5.3.3. Batas Kepemilikan Lahan
Batas-batas lahan yang biasa digunakan masyarakat setempat adalah pagar bambu dan pagar tanaman. Pagar tanaman yang biasa digunakan adalah jenis
kaliandra. Pagar bambu biasanya digunakan untuk mencegah penggembalaan hewan ternak, yaitu sapi dan kambing. Namun, ada juga warga yang sengaja
menggunakan lahan hutan rakyatnya menjadi lahan untuk penggembalaan. Adanya batas menggunakan pagar ini sangat efektif mengingat tidak adanya
konflik mengenai kepemilikan lahan di Desa Tonjongsari.
5.3.4. Pola Hutan Rakyat di Desa Tonjongsari
Jenis tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat beraneka ragam, terdiri dari jenis tanaman perkebunan, jenis tanaman kehutanan, serta jenis
tanaman pertanian, umumnya petani hutan rakyat mencampurkan jenis-jenis tanaman tersebut atau biasanya dikenal sebagai agroforestry Gambar 3b.
Agroforest adalah struktur yang dibangun oleh masyarakat-masyarakat setempat dalam rangka diversifikasi produksi, melengkapi produksi bahan pangan yang
dihasilkan untuk kebutuhan sendiri dari lahan tanaman semusim. Agroforest merupakan bagian dari sistem pertanian masyarakat, petani tidak menganggapnya
sebagai „hutan‟ melainkan sebagai „ladang‟ atau „kebun‟ de Foresta et al. 2000. Tanaman pertanian di Desa Tonjongsari merupakan tanaman yang hasilnya
dapat dipanen setiap hari atau setiap musim, terdiri dari kelapa, pisang, kedondong, dan sawo. Jenis-jenis tanaman kehutanan sengaja dibudidayakan
untuk dimanfaatkan kayunya, yaitu sengon, mahoni, dan jati. Jenis tanaman sengon dipilih karena disamping cepat untuk dipanen juga memiliki harga jual
yang cukup tinggi. Kebanyakan warga setempat mengkombinasikan jenis sengon dengan kelapa. Sebelum sengon mulai diperkenalkan, masyarakat terlebih dahulu
menanam kelapa sehingga produk utama dari daerah tersebut berupa kelapa, gula kelapa, serta olahan kelapa.
a b
Gambar 3 a Hutan rakyat monokultur, b agroforestry. Secara ekologi, bentuk penanaman campuran ini sangat menguntungkan
karena kerentanan tegakan terhadap hama dan penyakit serta kebakaran lebih rendah dibandingkan penanaman secara monokultur. Namun, kondisi ini juga
tidak menutup kemungkinan adanya sistem monokultur di Desa Tonjongsari Gambar 3a. Meskipun terbilang sangat kecil jumlahnya, sistem monokultur juga
diterapkan oleh beberapa warga. Sistem ini biasanya dilakukan oleh pemilik lahan yang luas strata I sehingga pendapatan yang dihasilkan dari pemanenan sangat
besar dan cukup untuk memenuhi kebutuhan setidaknya sampai panen selanjutnya. Selain itu, warga setempat menanam dengan pola monokultur juga
karena mereka memiliki penghasilan dari sektor lain seperti toko, PNS, dan swasta sehingga mereka tidak menggantungkan penghasilan dari lahannya saja.
5.3.5. Pola Pengelolaan