II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Rajungan Portunus pelagicus
Jenis kepiting dan rajungan diperkirakan sebanyak 234 jenis yang ada di Indo Pasifik Barat, di Indonesia ada sekitar 124 jenis. Moosa MK, Baharudin
dan H Razak 1980, lebih lanjut dijelaskan empat jenis di antaranya dapat dimakan edible crab, yaitu rajungan Portunus pelagicus, rajungan bintang
Portunus sanguinolentus, rajungan karang Charybdis feriatus dan rajungan angin Podopthalmus vigil. Jenis rajungan yang menjadi target penangkapan
adalah rajungan Portunus pelagicus karena mendominasi jumlah dari rajungan yang tertangkap Adam 2005.
Rajungan adalah termasuk hewan perenang aktif, tetapi saat tidak aktif, hewan tersebut mengubur diri dalam sedimen menyisakan mata, antena di
permukaan dasar laut dan ruang insang terbuka Fish SA 2001. Menurut Muslim 2000 pada umumnya udang dan kepiting keluar pada waktu malam untuk
mencari makan. Binatang ini keluar dari tempat-tempat persembunyiannya dan bergerak menuju tempat yang banyak makanan. Perbedaan fase bulan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkah laku rajungan, yaitu ruaya dan makan. Pada fase bulan gelap, rajungan tidak melakukan aktivitas ruaya, dan
berkurangnya aktifitas pemangsaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan perbedaan jumlah hasil tangkapan antara fase bulan gelap dan bulan terang. Rajungan
cenderung lebih banyak tertangkap saat fase bulan terang dibandingkan dengan pada fase bulan gelap. Oleh sebab itu waktu yang paling baik untuk menangkap
binatang tersebut ialah malam hari saat fase bulan terang. Saat betina siap untuk menyimpan telurnya, rajungan betina diam di dalam
pasir dengan perut atau abdomen terentang. Telur menonjol dan menempel di rambut-rambut pada perut betina, saat itu jantan mengeluarkan sperma dari kapsul
sperma dan pembuahan terjadi di luar. Telur diinkubasi di lapisan abdominal oleh betina. Warna telur orange cerah saat pertama kali memijah dan kemudian
berubah bertahap menjadi abu-abu tuagelap setelah berkembang dan telur kuning habis. Sedikit sisa dari massa telur yang berwarna abu-abu masih ada untuk
periode singkat atau pendek setelah telur berkembang dikeluarkan ke dalam air Potter et al. 1983 diacu dalam Kangas MI 2000.
Tingkah laku betina keluar dari pasir dan melihat disekitarnya pada saat sore hari sebelum memijah, adalah awal dari proses dimana kunci waktu
penetasan telur untuk periode saat tingkah laku aktifitas makan dari zona, memungkinkan untuk makan dengan sukses. Telur dan larva rajungan adalah
planktonik. Telur menetas setelah 15 hari pada suhu 24 derajat celcius. Fase larva meliput 5 tahap. Selama fase larva, rajungan dapat terbawa hanyut sejauh 80 km
menuju laut sebelum kembali untuk tinggal di perairan pantai dangkal Williams 1982 diacu dalam Kangas MI 2000.
Rajungan menjadi dewasa sekitar usia satu tahun. Ukuran saat kematangan terjadi dapat berubah terhadap derajat garis lintang atau lokasi dan antar individu
di lokasi mana pun. Perkiraan umur rata-rata rajungan dari lebar karapas tertentu dapat bervariasi. Pada umur 12 bulan, lebar karapas rata-rata rajungan adalah 90
mm. Rajungan jantan dan betina umumnya mencapai kematangan seksual pada ukuran lebar karapas 7 hingga 9 cm. Rajungan pada ukuran tersebut berumur
sekitar satu tahun. Kumar M et al. 2000; Fish SA; 2000 Mf Crab 2002.
2.2 Optimasi Sumberdaya Perikanan