BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu dari Hutan Rakyat
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0,25 ha, dengan penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan
lebih dari 50, dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang Dephutbun 1999. Djajapertjunda 2003 dalam Rachman et al. 2006
mengemukakan bahwa luas hutan rakyat sampai dengan tahun 2003 mencapai 1.265.000 ha yang tersebar di 24 provinsi, sedangkan di Pulau Jawa mencapai
500.000 ha. Untuk Jawa Barat perkembangan luas dan produksi hutan rakyat terus meningkat setiap tahunnya. Data terakhir dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Barat 2007 dalam Rachman et al. 2006 diperoleh angka luasan sebesar 185.547,63 ha dengan produksi kayu sebesar 1.336.006,30 m
3
, dengan jenis kayu utama sengon, mahoni, jati, afrika dan kayu buah-buahan. Kayu rambutan, nangka
dan kecapi merupakan salah satu jenis kayu buah-buahan yang termasuk di dalamnya.
2.1.1 Kayu Rambutan Nephelium lappaceum L.
Rambutan Nephelium lappaceum L. merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindaceae. Tanaman buah tropis ini
dalam bahasa inggrisnya disebut hairy fruit berasal dari Indonesia Deptan 2000. Tanaman rambutan di Indonesia tumbuh menyebar dari dataran rendah sampai
ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Tetapi hasil yang baik akan diperoleh pada lahan-lahan yang lebih rendah yakni antara 0-250 meter. Penyebaran tumbuh
tanaman di beberapa wilayah tumbuh Indonesia bagian barat dan merata ke hampir semua pulau besar di Indonesia. Taksonomi untuk rambutan adalah
sebagai berikut Anonim 2011 : Kerajaan
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Ordo
: Sapindales Famili
: Sapindaceae
Genus : Nephelium
Species : Nephelium lappaceum L.
Kayu rambutan termasuk ke dalam kayu hardwood. Kayu dalam kelompok ini mengandung sejumlah tipe sel dan terspesialisasi untuk fungsi yang berbeda,
antara lain sel-sel libriform mempunyai dinding yang tebal dengan rongga-rongga kecil mengandung beberapa noktah sederhana. Kayu rambutan mempunyai berat
jenis 0,8-0,91 kelas kuat I-II dan kelas awet III Seng 1990. Kayu pohon rambutan cukup keras dan kering, tetapi mudah retak sehingga kurang baik untuk
bahan bangunan. Namun, kayu rambutan bagus sekali untuk kayu bakar dan arang Anonim 2005.
2.1.2 Kayu Nangka Arthocarpus heterophyllus
Nangka memiliki nama botani A. heterophyllus Lamk. Menurut Verheij dan coronel 1992 dalam Nurmawan 2011, Nangka memiliki nama lain seperti
Jackfruit Inggris, Jacquier Prancis, Nongko Jawa, Langka Filipina, Khanun Thailand. Nama daerah untuk Nangka pun bermacam-macam seperti nangko
atau nangka Jawa, anaane Ambon, panaih Aceh, lumasa dana malasa Lampung, dan nama lainnya. Verheij dan coronel 1992 dalam Nurmawan
2011, mengklasifikasikan Nangka sebagai berikut: Kerajaan
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Ordo
: Rosales Famili
: Moraceae Genus
: Artocarpus Species
: Artocarpus heterophyllus Menurut Burgess 1989 dalam Nurmawan 2011, kayu nangka memiliki
struktur anatomi antara lain porinya tersebar secara tata baur, 30-80 berpori soliter dan sisanya bergabung secara radial. Porinya berbentuk bulat sampai oval
dengan jumlah pori sekitar 7-8 per mm
2
. Jari-jari berukuran sedang sampai cukup lebar 50-150 mikron dan jumlahnya antara 4-6 per mm
2
, heteroseluler, tidak ada silika.
Menurut Isrianto 2007 dalam Nurmawan 2011, kayu nangka memiliki berat jenis maksimum 0,71 dan berat jenis minimum adalah 0,55 dengan berat
jenis rata-rata 0,61 sehingga masuk ke dalam kelas kuat II. Kayu yang masuk dalam kelas kuat II-III baik digunakan untuk tujuan struktural. Kayu nangka dapat
digunakan untuk pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, dayung, perkakas, dan alat musik. Di jawa banyak digunakan sebagai tiang
bangunan, kentongan, dan lesung.
2.1.3 Kayu Kecapi Sandoricum koetjape