mengajar yang digunakan guru kurang begitu efektif, guru menggunakan kerja kelompok dengan menata meja sedemikian rupa,
selain karena keterbatasan kelas juga untuk efektifitas. Akan tetapi sebatas kerja kelompok saja kurang tepat, butuh pengembangan ide baru untuk
membuat suasana kelas lebih hidup. Oleh karena itu, perlu dicari media dan metode alternatif lain untuk mengajarkan materi bercerita.
Berdasarkan hasil survei tersebut, dicapailah kesepakatan bahwa penelitian
mengenai pembelajaran
keterampilan bercerita
dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw sebagai solusi permasalahan yang
72
dihadapi guru perlu dilakukan dan dimulai pada hari Jumat, tanggal 6 Februari 2009.
B. Deskripsi Hasil Penelitian