Penentuan Kelas Diameter Pembuatan Kurva Karakteristik Hutan Rakyat Sengon

Untuk keterwakilan data, digunakan rasio untuk masing-masing kelas lahan dengan pertimbangan rasio terbesar adalah kelas lahan yang paling banyak ditemui di Desa Tonjongsari, sehingga dalam hal ini kelas lahan III merupakan kelas lahan yang memiliki rasio paling besar karena paling banyak dimiliki oleh masyarakat di Desa Tonjongsari. Rasio yang digunakan untuk kelas lahan I, kelas lahan II, dan kelas lahan III berturut-turut adalah 3, 5, dan 8 plot contoh. Dari kombinasi ketiga faktor di atas, maka didapatkan 12 kelas perlakuan. Untuk setiap kelas lahan I, II, dan III masing-masing dibuat 3,5, dan 8 plot contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 hektar sehingga total unit contoh sebanyak 64 plot. Intensitas sampling yang digunakan dalam penentuan plot sebesar 1 dari luas total hutan rakyat di Desa Tonjongsari. Responden yang dipilih merupakan pemilik hutan rakyat yang telah memenuhi 12 kriteria kelas lahan sehingga didapatkan total responden dari 64 plot contoh sebanyak 64 orang.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif digunakan untuk menduga potensi tegakan hutan rakyat berdasarkan analisis statistik sederhana.

3.5.1 Penentuan Kelas Diameter

Penelitian karakteristik tegakan hutan rakyat sengon di Desa Tonjongsari menggunakan tujuh kelas diameter, yaitu kelas diameter I d 5 cm, kelas diameter II d = 5-10 cm, kelas diameter III d = 10-15 cm, kelas diameter IV d = 15-20 cm, kelas diameter V d = 20-25 cm, kelas diameter VI d = 25-30 cm, serta kelas diameter VII d 30 cm. Peneliti menentukan interval 5 cm untuk setiap kelas karena sengon termasuk fast growing species yang pertumbuhannya kurang lebih 4-5 cm per tahun. Selain itu, biasanya masyarakat akan menebang pohon sengon pada umur 5-8 tahun, akibatnya diameter lebih dari 30 cm sulit ditemukan sehingga peneliti menjadikan kelas diameter VII untuk diameter 30 cm up.

3.5.2 Pembuatan Kurva Karakteristik Hutan Rakyat Sengon

Untuk mengetahui struktur tegakan sengon di Desa Tonjongsari dilakukan pendekatan melalui persamaan negative exponential distribution distribusi eksponensial negatif, yang didasarkan pada perbandingan pengurangan jumlah pohon yang tetap sejalan dengan pertambahan diameter yang merupakan ukuran standar kenormalan pada tegakan tidak seumur, rumus tersebut adalah sebagai berikut Husch 2003: N = k e –a d Keterangan : N = jumlah pohon per hektar per kelas diameter d = kelas diameter e = angka dasar logaritma 2,7183 k = konstanta yang menunjukkan ciri kerapatan pohon per hektar a = nilai yang mencirikan slope dari kurva, yaitu garis yang menggambarkan laju penurunan jumlah batang seiring bertambahnya kelas diameter k dan a = nilai yang menunjukkan karakteristik model hutan tidak seumur. Selanjutnya untuk mengetahui karakteristik tegakan sengon berdasarkan ketinggian tempat, kelerengan lahan, dan strata luas kepemilikan lahan digunakan uji chi square, dengan hipotesa sebagai berikut : Ho : Tidak ada perbedaan signifikan dari segi jumlah batang H1 : Ada perbedaan signifikan dari segi jumlah batang, Dengan kriteria uji : Tolak H0 jika Sig 0,05 Terima H0 jika Sig ≥ 0,05

3.5.3 Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Rakyat