29 =
潬
untuk  pemegang  saham  Kodrat  dan  indonanjaya,  2010  : 240.
Untuk  mendapatkan  rasio  ini  dengan cara
membandingkan  laba  setelah  pajak  dengan  total  modal sendiri.
9. Kebijakan Dividen
Dividen  merupakan  pembagian  sisa  hasil  laba  bersih  perusahaan yang  didistribusikan  kepada
pemegang  saham  Darmadji  dan Fakhrudin,  2001 : 9.  Dividen  adalah  bagian  dari  keuntungan  yang
dibagikan  kepada  pemegang  saham  yang  dapat  berupa  dividen  tunai maupun dividen saham Gumanti, 2013 : 226.
Pengelompokkan  dividen  dengan  variasi  sudut  pandang  yang berbeda. Darmadji  dan  Fakhrudin 2001 : 129,  dividen  dari  alat
pembayarannya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1 Dividen  tunai  cash  dividend,  merupakan  dividen  yang
dibagikan  dalam  bentuk  uang  tunai.  Tujuan  dari  pemberian dividen  dalam  bentuk  tunai  adalah  untuk  memacu  kinerja
saham di bursa efek,  yang juga merupakan return kepada para pemegang  saham.  Untuk  membayarkan  dividen  dalam  bentuk
tunai diperlukan likuiditas. 2 Dividen  saham  stock  dividend,  merupakan  dividen  yang
diberikan  dalam  bentuk  saham,  dengan  dibagikannya  dividen
30
dalam  bentuk  saham  maka  akan  meningkatkan  likuiditas perdagangan  di  bursa  efek.  Kemungkinan  perusahaan  ingin
menurunkan  nilai  sahamnya  dan  dengan cara  memperluas kepemilikan  dan  posisi  likuiditas  perusahaan  yang  tidak
memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai. 3 Sertifikat  dividen  script  dividend,  merupakan  dividen  yang
dibayarkan  dengan  sertifikat  atau  surat  prompes  yang dikeluarkan  oleh  perusahaan  yang  menyatakan  bahwa  suatu
waktu  sertifikat  itu  dapat  ditukarkan  dalam  bentuk  uang.  Jadi kalau  perusahaan  ingin  membagikan  dividen  dalam  bentuk
tunai  akan  tetapi  sementara  itu  perusahaan  sedang  mengalami kesulitan  likuiditas,  maka  sebagai  gantinya  perusahaan
mengeluarkan sertifikat. Pembayaran  dividen  biasanya  dilakukan  dalam  beberapa  tahap
dalam  setahun. Di Amerika Serikat,  pembayaran  dividen  umumnya dilakukan  setiap  kuartal.
Di  negara-negara  lain  ada  yang melakukannya  dua  kali  setahun  dan  satu  tahun  sekali. Di  Indonesia,
praktik  pembayaran  dividen  ada  yang  dua  kali  dan  satu  kali.  Hal  lain yang membedakan praktik keputusan dividen adalah berkenaan dengan
siapa  yang  memutuskan  besar  kecilnya  dividen.  Berbeda  dengan kelaziman  Negara-negara  maju,  misalnya  Amerika  Serikat  dimana
besar kecilnya dividen ditentukan oleh dewan direktur atau manajemen perusahaan, di  Indonesia keputusan seberapa besar dividen  yang akan
31
dibagikan  kepada  pemegang  saham  berada  dalam  Rapat  Umum Pemegang  Saham  RUPS.  Artinya,  RUPS  memegang  peran  kunci
dalam  kebijakan  dividen  di  Indonesia,  sehingga  dalam  banyak  hal, keputusan  dividen  bukan  merupakan  keputusan  strategis  dari
manajemen perusahaan semata Gumanti, 2013 : 17. Pada awal perkembangannya, ada tiga teori yang bertentangan satu
sama lain berkenaan dengan kebijakan dividen. Ada yang berpendapat bahwa kenaikan dividen akan menaikkan nilai perusahaan. Pandangan
yang  lain  menyatakan  bahwa  dividen  yang  tinggi  memiliki  efek berlawanan  terhadap  nilai  perusahaan,  yang  berarti  menurunkan  nilai
perusahaan.  Pandangan  yang  ketiga  menyatakan  bahwa  dividen seharusnya  tidak  relevan  dan  semua  upaya  yang  ditunjukkan  untuk
mengubah  kebijakan  dividen  akan  sia-sia  karena  kebijakan  dividen tidak akan mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Ketiga pandangan
tersebut  melahirkan  teori  kebijakan  dividen,  yang  akan  dijelaskan sebagai berikut Gumantii, 2013 : 40:
1 Hipotesis  ketidakrelevanan  dividen  dividend  irrelevance proposition
Teori hipotesis kebijakan dividen dipopulerkan oleh Miller dan Modigliani 1961. Mereka memulai analisis kebijakan dividen
mereka  dengan  mengasumsikan  suatu  dunia  yang  bercirikan pasarnya  sempurna,  perilaku  pelaku  pasarnya  rasional,  dan
32
pasar dalam kondisi kepastian yang sempurna Gumanti, 2013 : 44.
