3.5 Analisis Data
Analisis data untuk pengujian keterawetan kayu pada penelitian ini adalah analisis faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap RAL dua faktor yakni jenis
kayu kecapi, rambutan, nangka dan metode pengawetan. Setiap perlakuan terdiri dari tiga kali ulangan. Model persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Y
ijk
= μ + A
i
+ B
j
+ AB
ij
+ C
ij
Keterangan: Y
ijk
= Respon percobaan pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
μ = Rata-rata umum
A
i
= Pengaruh perlakuan ke-i B
j
= Pengaruh perlakuan ke-j AB
ij
= Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan kombinasi perlakuan ke-I dan perlakuan ke-j
C
ij
= Galat percobaan Data yang diperoleh diolah dengan program MS Excel dan SAS 9.1. Untuk
mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan yang digunakan, maka dilakukan analisis keragaman ANOVA. Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap
respon dalam analisis ragam kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji DMRT Duncan Multiple Range Test.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keterawetan Kayu
4.1.1 Retensi Bahan Pengawet
Keberhasilan pengawetan kayu ditentukan oleh tinggi rendahnya retensi bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu. Rata-rata nilai retensi bahan
pengawet pada berbagai perlakuan pengawetan pada kayu kecapi, kayu rambutan, dan kayu nangka disajikan pada Gambar 5, sedangkan rekapitulasi hasil
pengukuran disajikan pada Lampiran 1. Tabel 5 memuat hasil analisis sidik ragamnya.
Kayu rambutan memiliki nilai retensi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kayu kecapi maupun kayu nangka hampir di semua perlakuan
pengawetan, sehingga dapat dikatakan kayu rambutan memiliki sifat keterawetan yang lebih baik. Hasil analisis ragam menunjukkan jenis kayu berpengaruh sangat
nyata terhadap retensi bahan pengawet. Jenis kayu berpengaruh terhadap keterawetan kayu karena setiap jenis kayu mempunyai struktur anatomi yang
beragam. Struktur anatomi penyusun kayu daun lebar yang mempengaruhi retensi bahan pengawet adalah sel pembuluh, sel serabut, sel parenkim, sel trakeida, dan
sel ephitel Pandit Kurniawan 2008. Pengawetan rendaman panas-dingin dengan lama perendaman 24 dan 48
jam menghasilkan retensi bahan pengawet yang lebih tinggi dibandingkan dengan rendaman dingin pada ketiga jenis kayu. Hal tersebut diduga perendaman panas
mempengaruhi retensi masuknya bahan pengawet. Menurut Nandika et al. 1996, tujuan pemanasan pada metode rendaman panas-dingin berfungsi untuk
mengeluarkan udara dan uap air dari rongga sel kayu. Sedangkan pendinginan menyebabkan seolah-olah terjadi vakum dalam rongga sel kayu yang dengan
sendirinya menarik larutan bahan pengawet masuk. Untuk mengatasi kevakuman ini, tekanan udara cenderung menghisap bahan pengawet masuk ke dalam kayu.