4 Berdasarkan tingkat ketebalannya, tanah gambut dibedakan atas gambut
dangkal 50-100 cm, gambut sedang 100-200 cm gambut dalam 200-300 cm, dan gambut sangat dalam 300 cm. Proses dan lokasi pembentukan gambut juga
mempengaruhi kualitas tanah gambut. Berdasarkan kriteria tersebut gambut terbagi menjadi gambut pantai yakni gambut yang terbentuk dekat pantai laut
dan mendapat pengayaan mineral dari air laut, gambut pedalaman yaitu gambut yang terbentuk di daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi
hanya oleh air hujan, serta gambut transisi adalah gambut yang terbentuk di antara kedua wilayah tersebut, yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh air pasang
laut.
2.1.3 Kesuburan Tanah Gambut
Secara alamiah tanah gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam organik
yang sebagian bersifat racun bagi tumbuhan. Namun demikian, asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut
untuk menahan unsur hara Agus dan Subiksa 2008.
Kesuburan alami tanah gambut sangat beragam tergantung pada ketebalan lapisan gambut, tingkat dekomposisi, komposisi tanaman penyusun gambut, serta
tanah mineral yang berada di bawah lapisan tanah gambut. Kesuburan tanah gambut diklasifikasikan pada tingkat oligotropik yaitu tingkat kesuburan rendah,
mesotropik yaitu tingkat kesuburan sedang, dan eutropik yaitu tingkat kesuburan tinggi. Di bawah ini dijelaskan karakteristik dari masing-masing tingkat
kesuburan tanah.
Tabel 1. Kriteria Tingkat Kesuburan Tanah Gambut
Tingkat Kesuburan Kandungan Hara bobot kering
N K
2
O P
2
O
5
CaO Abu
Eutropik 2.50
0.10 0.25
4.00 10.00
Mesotropik 2.00
0.10 0.20
1.00 5.00
Oligotropik 0.80
0.03 0.05
0.25 2.00
Sumber: Fleischer dalam Driessen dan Soepraptohardjo 1974
Gambut di Indonesia umumnya dikategorikan pada tingkat kesuburan oligotropik, yaitu gambut dengan tingkat kesuburan yang rendah. Kesuburan
gambut oligotropik tersebut dijumpai pada gambut ombrogen, yaitu gambut pedalaman dengan ketebalan gambut yang tebal dan miskin unsur hara Barchia
2006.
Secara umum pH tanah gambut Indonesia berkisar dari 3-5 dan menurun dengan meningkatnya ketebalan. pH tanah gambut pantai cenderung lebih tinggi
dibandingkan pH tanah gambut pedalaman. 2.1.4 Potensi Lahan Gambut untuk Pertanian
Dilihat dari sifat fisik dan kimianya, lahan gambut berpotensi untuk kegiatan pertanian. Secara fisik, tanah gambut memiliki kadar air 100-1.300
5 sehingga mampu menyangga air lebih banyak. Sementara itu, secara kimia tanah
gambut memiliki tingkat kemasaman yang tinggi dengan kisaran pH 3-5, kandungan unsur mikro dan basa-basa rendah, namun KTK tinggi. Lahan gambut
yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan disarankan pada gambut tipis dengan ketebalan kurang dari 100 cm dengan pertimbangan gambut tipis memiliki
tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki resiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut tebal Agus dan Subiksa 2008.
Tanah gambut dengan ketebalan 1.4 - 2 meter tergolong sesuai marjinal kelas kesesuaian S3 untuk berbagai jenis tanaman pangan. Faktor pembatas
utama adalah kondisi media perakaran dan unsur hara yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Tanaman pangan yang mampu beradaptasi antara lain
padi, jagung, kedelai, ubikayu, kacang panjang dan berbagai jenis sayuran lainnya Agus dan Subiksa 2008.
2.1.5 Kedala Utama Pemanfaatan Lahan Gambut