Ciri-ciri Hutan Rakyat Pola Hutan Rakyat

lapangan pekerjaan, dan memacu pembangunan ekonomi daerah, sedangkan secara ekologi, hutan rakyat berperan positif dalam pengendalian erosi dan limpasan permukaan, perbaikan kesuburan tanah, serta penyeimbang tata air.

2.3 Ciri-ciri Hutan Rakyat

Menurut Winarno 2010 dalam Media Persaki XIII 2010, hutan rakyat memang berbeda dengan terminologi hutan yang lain. Ciri pertama, pada umumnya hutan rakyat berada di tanah milik yang dijadikan hutan dengan alasan tertentu, seperti lahan yang kurang subur, serta kondisi topografi yang sulit. Selain itu, secara geografis pada umumnya hutan rakyat tidak mengelompok, tetapi tersebar berdasarkan letak dan luas kepemilikan lahan, serta keragaman pola wanatani. Ciri lain dari hutan rakyat adalah basis pengelolaannya berada pada tingkat keluarga. Setiap keluarga melakukan pengembangan dan pengaturan secara terpisah. Beberapa ciri hutan rakyat menurut Hardjanto 2000 antara lain : a. Usaha hutan rakyat dilakukan oleh petani, tengkulak, dan industri, dimana petani masih memiliki posisi tawar yang lebih rendah. b. Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prinsip usaha dan prinsip kelestarian yang baik. c. Bentuk hutan rakyat sebagian besar berupa budidaya campuran yang diusahakan secara sederhana. d. Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10 total pendapatan. Selain itu, Pasaribu dan Roliadi 2006 menerangkan bahwa jumlah volume produksi kayu pertukangan dari areal hutan rakyat umumnya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh : a. Pemanenan kayu dilakukan pada saat pohon belum masak tebang b. Luas hutan rakyat relatif kecil c. Pemeliharaan tanaman tidak efektif d. Penanaman suatu jenis pohon kurang memperhatikan kesesuaian lahan e. Tidak menggunakan bibit unggul f. Kebiasaan masyarakat memanen kayu pada saat perlu biaya yang relatif besar.

2.4 Pola Hutan Rakyat

Menurut Departemen Kehutanan dalam Setyawan 2002, berdasarkan pola jenis tanamannya, hutan rakyat dibedakan menjadi : a. Hutan rakyat murni; yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman pokok yang ditanam dan diusahakan secara homogen atau monokultur. b. Hutan rakyat campuran; yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohon yang ditanam secara campuran. c. Hutan rakyat agroforestri; yaitu hutan rakyat yang mempunyai bentuk usaha kombinasi kehutanan dengan usaha tani lainnya seperti perkebunan, pertanian, peternakan, dan lain-lain secara terpadu pada satu lokasi. Hutan rakyat bentuk ini berorientasi pada optimalisasi pemanfaatan lahan baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Berdasarkan pola pengembangannya, menurut Supriadi 2001 yang dikutip oleh Rosnawati 2004 hutan rakyat dikelompokkan menjadi : a. Hutan rakyat pola swadaya; yaitu hutan rakyat yang dibangun oleh kelompok atau perorangan dengan kemampuan modal dan tenaga dari kelompok atau perorangan itu sendiri. Melalui pola ini masyarakat akan didorong agar mau dan mampu melaksanakan pembuatan hutan rakyat secara swadaya dengan bimbingan teknis dari kehutanan. b. Hutan rakyat pola subsidi; yaitu hutan rakyat yang dibangun dari subsidi, baik sebagian atau keseluruhannya. Subsidi atau bantuan diberikan oleh pemerintah atau dari pihak lain yang peduli terhadap pembangunan hutan rakyat. Hutan rakyat yang dikembangkan dengan pola subsidi adalah hutan rakyat penghijauan, hutan rakyat padat karya, dan hutan rakyat areal model dampak. c. Hutan rakyat pola kemitraan; yaitu hutan rakyat yang dibangun atas kerjasama masyarakat dan perusahaan swasta dengan insentif permodalan berupa kredit kepada rakyat dengan bunga ringan.

2.5 Struktur Tegakan Hutan