Anggapan teori ini bahwa, dipasar yang sempurna dimana tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi atau tidak ada ketimpangan
informasi, kebijakan dividen suatu perusahaan seharusnya tidak memiliki efek terhadap nilai pasar perusahaan tersebut. Asumsi
penting  dalam  pendapat  tersebut  menyebutkan  bahwa kebijakan  investasi  perusahaan  tidak  memiliki  keterkaitan
dengan  kebijakan  dividennya.  Jadi,  argumentasi  “ketidak- relevanan”  hanya  berlaku  jika  keputusan  investasi  tidak
dipengaruhi oleh keinginan manajemen untuk mempertahankan atau  menaikkan  dividen.  Jika  perusahaan  memiliki  kebijakan
investasi,  maka  kebijakan  dividen  hanya  akan  mempengaruhi besar  kecilnya  pendanaan  dari  luar  disamping dana  dari  laba
ditahan  yang  diperlukan  untuk  mendanai  investasi  baru  dan membayar  dividen.  Satu-satunya  pembatas  dari  nilai  pasar
perusahaan  adalah  kebijakan  investasinya,  karena  kebijakan investasi  bertanggungjawab  terhadap  keuntungan  masa  depan
perusahaan Gumanti, 2013 : 48-49. 2 Teori burung ditangan bird in the hand theory
Gordon 1959 mendukung teori burung di tangan bird in the hand  theory  dan  mengemukakan  pendapat  bahwa  aliran
dividen di masa mendatang akan didiskonto pada tingkat  yang
33
lebih  redah  daripada  keuntungan  modal  harapan  Gumanti, 2013 : 52.
Menurut  teori  ini,  dividen  lebih  disukai  oleh  investor dibandingkan capital  gain karena  unsur  kepastiannya.  Secara
sekilas, teori ini lebih rasional dan mudah dipahami, khususnya terkait  dengan  bukti  bahwa  perusahaan  dengan  dividen  tinggi
akan  cenderung  memiliki  risiko  saham  yang  lebih  rendah Gumanti 2013 : 53.
3 Teori efek pajak Menurut  teoi  ini,  yang  dikenal  dengan  teori  preferensi  pajak
tax  preference  theory, semakin  tinggi  tingkat  pajak  yang dikenakan  pada  dividen  relatif  terhadap capital  gain dan
adanya  kemungkinan  untuk  menunda  pajak  pada capital  gain telah  membuat  sebagiian  akademisi  peneliti  menyimpulkan
bahwa  investor  mungkin  akan  berbalik  untuk  tidak mengharapkan dividen yang tinggi Gumanti, 2013 : 55.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau  menahannya  guna  diinvestasikan  kembali  di  dalam  perusahaan.
Kebijakan  dividen  yang  optimal  pada  suatu  perusahaan  adalah kebijakan  yang  menciptakan  keseimbangan  diantara  dividen  saat  ini
dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham.  Kebijakan  dividen  yang  ditentukan  perusahaan  dapat  diukur
dengan rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio DPR.
34 =
Dividend  Payout  Ratio DPR  diukur  dengan cara  membagi  besarnya dividen  per  lembar  saham  dengan  laba  bersih  per  lembar  saham
Gumanti, 2013:22.
10. Nilai Buku