6.3.1 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Akses Terbuka
open access
Konsep yang berlaku umum terhadap kepemilikan sumberdaya perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan yang dianggap sebagai milik bersama yang
dikenal dengan istilah “common property resource”. Konsep ini identik dengan pengelolaan sumberdaya yang bersifat terbuka bagi siapa saja yang ingin
memanfaatkannya. Menurut Clark 1990, open access adalah kondisi ketika pelaku perikanan atau seseorang yang mengeksploitasi sumberdaya secara tidak
terkontrol atau setiap orang memanen sumberdaya tersebut. Berdasarkan data pada Tabel 10, bahwa upaya tangkapan pada rezim
pengelolaan open access di perairan Pangkajene dan Kepulauan, untuk keseluruhan alat adalah sebanyak 177.200 trip per tahun. Apabila dibanding
dengan upaya tangkapan pada kondisi pengelolaan MSY dan MEY, keseluruhan effort MSY sebanyak 169.035 trip per tahun dan keseluruhan MEY sebanyak
88.600 trip per tahun, ternyata pada pengelolaan pada rejim open access jumlah upaya tangkapan sedikit lebih banyak dibanding dengan MSY dan MEY. Menurut
Gordon 1954 bahwa tangkap lebih secara ekonomi economic overfishing akan terjadi pada pengelolaan sumberdaya perikanan yang tidak terkontrol open
access. Hasil tangkapan yang diperoleh dari rezim pengelolaan open access di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan secara keseluruhan sebanyak 413.727,49 kg per tahun. Produksi pada rezim MSY sebanyak 414.695,02 kg per tahun, dan
produksi pada rezim MEY sebanyak 320.794,76 kg per tahun. Pada rezim open access rente yang diperoleh sama dengan nol TR=TC. Kondisi ini akan
menyebabkan nelayan cenderung untuk mengembangkan jumlah alat serta meningkatkan upaya tangkapan agar mendapatkan hasil yang lebih banyak. Tentu
saja secara ekonomi hal ini tidak efisien karena keuntungan yang diperoleh untuk jangka panjang akan berkurang atau sama sekali tidak memperoleh keuntungan
atau nol. Keadaan yang akan terjadi pada rezim pengelolaan open access, bahwa
ada dua pendapat sebagai berikut; 1 Jika upaya penangkapan yang digunakan menghasilkan suatu keadaan total cost TC lebih tinggi dari total revenue TR
maka nelayan kehilangan penerimaannya dan akan memilih keluar exit dari usaha penangkapan, 2 Jika upaya penangkapan menghasilkan total revenue TR
lebih tinggi dari total cost TC, maka nelayan lebih tertarik dan masuk entry untuk
mengeksploitasi sumberdaya
perikanan, sehingga
pada tingkat
keseimbangan tercapai, maka proses exit and entry tidak terjadi lagi. Menurut Fauzi A 2004 bahwa keseimbangan open access terjadi jika seluruh rente
ekonomi telah terkuras sehingga tidak ada lagi insentif untuk masuk dan keluar serta tidak ada perubahan pada tingkat upaya yang sudah ada,
6.3.2 Rezim Pengelolaan
Sole Owner
Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa effort pada rezim pengelolaan sole owner MEY lebih rendah dari rezim open access dan kondisi
lestari MSY, sebesar 88.600 trip per tahun. Rente yang diperoleh dari rezim sole owner merupakan rente yang tertinggi dibandingkan dengan pengelolaan open
access dan MSY, yaitu sebesar Rp 2.446,26 juta per tahun. Disebut juga sebagai rente sole owner berada pada kondisi maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa
pada tingkat produksi ini tingkat upaya penangkapan sudah dilakukan dengan efisien sehingga diperoleh hasil tangkapan yang lebih baik dan akan diikuti oleh
perolehan rente yang maksimum. Nilai manfaat rente dari masing-masing rezim pengelolaan sumberdaya rajungan adalah untuk kondisi MSY sebesar Rp 436,238
juta dan kondisi optimal diperoleh rente sebesar Rp 2.411,095 juta. Bila dibandingkan dengan rente overtime sebesar Rp 6.182,295 juta, maka rente yang
diterima jauh lebih besar pada tingkat discount rate 39. Berdasarkan uraian di atas apabila dibandingkan dengan kondisi aktual, maka secara ekonomi belum
terjadi overfishing. Pemanfaatan sumberdaya yang dibatasi pada kondisi maximum economic
yield MEY atau terkendali sole owner akan memberikan keuntungan atau rente yang maksimum, karena total penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total
pengeluaran. Implikasi dari pemanfaatan sumberdaya yang terkendali itu, terlihat dari effort yang dibutuhkan
MEY
E dalam penangkapan lebih kecil dibandingkan
dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik MSY maupun kondisi open access.
Artinya rezim pengelolaan sole owner terlihat lebih bersahabat dengan sumberdaya dan lingkungan dibandingkan dengan kondisi
MSY
E .
6.3.2 Rezim Pengelolaan MSY