Estimasi Parameter Biologi Estimasi Parameter Ekonomi

banyak digunakan pada perikanan yang sumber data dan informasinya sangat lengkap dan akurat, terutama yang berhubungan dengan jenis ikan dan tingkat upaya yang dilakukan berdasarkan masing-masing alat tangkap. Penggunaan model-model estimator biologi untuk menduga stok ikan di Indonesia sangat memerlukan pendekatan yang lebih adaptif, karena karakteristik perikanan Indonesia lebih bersifat multi-species dan multi-gears. Menurut Smith 1996 dalam Wahyudin 2005, agregasi effort merupakan satu-satunya cara pengukuran effort yang dapat diandalkan pada perikanan multi-species. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap rajungan di Perairan Pangkajene dan Kepulauan adalah jaring insang tetap, jaring klitik, dan dogol. Untuk mengantisipasi upaya tangkapan effort yang lebih akurat, maka alat tangkap yang digunakan perlu dilakukan standarisasi alat tangkap. Tabel 5 menunjukkan produksi rajungan dan standarisasi alat tangkap yang digunakan. Tabel 5 Produksi Rajungan dan Alat Tangkap di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Produksi Total Rajungan kg Effort Standar trip Tahun Jaring Insang Tetap Jaring Klitik Dogol Total Prod Jaring Insang Tetap Jaring Klitik Dogol Total Effort 1995 201.200 117.900 500 319.600 129.918 76.130 323 206.371 1996 194.600 115.900 500 311.000 192.564 114.687 495 307.746 1997 550.000 220.900 1.500 772.400 129.564 52.038 353 181.955 1998 569.800 372.000 5.200 947.000 120.360 78.578 1.098 200.037 1999 278.100 225.000 1.500 504.600 107.616 87.068 580 195.264 2000 454.000 197.200 17.900 669.100 144.480 62.757 5.696 212.933 2001 575.000 220.200 16.400 811.600 157.451 60.297 4.491 222.239 2002 609.700 122.700 31.600 764.000 157.768 31.750 8.177 197.695 2003 162.400 39.200 5.100 206.700 170.225 41.089 5.346 216.660 2004 607.500 34.700 2.600 644.800 607.398 34.694 2.600 644.692 2005 289.781 241.749 123 531.654 339.404 283.147 145 622.695 2006 289.805 241.736 125 531.666 366.254 305.504 158 671.916 Rata-rata produksi 584.510 Rata-rata effort 323.350 Sumber: Diolah dari Lampiran 2

6.2.2 Estimasi Parameter Biologi

Salah satu teknik yang dikembangkan untuk mengestimasi parameter biologi adalah dengan menggunakan model estimator CYP yang dikembangkan oleh Clarke, Yashimoto dan Pooley 1992. Ada pun parameter yang diestimasi meliputi; tingkat pertumbuhan intrinsik r, daya dukung lingkungan perairan K dan koefisien daya tangkap q, perhitungan yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil estimasi dari tiga parameter tersebut berguna untuk menentukan tingkat produksi lestari, seperti maximum sustainable yield MSY, maximum economic yield MEY dan kondisi open acces. Estimasi parameter biologi tersebut dilakukan terhadap sumberdaya rajungan hasil tangkapan dari jaring insang tetap, jaring klitik dan dogol. Ketiga alat ini mempunyai terget spesies yang sama, maka estimasi dilakukan terhadap sumberdaya rajungan dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis masing- masing alat yang telah dilakukan standarisasi terlebih dahulu dari masing-masing alat tersebut. Tabel 6 menunjukkan hasil estimasi parameter biologi sumberdaya rajungan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang tetap, jaring klitik dan dogol berdasarkan estimator CYP dan fungsi pertumbuhan Logistik. Tabel 6 Hasil Estimasi Parameter Biologi dengan Fungsi Logistik. Parameter Biololgi Nilai Tingkat Pertumbuhan Alami r kg per tahun r 2.03 Koefisien Kemampuan Tangkap q kg per trip q 0.00001 Daya Dukung Perairan K kg per tahun K 818.423,93 Sumber : Hasil Perhitungan, di Olah Tahun 2007

