memerlukan lebih banyak alat dan bahan pengawet yang lebih banyak, dan tidak cocok untuk mengawetkan kayu yang jumlahnya sedikit, terutama bila dilakukan
di tempat langsung. Tetapi dibandingkan dengan metode pelaburan, metode ini memiliki nilai penetrasi yang lebih baik. Meskipun dalam penggunaannya, tingkat
perlindungan yang ingin dicapai tidak jauh berbeda dengan pelaburan, karena penetrasinya dangkal dan retensinya rendah Hunt Garrat 1986.
2.5.3 Rendaman
Dalam cara ini kayu-kayu direndam di dalam tanki-tanki yang berisi bahan pengawet larut air selama beberapa hari atau beberapa minggu. Umumnya lama
perendaman maksimum 2 minggu. Retensi yang cepat terjadi dalam 2-3 hari pertama, setelah itu retensi berjalan sangat lambat. Karena retensi yang rendah
maka konsentrasi bahan pengawet harus lebih tinggi dibanding untuk proses tekanan. Salah satu cara rendaman yang mendapat paten di Inggris pada tahun
1832 disebut Kyanizing. Disini kayu direndam selama 7-10 hari dalam larutan mercuric chloride sublimat 0,67. Kyanizing ini mengalami modifikasi dan
cara baru ini disebut improved Kyanizing dimana bahan pengawet yang digunakan adalah campuran mercuric chloride 0,67 dengan NaCl 1. Dalam kedua cara
ini, digunakan peralatan-peralatan yang tahan karat. Saat ini senyawa merkuri sudah tidak digunakan lagi mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkannya
Hunt Garrat 1986.
2.5.4 Rendaman dingin
Metode ini banyak digunakan menggunakan larutan minyak, umumnya digunakan bahan pengawet pentachlorophenol. Lebih dari separuh retensi terjadi
pada hari pertama 24 jam pertama, tetapi absorpsi akan berlangsung terus dengan lebih lambat selama beberapa hari. Penetrasi pada kayu-kayu yang tidak
mengalami pengeringan lebih dulu biasanya sangat dangkal. Juga cara ini kurang baik hasilnya bila dilakukan terhadap jenis-jenis kayu daun lebar karena retensi
dan penetrasinya dangkal Hunt Garrat 1986.
2.5.5 Rendaman panas-dingin
Cara ini mendapat paten dalam tahun 1867 atas nama C.A. Seely dan dikenal juga dengan nama open tank treatment atau thermal process. Disini kayu-
kayu yang telah dikeringkan direndam di dalam bahan pengawet panas, kemudian dipindahkan ke dalam bahan pengawet dingin Hunt Garrat 1986.
Berdasarkan Nandika et al. 1996, untuk melaksanakan proses rendaman panas dan rendaman dingin ada beberapa cara yaitu:
1. Memindahkan kayu-kayu yang telah direndam dalam bahan pengawet yang
dipanaskan ke tanki lain dimana bahan pengawet relatif dingin. 2.
Dengan mengeluarkan bahan pengawet panas dan segera diganti dengan bahan pengawet dingin.
3. Dengan menghentikan pemanasan dan membiarkan kayu serta bahan pengawet
tadi menjadi dingin bersama-sama. Untuk cara 1 dan 2, pemindahan harus dilakukan secara cepat supaya tidak
dingin oleh udara. Dalam metode pengawetan ini sebaiknya digunakan bahan pengawet larut minyak, karena suhu sangat berpengaruh terhadap absorbsi dan
penetrasi. Berdasarkan SNI 03-5010.1-1999, persyaratan retensi dan penetrasi bahan pengawet disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Persyaratan retensi dan penetrasi bahan pengawet
Jenis BentukFormulasi
Retensi Kgm3 Penetrasi
mm Di bawah atap
Di luar atap CCB1
Bahan aktif garam Formulasi
8,0 8,4
11,0 11,6
5 5
CCB2 Bahan aktif garam
Formulasi 8,0
8,2 11,0
11,3 5
5 CCB3
Bahan aktif garam Formulasi
8,0 8,0
11,0 11,0
5 5
CCB4 Bahan aktif garam
Formulasi 8,0
8,0 11,0
12,2 5
5 CCF
Bahan aktif garam Formulasi
6,0 6,0
8,6 8,6
5 5
Sumber: SNI 03-5010.1-1999
2.5.6 Metode pengawetan dengan tekanan