2.7 Potensi dan Sebaran Hutan Rakyat 2.7.1 Potensi Hutan Rakyat di Indonesia
Berdasarkan data Ditjen RLPS dalam media Persaki 2010, dari seluruh kawasan hutan rakyat di Indonesia yang luasnya mencapai 3.589.455 ha,
diperoleh potensi dalam bentuk standing stock sebanyak 125.627.018 m
3
. Sementara potensi siap panen dari standing stock tersebut mencapai 20.937.836
m
3
. Dari keseluruhan potensi produksi kayu yang berasal dari hutan rakyat tersebut, Pulau Jawa masih menduduki urutan pertama dengan potensi panen 16,3
juta m
3
, disusul Sumatera dengan potensi panen 1,28 juta m
3
, Bali dan Nusa Tenggara dengan potensi panen 1,12 juta m
3
. Besarnya potensi hutan rakyat tersebut ternyata belum sepenuhnya memberikan peluang peningkatan hasil secara
optimal. Persoalan tata niaga kayu selama ini menyebabkan terjadinya tekanan harga kayu rakyat yang rendah. Besarnya standing stock dan potensi siap panen
hutan rakyat dari setiap pulau di Indonesia tersaji di Tabel 1. Tabel 1 Potensi standing stock dan tegakan siap panen hutan rakyat di Indonesia
No. Wilayah
Potensi m
3
Standing stock Siap panen
1 Sumatera
7.714.143 1.285.690
2 Jawa
97.971.335 16.328.556
3 Bali, NTB, dan NTT
6.691.612 1.115.269
4 Kalimantan
5.157.023 859.504
5 Sulawesi
7.297.892 1.216.315
6 Maluku dan Maluku Utara
299.250 49.875
7 Papua dan Papua Barat
495.765 82.627
Jumlah 125.627.018
20.937.836 Sumber : RLPS 2009 Media Persaki 2010.
2.7.2 Potensi Hutan Rakyat dan Sebaran Kayu Rakyat di Jawa Barat
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2003, jumlah kebutuhan kayu sengon, mahoni, jati, dan jenis
lainnya untuk Kabupaten Tasikmalaya masing-masing adalah 7.500 m
3
, 3600 m
3
, 840 m
3
, dan 400 m
3
. Jumlah keseluruhan dari kebutuhan kayu tersebut sebesar 12.340 m
3
. Namun, angka tersebut tidak diimbangi dengan pasokan kayu dari hutan rakyat di Tasikmalaya. Jumlah pasokan kayu di Kabupaten Tasikmalaya
pada tahun 2003 sebesar 5.114,15 m
3
. Akibatnya, di Kabupaten Tasikmalaya mengalami kekurangan pasokan sebesar 7.225,85 m
3
. Kekurangan tersebut disebabkan sebagian produksi kayu pertukangan hutan rakyat di Kabupaten
Tasikmalaya dipasarkan ke luar kabupaten. Informasi lebih lengkap mengenai data perimbangan produksi dan kebutuhan kayu pertukangan untuk bahan baku
industri pengolahan kayu pertukangan pada beberapa kabupaten di Jawa Barat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perimbangan produksi dan kebutuhan kayu pertukangan untuk bahan baku industri pengolahan kayu pertukangan pada beberapa kabupaten di
Jawa Barat pada tahun 2003
No. Kabupaten
Produksi m
3
Kebutuhan m
3
Kekurangan m
3
Kelebihan m
3
1 Sukabumi
15.256,30 74.086,80
58.830,50 -
2 Ciamis
68.581,30 242.000,00
173.418,70 -
3 Tasikmalaya
5114,15 12.340,00
7.225,85 -
4 Kuningan
7437,79 7026,73
- 411,06
5 Majalengka
5.265,73 4.791,13
- 474,60
Jumlah 101.625,27
340.244,66 239.475,05
885,66 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya 2003.
Selanjutnya perimbangan produksi kayu sengon dari hutan rakyat dan kebutuhan kayu pertukangan jenis sengon disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Perimbangan produksi dan kebutuhan kayu sengon untuk bahan baku kayu pertukangan pada beberapa kabupaten di Jawa Barat pada tahun
2003
No. Kabupaten
Produksi m
3
Kebutuhan m
3
Kelebihan m
3
Kekurangan m
3
1 Sukabumi
7.404,40 46.080,00
- 38.675,60
2 Ciamis
6.475,48 144.000,00
- 137.524,52
3 Tasikmalaya
3.048,45 7.500,00
- 4.451,55
4 Kuningan
1.362,00 1.710,69
- 348,69
5 Majalengka
1.456,00 737,17
718,83 -
Jumlah 19.746,33
200.027,86 718,83
181.000,36 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya 2003.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN