Pengadaan Bibit Persiapan Lahan dan Penanaman

kelompok tani. Kelompok tersebut berperan sebagai pengendali harga jenis kehutanan yang diberikan oleh tengkulak. Meskipun demikian, posisi tawar petani masih rendah. Kelompok tani tersebut juga bisa berperan sebagai penyalur bantuan pemerintah. Hanya saja, sampai saat ini kelompok tani yang ada masih belum bisa memfasilitasi masyarakat dalam penyediaan bibit dan pemasaran secara swadaya. Masyarakat yang luas lahannya kecil hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk penyediaan bibitnya, sedangkan pemilik lahan yang luas biasanya memperoleh bibit dari penjual bibit keliling. Kendala dalam penyediaan bibit ini menjadi fokus bidang perkebunan dan kehutanan. Mereka saat ini sedang merencanakan pembuatan kebun bibit rakyat yang akan dikelola secara gotong-royong. Menurut mereka, kendala utama untuk merealisasikan program tersebut adalah modal.

5.3.7. Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Desa Tonjongsari meliputi pengadaan bibit, persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengangkutan, serta pemasaran.

5.3.7.1. Pengadaan Bibit

Sebagian masyarakat Desa Tonjongsari mendapatkan bibit sengon dengan cara membeli dari penjual bibit sengon keliling. Bibit yang akan dijual di letakkan ke dalam bak truk. Satu bibit sengon dihargai Rp. 1000,00. Menurut masyarakat setempat, bibit yang dijual oleh penjual keliling cukup baik kualitasnya. Selain dari penjual keliling, masyarakat juga mendapatkan bibit sengon dari pemerintah. Namun, jumlah bantuan bibit dinilai sangat kurang karena setiap kepala keluarga hanya mendapatkan sekitar 10 bibit. Masyarakat sendiri sebenarnya ingin mempunyai kebun pembibitan. Di bawah kelompok tani, kebun pembibitan akan dikelola bersama. Namun, keinginan tersebut masih berupa wacana karena terkait kendala modal. Masyarakat berharap pemerintah bersedia memberikan bantuan berupa modal kepada kelompok tani mengingat hutan rakyat di Desa Tonjongsari cukup berpotensi untuk dikembangkan.

5.3.7.2. Persiapan Lahan dan Penanaman

Sebelum kegiatan penanaman dimulai, pemilik lahan mempersiapkan lahannya terlebih dahulu. Persiapan lahan tersebut dilakukan dengan cara membersihkan semak atau rumput-rumputan di daerah yang akan ditanami sengon. Pada sistem agroforestry, masyarakat juga akan memperhatikan tanaman pertanian yang menjadi penghasilan utamanya. Bibit sengon akan ditanam di sela- sela tanaman pertanian yang sudah ada. Setelah membersihkan semak atau rumput-rumputan, daerah yang akan ditanami akan dicangkul untuk membuat lubang tanam. Kemudian, bibit sengon siap tanam yang berukuran sekitar 40-60 cm akan diletakkan ke dalam lubang tanam tersebut. Dalam membuat lubang, jarak tanam yang digunakan cukup bervariasi. Biasanya jarak tanam yang digunakan oleh masyarakat adalah 3 m x 2 m, 2 m x 2 m, 3 m x 3 m, dan 5 m x 5 m. Namun, ada juga yang menanamnya secara tidak beraturan karena disesuaikan dengan posisi tanaman pertanian yang sudah ada sebelumnya. Penanaman pada periode setelah penebangan juga dilakukan hal yang sama, yaitu menanami kembali lahannya dengan bibit baru. Namun, sebagian warga setempat ada yang sengaja tidak membuang tunggak pohon sisa penebangan. tunggak pohon tersebut dibiarkan saja sampai tumbuh batang baru dari tunggak tersebut. Menurut masyarakat, batang yang tumbuh dari tunggak bekas tebangan lebih cepat tumbuh dan lebih kuat. Hal ini disebabkan oleh jangkauan akar yang telah menyebar luas dan kokoh sehingga kerja penyerapan nutrisi optimal. Hal ini menyebabkan batang yang tumbuh dari tunggak lebih cepat daripada batang yang berasal dari bibit yang baru ditanam. Gambar 4 batang yang tumbuh dari tunggak bekas tebangan.

5.3.7.3. Pemeliharaan