3.3.1 Persiapan bahan baku
Untuk uji keterawetan terhadap bahan pengawet yaitu kayu nangka, kayu rambutan, kayu kecapi yang digunakan berupa balok berukuran 5 cm x 5 cm x 30
cm Gambar 1. Jumlah seluruh contoh uji yang digunakan adalah sebanyak 5 ulangan x 3 jenis kayu x [2 x 2 perbedaan waktu+1] x 2 suhu = 150 buah contoh
uji. Uji keterawetan terhadap bahan pengawet Difussol-CB ini digunakan kayu bagian teras pada ketiga kayu contoh uji.
a b c
Gambar 1 Kayu rambutan a kayu nangka b dan kayu kecapi c yang digunakan dalam penelitian.
3.3.2 Pengujian keterawetan kayu
3.3.2.1 Metode pengawetan kayu
Bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari golongan CCB Copper-Chromium-Boron dengan merk dagang Diffusol-CB. Adapun
formulasi Diffusol-CB dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Formulasi Difussol-CB
No Chemical Name
CAS No. Nominal Proportion
1 Sodium Dichromate
10588-01-9 36.0
2 Copper Sulphate
7758-99-8 39.0
3 Boric Acid
10043-35-3 25.0
Sumber: Material Safety Data Sheet Diffusol CB 2004.
Sebelumnya dilakukan proses pengawetan, kayu terlebih dahulu dilakukan perlakukan pengeringan sehingga mencapai kadar air sekitar 15. Pada metode
rendaman panas dingin, contoh uji kayu direndam dalam bejana yang telah diisi larutan Diffusol-CB dengan konsentrasi 5 lalu dipanaskan pada suhu 75 °C dan
50 °C. Perendaman contoh uji dalam bahan pengawet dilakukan selama 24 jam
dan 48 jam, dengan waktu perendaman panas selama 4 jam dan 8 jam. Kemudian api dimatikan dan rendaman dingin berlangsung selama 20 dan 16 jam untuk
waktu perendaman total 24 jam, sedangkan 44 dan 40 jam untuk waktu perendaman total 48 jam. Pada waktu merendam diusahakan seluruh contoh uji
tenggelam. Contoh uji yang telah diawetkan selanjutnya diangin-anginkan pada suhu kamar sampai menjadi kering udara kembali.
3.3.2.2 Penentuan retensi bahan pengawet
Untuk menghitung besarnya retensi hasil pengawetan, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Contoh uji yang telah diawetkan diangkat dari bak pengawetan.
b. Contoh-contoh uji diangin-anginkan sampai tidak ada tetesan larutan bahan
pengawet. c.
Contoh uji segera ditimbang beratnya. d.
Nilai retensi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan:
R
= Retensi bahan pengawet kgm³ A
= Absorbsi kg V
= Volume contoh uji kayu m³ K
= Konsentrasi larutan bahan pengawet yang digunakan
3.3.2.3 Penentuan penetrasi bahan pengawet
Pengukuran penetrasi dilakukan pada contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 30 cm Gambar 2. Contoh uji dipotong masing-masing menjadi 2 bagian lalu
dilakukan uji penetrasi boron dan tembaga. Berikut ini adalah cara pemotongan contoh uji untuk pengujian penetrasi setelah contoh uji diawetkan dengan metode
rendaman panas dingin. 30 cm
15 cm 15 cm
Gambar 2 Pengambilan contoh uji untuk uji penetrasi.
Pada uji penetrasi boron, permukaan bidang potong disemprot dengan larutan yang terdiri dari 2 gram ekstrak curcuma dalam 100 ml alkohol. Setelah
permukaan bidang dipotong itu mengering, dilanjutkan dengan penyemprotan dengan larutan yang terdiri dari 80 ml alkohol dan 20 ml HCl yang dijenuhkan
dengan asam salisilat. Adanya boron ditunjukan oleh timbulnya warna merah jambu.
Sedangkan pada uji penetrasi tembaga, permukaan bidang potong mula- mula disemprot dengan larutan yang terdiri dari 1 bagian ammonia pekat dan 6
bagian air suling. Setelah mengering, permukaan bidang potong ini disemprot dengan larutan yang terdiri dari 5 gram asam rubianat, 900 ml alkohol dan 100 ml
aseton. Setelah kering maka bagian yang ditembus tembaga menjadi biru gelap. Dengan terbentuknya warna yang menandakan terdapatnya unsur boron dan
tembaga, maka warna tersebut langsung ditandai dan digambar pada plastik transparan. Tanda batas yang telah dipindahkan selanjutnya diukur kedalamannya.
Berikut ini adalah gambar penampang contoh uji yang telah dipotong menjadi 2 bagian dan telah disemprotkan larutan pereaksi boron atau tembaga.
X4 a
b X1
X3
X2
Gambar 3 Penampang contoh uji yang telah diberikan larutan pereaksi. Keterangan:
a =
Bagian yang ditembus bahan pengawet b
= Bagian yang tidak ditembus bahan pengawet
X1 = Penetrasi pada sisi 1 mm
X2 = Penetrasi pada sisi 2 mm
X3 = Penetrasi pada sisi 3 mm X4 =
Penetrasi pada sisi 4 mm Z
= Penetrasi rata-rata mm
Pada keempat sisi diukur penembusan bahan pengawet lalu nilai penetrasi Z dihitung dengan menggunakan rumus:
3.4 Pengujian Sifat Mekanis