ef 42.22 bc b a 15.68 b

20 Tabel 10. Pengaruh Trass dan Dolomit Terhadap Kadar SiO 2 Total dalam Tanah Perlakuan D1 D2 D3 Rata-Rata …………….……....……………………… T0 2.08 2.18 3.08

2.45 a

T1 4.19 4.54 4.43

4.39 b

T2 6.20 5.98 6.28

6.15 c

T3 8.24 7.70 8.70

8.21 d

Rata-Rata 5.18 5.10 5.62 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 uji Duncan DMRT Hasil uji Duncan menunjukkan adanya peningkatan dosis trass diikuti dengan peningkatan kadar SiO 2 total dalam tanah. Peningkatan kadar SiO 2 total dalam tanah dari perlakuan T0 ke T1, T2, dan T3 secara berturut-turut sebesar 1.93, 3.7, dan 5.77 . Hasil analisis kadar SiO 2 tersedia berbeda dibandingkan SiO 2 total seperti dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 12, perlakuan dolomit dan trass baik secara tunggal maupun kombinasi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar SiO 2 tersedia dalam tanah. Hasil uji Duncan pengaruh kombinasi trass dan dolomit terhadap kadar SiO 2 tersedia dalam tanah disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Pengaruh Trass dan Dolomit Terhadap Kadar SiO 2 Tersedia dalam Tanah Perlakuan D1 D2 D3 Rata-Rata ………..………….….ppm………..……….…………. T0 34.08 a

38.07 ab 35.57 ac

35.91 a

T1 54.26 ef

50.56 de 41.69 b

48.84 b

T2 55.89 f

47.25 cd 41.39 b

48.18 b

T3 61.50 g

54.38 ef 42.22 bc

52.70 b

Rata-Rata 51.43 a

47.56 b 40.22 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 uji Duncan DMRT Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis trass maka kadar SiO 2 tersedia dalam tanah semakin meningkat. Perlakuan T1, T2, dan T3 berbeda nyata meningkatkan kadar SiO 2 dibandingkan perlakuan T0. Peningkatan kadar SiO 2 tersedia dari perlakuan T0 ke T1, T2, dan T3 adalah sebesar 12.93, 12.27, dan 16.79 ppm. 21 Unsur Si dalam tanah yang dapat larut dan lambat tersedia berbentuk asam monosilikat, asam polysilikat, dan organosilikat Matichenkov and Calvert 2002. Menurut Savant, Korndorfer, Datnoff, and Snyder 1999 Si dalam larutan tanah terdapat dalam bentuk asam monosilikat atau asam ortosilikat [H 4 SiO 4 atau SiOH 4 ], sesuai reaksi berikut : SiO 2 + 2H 2 O H 4 SiO 4 Kadar SiO 2 tersedia dalam tanah menurun seiring dengan meningkatnya dosis Dolomit. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara unsur Mg yang dihasilkan dari Dolomit dengan unsur Si. Peningkatan Mg dalam tanah mengakibatkan muatan negatif tanah meningkat kemudian Si bereaksi dengan OH - membentuk ion silanol H 3 SiO 4 - , dengan ilustrasi reaksi berikut Savant, Korndorfer, Dtnoff, and Snyder 1999 : H 4 SiO 4 + OH - H 3 SiO 4 - + H 2 O Reaksi tersebut terjadi pada pH di atas 9. Unsur Mg yang terjerap lemah oleh koloid organik kemudian berikatan dengan Si membentuk garam magnesium ortosilikat Mg 2 SiO 4 dan magnesium metasilikat MgSiO 3 yang bersifat tidak larut, hal ini dapat dilihat pada reaksi berikut : 2MgO + SiO 2 Mg 2 SiO 4 MgO + SiO 2 MgSiO 3 Pada reaksi tersebut terbentuk kristal garam ketika rasio MgSi 1, Mg meningkat dan terjadi penurunan intensitas penjerapan Mg sehingga Mg akan mudah berikatan dengan Si. Kadar SiO 2 tersedia yang paling tinggi yakni 52.70 ppm pada perlakuan T3. Kadar SiO 2 tersedia dalam tanah masih kurang mencukupi untuk pertumbuhan padi. Menurut Havlin et al., 2005 kadar Si yang cukup untuk produksi padi sekitar 100 ppm. Menurut Tisdale et al., 1985 konsentrasi Si dalam larutan tanah dikontrol oleh pH dan tergantung pada reaksi penjerapan. Sumida 2002, kelarutan Si di lahan sawah dipengaruhi oleh temperatur tanah, potensial redoks tanah, pH tanah, dan konsentrasi Si itu sendiri dalam larutan tanah. Jumlah Si di lahan padi meningkat dengan meningkatnya temperatur tanah dan pada kondisi pontensial redoks tanah rendah. Kelarutan Si menurun dengan meningkatnya pH tanah antara 4-9. Pada pH diatas 9 kelarutan Si meningkat. Ketersediaan Si dalam tanah yang dipengaruhi oleh pH dan reaksi penjerapan Si oleh seskuioksida. Dress et al., 1989 menyatakan bahwa ketersediaan Si dalam tanah tidak hanya dipengaruhi oleh silika amorphous tetapi juga oleh kompleks organik, sesquioksida, ion logam, pilosilikat, area permukaan, larutan permukaan, dan sifat kimia larutan tanah. Keberadaan molekul organik, terutama asam alginik, ATP, dan asam amino, menyebabkan tingginya kehilangan silikat termasuk kuarsa. Tingginya kehilangan silikat dalam tanah karena terjadinya pelindian oleh 22 molekul yang kaya organik, termasuk kuarsa dalam larutan menjadi melekul Si- organik komplek sehingga Si dengan mudah tercuci keluar dari komplek tanah. Si-organik komplek terbentuk akibat terjadinya polarisasi ion H + , kemudian Si berikatan dengan bahan organik melalui proses polarisasi atau hidrolisis. Ikatan Si dengan C umumnya sangat resisten terhadap hidrolisis atau oksidasi, sehingga akhirnya terbentuk organosilicon secara kimia. Pada beberapa susunan atom organosilicon dapat menghasilkan senyawa dari group metil Boury and Corriu 2001. Pelindian Si oleh senyawa organik akan membentuk khelat antara asam monosilikat dengan asam humik, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2. Khelat Antara Asam Monosolikat dengan Asam Humat Tan 1998

