2.5 Struktur Tegakan Hutan
Buongiorno dan Giles 1987 dalam Bone 2010 mendefinisikan tegakan stand sebagai luasan yang cukup kecil ditebang dalam periode waktu yang
singkat, misalnya satu tahun. Tegakan dapat berupa seluruh areal hutan atau bagian dari areal hutan yang luas, yang dikelola dengan siklus tebang tertentu.
Sedangkan struktur tegakan Oliver dan Larson 1990 dalam Labetubun 2004 adalah penyebaran fisik dan temporal dari pohon-pohon dalam tegakan yang
penyebarannya tersebut berdasarkan jenis, pola penyebaran vertikal atau horisontal, ukuran pohon atau pohon termasuk volume tajuk, indeks luas daun,
batang, penampang lintang batang, umur pohon atau kombinasinya. Struktur tegakan dapat dibedakan atas struktur tegakan vertikal, struktur
tegakan horizontal, dan struktur tegakan spasial. Struktur tegakan vertikal adalah sebaran individu pohon dalam berbagai lapisan tajuk, sedangkan struktur tegakan
horisontal didefinisikan sebagai banyaknya pohon per satuan luas pada setiap kelas diameternya Meyer et al. 1961; Davis dan Johnson 1987 dalam Bone,
2010. Dalam penelitian ini, karakteristik hutan rakyat sengon yang dimaksud adalah struktur tegakan horisontal.
Menurut Suhendang 1985 dalam Bone 2010, pengetahuan tentang struktur tegakan berguna untuk penentuan kerapatan pohon pada berbagai kelas
diameter, penentuan luas bidang dasar tegakan, dan penentuan biomassa tegakan. Untuk pertimbangan ekonomi, struktur tegakan dapat menunjukkan potensi
tegakan minimal yang harus tersedia, sedangkan untuk pertimbangan ekologis dari struktur tegakan akan diperoleh gambaran mengenai regenerasi dari tegakan
yang bersangkutan. Pohon-pohon pada tegakan hutan tidak seumur memiliki tinggi yang
bervariasi sehingga akan terlihat tidak teratur apabila dilihat dari penampang vertikal. Tipe distribusi kelas diameter untuk tegakan tidak seumur ditandai oleh
banyaknya jumlah pohon berdiameter kecil yang disertai penurunan frekuensi terhadap kenaikan kelas diameternya Husch et al. 2003. De Liocourt, rimbawan
Perancis, pada tahun 1898 mempelajari distribusi diameter tegakan untuk hutan tidak seumur. Ia menemukan bahwa rasio jumlah pohon pada kelas diameter
berturut-turut cukup konsisten dari kelas diameter terkecil sampai kelas diameter
terbesar. Meyer 1953 dalam Husch 2003, mendasarkan karyanya pada penyelidikan De Liocourt, mempelajari struktur yang dia sebut keseimbangan
hutan tidak seumur. Definisinya adalah salah satu di mana pertumbuhan saat ini dapat dihapus secara berkala dengan tetap menjaga distribusi diameter dan
volume awal hutan. Meyer menyatakan bahwa keseimbangan hutan tidak seumur cenderung memiliki distribusi diameter yang bentuknya dapat dinyatakan oleh
persamaan eksponensial negatif. De Liocourt Bone 2010 menyusun struktur tegakan hutan tidak seumur dengan bentuk kurva yang menyerupai bentuk huruf J
terbalik dengan model N = k e
–ad
, dimana N = kerapatan pohon per satuan luas, D = diameter pohon, dan k dan a = parameter. Nilai k merupakan konstanta yang
menjelaskan kondisi kerapatan tegakan, sedangkan nilai a merupakan slope yang ditunjukkan oleh sebaran jumlah pohon terhadap kelas diameter. Profil hutan
tidak seumur dan distribusi diameter hutan tidak seumur disajikan pada Gambar 1.
Jumlah Pohon
Diameter
a b
Gambar 1 a Profil hutan tidak seumur, b distribusi diameter hutan tidak seumur.
Distribusi yang seimbang menyiratkan bahwa jumlah pohon pada kelas diameter berurutan mengikuti rangkaian geometris yang berbentuk m, mq, mq
2
, mq
3
, ..., di mana konstanta q adalah rasio pengurangan jumlah pohon per hektar berturut-turut dari kelas diameter kecil sampai kelas diameter terbesar, dan m
adalah jumlah pohon pada kelas diameter terbesar Husch et al 2003. Hasil penelitian Suhendang 1995 dalam Labetubun 2004 di propinsi
Riau mendapatkan fakta bahwa model struktur tegakan N = k e
–ad
dapat diterima oleh semua petak percobaan, dicirikan oleh besarnya koefisien determinasi yang
diperoleh R
2
berkisar 73 sampai 89 .
2.6 Karakteristik Sengon Paraserianthes falcataria