Biasanya digunakan bahan pengawet copper sulfate blue vitriol, karena mempunyai keuntungan dibandingkan bahan-bahan pengawet larut air yang tidak
berwarna, dimana mudah dilihat apakah proses sudah cukup apa belum Hunt Garrat 1986.
2.6 Bahan Pengawet
Bahan pengawet
adalah bahan
kimia yang
bila dimasukkan
diimpregnasikan ke dalam kayu akan menyebabkan kayu menjadi tahan terhadap serangan faktor-faktor perusak kayu golongan biologis Syarif 2010.
Menurut Tsoumis 1991, bahan pengawet dibagi dalam tiga golongan yaitu: a bahan pengawet berupa minyak, b bahan pengawet larut minyak, dan
c bahan pengawet larut air.
2.6.1 Bahan pengawet berupa minyak kreosot
Kreosot dihasilkan dari destilasi batubara dan bahan ini mengandung berbagai macam senyawa yang beberapa diantaranya sangat efektif terhadap
faktor-faktor perusak kayu. Bahan pengawet ini telah digunakan lebih dari 100 tahun dan memberikan hasil yang baik. Kreosot mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan antara lain sangat beracun terhadap cendawan, serangga dan marine borer, permanen, juga didalam air asin, dapat digunakan dalam berbagai
metode pengawetan, tidak bersifat korosif terhadap metal, penetrasi mudah dikontrol, dan harganya murah. Disamping sifat-sifat yang menguntungkan,
kreosot juga mempunyai kekurangan-kekurangan seperti baunya tidak enak, mempunyai tendensi meleleh terutama bila disingkapkan terhadap sinar matahari,
kayu menjadi tidak dapat dicat, merangsang kulit dan komposisi kimianya sangat bervariasi.
2.6.2 Bahan pengawet larut minyak
Banyak yang bersifat sangat beracun terhadap organisme perusak kayu, akan tetapi umumnya sangat mahal serta tidak baik digunakan secara tunggal.
Beberapa bahan pengawet ini sangat mudah menguap volatile sehingga tidak tahan lama di dalam kayu. Selain itu karena bersifat korosif terhadap metal, tidak
stabil pada penyingkapan di udara terbuka, resistensinya rendah terhadap pelunturan, berbahaya terhadap manusia dan binatang, bau yang keras dan lain
sebagainya. Dari berbagai macam bahan pengawet golongan ini baru 3 macam yang nyata-nyata efektif berdasarkan American Wood Preservers Association
AWPA Standard dalam Hunt dan Garrat 1986 yaitu pentachlorophenol PCP, coppernaphthenate, dan copper-8-guinalinolate. Sayangnya meskipun PCP
mempunyai sifat-sifat yang lebih baik, penggunaan PCP sudah sejak lama dilarang karena sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
2.6.3 Bahan pengawet larut air
Sifat-sifat yang menguntungkan dari bahan pengawet kelompok ini antara lain: a dapat diangkut dalam bentuk padat atau dalam konsentrasi tertentu ke
tempat penggunaan, sedangkan bahan-bahan pelarutnya air harganya murah, b formulasinya mudah diatur agar bersifat racun terhadap cendawan atau serangga,
c kayunya tetap bersih dan dapat dicat, d umumnya tidak berbau, dan e tidak meninggikan sifat bakar kayu dan dapat dikombinasikan dengan bahan
penghambat api fire retardant. Keburukan dari bahan pengawet ini adalah bahan ini membasahkan kembali
kayu sehingga menimbulkan perubahan dimensi kayu. Karena itu diperlukan pengeringan kembali setelah kayu diawetkan. Kelemahan lain bahan pengawet
larut air adalah pada umumnya mudah tercuci atau mudah luntur. Berdasarkan penjelasan di atas, maka bahan pengawet yang baik haruslah
memiliki sifat-sifat, diantaranya adalah: a.