4.4.3 Kadar Mg Dapat Ditukar

Hasil analisis ragam Lampiran 13 menunjukkan bahwa perlakuan dolomit secara tunggal berpengaruh nyata terhadap kadar Mg dapat ditukar dalam tanah. Pelakuan trass secara tunggal dan kombinasi trass dengan dolomit tidak berpengaruh nyata. Tabel 12 menunjukkan hasil uji Duncan pengaruh trass dan dolomit terhadap kadar Mg dapat ditukar dalam tanah. Tabel 12. Pengaruh Trass dan Dolomit Terhadap Kadar Mg dapar ditukar dalam Tanah Perlakuan D1 D2 D3 Rata-Rata …….…………..me100g……………… T0 2.02 6.36 18.25 8.87 T1 2.00 4.59 12.52 7.04 T2 1.32 2.97 15.52 6.60 T3 2.36 2.92 14.43 6.57 Rata-Rata 1.92 a

4.21 a 15.68 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 uji Duncan DMRT Meningkatnya dosis dolomit sejalan dengan meningkatnya kadar Mg dapat ditukar dalam tanah. Peningkatan kadar Mg dapat ditukar pada dosis dolomit D1 dan D2 tidak berbeda nyata. Peningkatan dosis perlakuan selanjutnya O CO Si O OH 23 meningkatkan Mg dapat ditukar pada D3 sebesar 11.47 me100g dari 4.21 me100g pada D2. Soepardi 1983 menyatakan bahwa jumlah kation yang dapat ditukar dalam tanah bergantung pada beberepa faktor seperti pH, dan sifat koloid tanah. Gambut memiliki koloidal organik yang dikenal dengan humus. Dalam suasana masam ion hidrogen terikat kuat sekali oleh koloid organik dalam tanah gambut. Dengan demikian koloid tersebut memiliki muatan negatif yang rendah. Penambahan Dolomit dapat meningkatkan muatan negatif tanah dan meningkatkan pH tanah, mula-mula ion H + dari gugus karboksil berionisasi dan kemudian diikuti ion H + dari gugus fenol dan digantikan oleh ion Mg 2+ dan kation-kation lain. Ion Mg 2+ dari Dolomit menggantikan ion H + dalam kompleks jerapan sehingga jumlah kation Mg dapat ditukar semakin meningkat. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan