Kekerasan hardness Keteguhan pukul dan keuletan toughness Keteguhan belah cleavage resistance

2.7.2 Keteguhan tekan compressive strength

Menurut Tsoumis 1991 keteguhan tekan ialah kemampuan kayu untuk menahan beban atau tekanan yang berusaha memperkecil ukurannya. Kekuatan tekan longitudinal sejajar serat lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tekan tegak lurus serat sampai 15 kali. Besarnya keteguhan ini sama dengan besarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang dimana beban tersebut bekerja.

2.7.3 Keteguhan tarik tensile strength

Menurut Tsoumis 1991 kekuatan tarik kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang berusaha menarik atau memanjangkan ukurannya. Kekuatan tarik longitudinal sejajar serat jauh lebih tinggi dari kekuatan tarik transversal sampai 50 kali lipat. Keteguhan tarik dipengaruhi oleh ukuran atau dimensi kayu, kekuatan serat-serat dan susunan serat kayu. Keteguhan tarik sangat penting diketahui untuk suku bawah busur pada penopang kayu dan dalam rancangan sambungan antara rangka kuda-kuda bangunan Heygreen Bowyer 1982.

2.7.4 Keteguhan geser shearing strength

Menurut Tsoumis 1991 kekuatan geser ialah kekuatan kayu untuk menahan beban yang berusaha menggeser atau bagian dengan bagian lainnya pada sepotong kayu. Dimana pergeseran dapat terjadi pada arah longitudinal searah serat dan transversal tegak lurus serat. Terdapat tiga macam bentuk geseran bila ditinjau dari arah geseran terhadap serat kayu: 1 geser sejajar serat, 2 geser tegak lurus serat, 3 geser miring serat. Tetapi yang lazim diperhitungkan adalah keteguhan geser sejajar serat karena dalam penggunaan sehari-hari kerusakan kayu akibat geseran kebanyakan berupa geseran sejajar serat. Keteguhan geser ini dipengaruhi oleh kekuatan ikatan antar serat sel kayu.

2.7.5 Kekerasan hardness

Menurut Tsoumis 1991 kekerasan adalah ukuran ketahanan kayu terhadap benda luar yang berusaha masuk ke dalam massanya. Kekerasan lebih tinggi sampai 2 kali lipat pada bidang longitudinal dibanding sisi yang lain, tetapi perbedaan antara bidang radial dan tangensial tidak jauh berbeda. Kekerasan berhubungan dengan kekuatan kayu terhadap pengikisan dan goresan dengan berbagai bahan, serta mudah tidaknya dikerjakan dengan alat dan mesin. Sifat kekerasan ini penting untuk berbagai penggunaan seperti lantai, furniture, alat olahraga, pensil, dan lain-lain.

2.7.6 Keteguhan pukul dan keuletan toughness

Keteguhan pukul adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan pukulan sampai kayu mengalami kerusakan, sedangkan menurut Tsoumis 1991 keuletan berhubungan dengan kekuatan kayu terhadap beban statis atau beban yang diaplikasikan secara perlahan-lahan. Energi yang diserap oleh kayu lebih tinggi pada beban tiba-tiba dibandingkan dengan beban statis.

2.7.7 Keteguhan belah cleavage resistance

Tsoumis 1991 keteguhan belah ialah ketahanan kayu terhadap beban yang berusaha memisahkan antara bagian kayu yang satu dengan bagian lainnya. Kayu memiliki kekuatan belah yang rendah pada arah longitudinal sehingga menguntungkan untuk penggunaan tertentu seperti untuk kayu bakar. Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari arah radial daripada`arah tangensial.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2012-Juli 2012. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Tekhnologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium Rekaya Desain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian teras 3 jenis kayu dari hutan rakyat, yaitu kayu nangka, kayu rambutan, kayu kecapi. Dalam penelitian ini dilakukan uji penetrasi, retensi dan uji mekanis pada ketiga jenis kayu terhadap pengaruh waktu perebusan pada metode rendaman panas dingin dan perbedaan suhunya. Adapun bahan pengawet yang digunakan adalah bahan pengawet jenis CCB Copper-Chromium-Boron dengan merk dagang Diffusol- CB dengan konsentrasi 5. Pereaksi boron 1 2 gram ekstrak curcuma, dan 100 ml alkohol, pereaksi boron 2 80 ml alkohol, dan 20 ml HCl yang dijenuhkan dengan asam salisilat, pereaksi tembaga 1 1 bagian ammonia pekat, dan 6 bagian air suling, dan pereaksi tembaga 2 5 gram asam rubianat, 900 ml alkohol dan 100 ml aseton. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, a peralatan pengawetan kayu yaitu bejana, gelas ukur, kompor, termometer, kaliper b peralatan untuk pengujian retensi dan penetrasi yaitu timbangan analitik, sprayer, kuas, sarung tangan, masker, cutter, koran bekas, kertas amplas dan alat tulis. c peralatan pengujian mekanis menggunakan mesin UTM Universal Testing Machine merk Instron.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa prosedur yaitu persiapan bahan baku, pengujian keterawetan kayu, uji penetrasi, retensi dan uji mekanis terhadap bahan pengawet Difussol-CB.