Bersifat racun terhadap organisme perusak kayu walaupun dalam konsentrasi yang sangat rendah.
b. Permanen.
c. Mudah diimpregnasikan daya penetrasi tinggi serta mudah dikontrol.
d. Aman didalam pengangkutan dan penggunaan.
e. Tidak bersifat korosif
f. Tersedia dalam jumlah yang banyak.
Bahan pengawet Diffusol CB adalah bahan pengawet kayu larut air yang berbentuk garam yang terdiri dari asam borat, boraks, tembaga dan khromium
dengan formulasi CuSO
4
32,4, H
3
BO
3
21,6, dan Na
2
Cr
2
O
7
36,0. Bahan berbentuk pasta berwarna coklat gelap serta berbau. Menurut Hunt dan Garrat
1986, Diffusol CB merupakan salah satu bahan pengawet yang larut air.
Senyawa bor merupakan salah satu bahan yang dapat dipakai untuk mempertinggi daya tahan kayu terhadap api. Selain itu senyawa bor juga dapat
pula mempertinggi daya tahan kayu terhadap jamur. Beberapa sifat persenyawaan bor Supriana 1978 adalah:
1. Beracun terhadap jamur dan serangga perusak kayu, tetapi tidak berbahaya
bagi manusia maupun ternak. 2.
Dapat digunakan baik dengan proses tekanan maupun dengan proses difusi. 3.
Tidak korosif terhadap logam, tidak berbau dan tidak merubah warna kayu sehingga dapat digunakan untuk mengawetkan alat rumah tangga yang
terbuat dari kayu. 4.
Kayu yang diawetkan dengan persenyawaan bor dapat dicat, diplitur atau direkat dengan baik.
Senyawa tembaga yang digunakan sebagai bahan pengawet kayu larut air pada umumnya dalam bentuk sulfat, biasanya pentahidrat CuSO
4
.5H
2
O, hidroksida CuOH
2
, oksida CuO, dan dalam basa-basa karbonat terutama Cu
2
OH
2
CO
3
. CuOH
2
CO
3
biasanya berbentuk bubuk yang berwarna hijau dengan kandungan tembaga ± 55. Diperoleh dengan menambahkan larutan
tembaga sulfat kepada larutan natrium karbonat. Tembaga sulfat adalah senyawa tembaga yang paling penting dan merupakan sumber utama untuk kebanyakan
senyawa tembaga lainnya Hatford 1973 dalam Mulyadi 2011. Tembaga sulfat merupakan anti hama yang baik dan sangat baik untuk
melawan jamur. Kelemahan utama tembaga sulfat adalah adanya korosif yang tinggi terhadap besi. Kelemahan lainnya adalah daya larutnya yang tinggi dalam
air sehingga mudah tercuci kembali. Tembaga sulfat sangat cocok untuk mencegah serangan rayap apabila kayu yang diawetkan bebas dari pengaruh
pelunturan. Senyawa khrom digunakan di dalam bahan pengawet kayu dalam bentuk
dikromat natrium Na
2
Cr
2
O
7
.2H
2
O, potasium dichromat K
2
Cr
2
O
7
, sodium khromat Na
2
CrO
4
dan asam kromat HCrO
3
. Dikhromat natrium berwarna merah jingga, berbentuk garam kristal, sangat mudah larut dalam air, yaitu sekitar
69-70 Hartford 1973 dalam Mulyadi 2011. Potasium dikhromat lebih mahal daripada garam natrium tetapi karena sifat kurang higroskopik, maka ia banyak
digunakan sebagai campuran bahan pengawet. Senyawa khrom digunakan secara luas sebagai campuran tambahan bahan pengawet kayu larut air. Senyawa khrom
tersebut dicampurkan dalam bentuk dikhromat, khromat, asam khromat, atau trioksida khromium. Perkembangan selanjutnya digunakan khrom asetat sebagai
campuran celcure. Selanjutnya dikatakan bahwa garam khrom yang paling efektif adalah yang mengandung trioksida khromium yang tinggi. Akan tetapi karena
harganya mahal dan juga daya larutnya rendah maka jarang digunakan.
2.7 Sifat Mekanis Kayu