6.2.3 Estimasi Parameter Ekonomi

Data untuk estimasi parameter ekonomi terdiri atas struktur biaya dan harga. Struktur biaya dan harga nominal merupakan data yang diperoleh melalui wawancara di lapangan. Biaya merupakan faktor penting dalam usaha perikanan tangkap, karena besarnya biaya akan mempengaruhi efisiensi dari usaha tersebut. Struktur biaya dari masing-masing alat tangkap diperoleh melalui wawancara langsung dengan nelayan dan disesuaikan dengan Indek Harga Konsumen IHK dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sulawesi Selatan, untuk menghasilkan nilai biaya series tahun 1995-2006. Hasil perhitungan biaya riil per unit effort dan harga rill rajungan tahun 1995-2006, untuk masing-masing alat tangkap, seperti Tabel 7 dan 8, perhitungan yang lebih lengkap dapat dilihatpada lampiran 7. Data biaya dalam penelitian ini adalah biaya per unit effort, oleh karena itu biaya tersebut diprediksi dari data primer yang diperoleh di lapangan. Biaya per trip sangat ditentukan oleh lamanya trip melaut, dan masing-masing alat seperti jaring insang tetap, jaring klitik dan dogol per trip selama satu hari Tabel 7. Tabel 7 Biaya per Unit Effort dan Rata-rata Biaya dari Masing-masing Alat Tangkap Tahun 1995-2006 Tahun Biaya J Tetap Rp per trip Biaya J Klitik Rp per trip Biaya Dogol Rp per trip Biaya Riil Rp per trip 1995 21.568,51 22.566,39 49.484,95 32.280,92 1996 22.629,82 23.676,80 51.919,93 33.869,34 1997 24.144,47 25.261,52 55.395,00 36.136,27 1998 25.793,93 26.987,29 59.179,38 38.604,96 1999 35.134,25 36.759,74 80.609,01 52.584,32 2000 33.934,16 35.504,14 77.855,63 50.788,19 2001 34.020,07 35.594,02 78.052,74 50.916,77 2002 37.107,52 38.824,31 85.136,31 55.537,65 2003 36.892,29 38.599,13 84.642,52 55.215,54 2004 38.658,61 40.447,16 88.695,01 57.859,13 2005 41.979,73 43.921,94 96.314,71 62.829,75 2006 49.497,72 51.787,74 113.563,32 74.081,68 Rata-rata 50.058,71 Sumber: Hasil Analisis, di Olah Tahun 2007 Selain faktor biaya juga sangat diperlukan faktor harga atau nilai dari sumberdaya yang dimanfaatkan, dalam menganalisis bioekonomi sumberdaya tersebut. Variabel harga berpengaruh terhadap jumlah penerimaan yang diperoleh dalam usaha penangkapan rajungan. Data harga nominal merupakan nilai rataan dari harga rajungan yang berlaku di wilayah penelitian. Harga dari rajungan tersebut disajikan dalam bentuk harga per kilogram, yang diperoleh dari data primer di lapangan. Setelah melalui penyesuaian dengan Indek Harga Konsumen IHK dari BPS Provinsi Sulawesi Selatan, maka diperoleh nilai harga riil rajungan time series tahun 1995-2006. Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi kenaikan harga riil yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Tabel 8 Harga dan Rata-rata Harga Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Tahun IHK Harga Riil Rp per kg 1995 58.1244 13.825,97 1996 60.9845 14.506,30 1997 65.0662 15.477,22 1998 69.5113 16.534,57 1999 94.6823 22.521,95 2000 91.4482 21.752,67 2001 91.6797 21.807,74 2002 100.0000 23.786,87 2003 99.4200 23.648,91 2004 104.1800 24.781,16 2005 113.1300 26.910,09 2006 133.3900 31.729,31 Rata-rata 21.440,23 Sumber: Data Primer di Olah

6.2.4 Estimasi Discount Rate