pada tradisi lama yang baik, karena sesungguhnya Islam tidak memusuhi tradisi lokal melainkan tradisi tersebut dijadikan
sebagai sarana dakwah Islam. Keempat, Progresif, dengan perubahan terhadap praktik
keagamaan dimana ia berada. Islam berarti harus siap dan lapang dada menerima tradisi pemikiran orang lain kendatipun berasal
dari Barat. Kelima, Membebaskan, disini Islam sebagai suatu agama
yang dapat menjawab problematika kemanusiaan yang ada secara universal tanpa membedakan agama dan etnik. Dengan semangat
pembebasan tersebut, sebagai agama yang rahmatan lil a’lamin
Islam harus
siap melawan
penindasan, kemiskinan,
keterbelakangan anarki sosial, dan lain sebagainya.
D. Pemahaman agama
1. Pengertian pemahaman agama
Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau
menyatakan sesuatau dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah di terimanya.
30
30
Arif Sukadi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta: Mediatama Sarana Perkasa, 1946, cet ke-l, h. 109.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pemahaman adalah suatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.
31
Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman comprehension adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduka
estimate, menerangkan,
memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali dan memperkirakan.
32
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan diantara fakta-fakta
atau konsep. Agama sebagai sistem keyakinan dapat menjadi bagian inti
dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan
33
mendefinisiikan agama sebagai seperangkat
kepercayaan atau
aturan yang
pasti untuk
membimbing manusia dalam tindakannya terhaap Tuhan, orang lain, dan terhadap dirinya sendiri.
Defini tersebut memberikan pemahaman adanya hubungan manusia dengan tuhan dan juga hubungan antara manusia dengan
sesamanya yang secara umum meliputi berbagai aspek kehidupan. Fungsi paling mendasar dan universal dari semua agama adalah
bahwa agama memberikan orientasi dan motivasi serta membantu
31
Amran Ys Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2002, Cet V, h. 427-428.
32
Suharsimi Arkunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi aksara, 2009, h. 118.
33
Mozer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam Penerjemah Machnun Husein, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1995, H. 21.
manusia mengenal sesuatu yang bersifat sakral. Lewat pengalaman beragama religious experience yakni penghayatan terhadap tuhan
atau agama yang diyakininya. Agama merupakan sistem yang mencakup cara bertingkah
laku dan berperasaan yang bercorak khusus dan merupakan sistem kepercayaan yang juga bercorak khusus. Agama berkeyakinan
bahwa ada sejenis dunia spiritual yang mengajukan tuntutan terhadap perilaku, cara berfikir, dan perasaan kita.
Agama dapat mempengaruhi sikap praktis manusia terhadap berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.
34
Ia dipandang sebagai jalan hidup yang dipegang dan di warisi secara turun
menurun oleh masyarakat manusia. Agar hidup mereka menjadi damai, tertib dan tidak kacau, yang menjadi unsur agama ialah:
1 Pengakuan bahwa adanya alam gaib yang menguasai dan
mempengaruhi kehidupan manusia. 2
Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan baik antara manusia dan kekuatan
gaib. 3
Sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib, seperti sikap takut, hormat, cinta, harap, pasrah dan lain-
lain.
34
Thomas E Odea, Sosiologi Agamasuatu Pengenalan Awal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, H. 21.
4 Tingkah laku tertentu yang dapat diamati seperti sholat,
doa, puasa, zakat, suka menolong, tidak korupsi dan lain sebagainya.
Unsur-unsur ini sejalan dengan pandangan Nur Cholis Madjid yang mengatakan bahwa orang yang beragama harus
memiliki tiga hal yang dikenal dengan trilogy ajaran ilahi yakni iman, Islam dan Ihsan. Islam Al Islam tidak absah tanpa Iman Al
Iman, dan Iman tidak sempurna tanpa Ihsan Al Ihsan. Sebaliknya, Ihsan akan mustahil tanpa iman dan Iman juga tidak
mungkin tanpa tanpa ada inisial Islam. Iman, Islam, Ihsan merupakan pilarpokok rukun dalam beragama dan dipahami
sebagai sebuah sistem ajaran demi tegaknya ajaran Islam.
35
Antara Iman, Islam dan Ihsan ketiganya tidak bisa dipisahkan oleh manusia di dunia ini, kalau diibaratkan hubungan
antara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dengan sisi lainnya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan
terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan anatara
Iman, Islam dan Ihsan.
36
35
Nur Cholis Madjid, Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Jakarta: Penerbit Yayasan Paramadina, 2005, hal. 23
36
Marhamah,H., Lc.,
MA., Kuliah
Ibadah dan
Syahadah,http:marhamahsaleh.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Mei 2016, pukul. 15.37 WIB