Kepastian-kepastian orang dan kelompok yang hidup menjadi tuntutan yang nyaris selalu hadir.Terdapat banyak alasan
mengapa orang
menhendaki kepastian-kepastian
dalam hidup.Ketidakpastian hidup kemudian diakhiri dengan „jalan
pintas’ kepastian beragama yang dikenal dengan jihad.Disinilah kaum muda sering kali menjadi sasaran kaum jihadis yang
memaknai jihad adalah perlawanan dengan kekerasan dan perang fisik.Kaum muda dapat tergiur karna alasan religious
commitment yang di kostruksika adalah sebagai pembela keadilan Tuhan dimuka bumi, dan yang membelanya adalah
pahlawan agama yang mendapat tempat mulia di sisi Tuhan.
24
C. Deradikalisasi
1. Pengertian Deradikalisasi
Deradikalisasi berasal dari bahasa inggris deradicalization dengan dasar kata radical, mendapat awalan de yang memiliki arti
opposite, reverse, remove, reduce, get off, kebalikan atau membalik. Mendapat imbuhan akhir
–isasi- dari kata –ize, yang berarti cause to be of resemble adopt or spread the manner of
activity or the teaching of suatu sebab untuk menjadi atau menyerupai, memakai atau penyebaran cara atau mengajari.
24
Zuly Qadir, Radikal Agama di Indonesia ,…h. 99
Secara sederhana deradikalisasi dapat dimaknai suatu proses atau upaya untuk menghilangkan radikalisme.
25
Secara lebih luas, deradikalisasi merupakan segala upaya untuk menetralisir paham-paham radikal melalui pendekatan
interdisipliner, seperti hukum, psikologi, agama dan sosial budaya bagi merekayang dipengaruhi paham radikal danatau pro
kekerasan. Sedangkan dalam konteks terorisme yang muncul akibat paham keberagamaan radikal, deradikalisasi dimaknai
sebagai proses untuk meluruskan pemahaman keagamaan yang sempit mendasar, menjadi moderat, luas dan komprehensif.
26
2. Proses dan langkah dalam deradikalisasi agama
Radikalisasi agama yang kian menggejala saat ini, adalah tidak bisa terlepas dari apa yang dinamakan dengan “politik
identitas”. Adanya eksistensi dan gejala imprealisme global melalui sikap Barat, khususnya kebijakan politik Amerika dalam
merancang bangun perpolitkan dunia dengan memperlakukan dunia Islam secara hegemonik.
Mengutik tulisan
Afandi Muchtar
dalam judul
“Deradikalisasi Lunak” yang di muat di harian REPUBLIKA, 16 November 2011, Ahmad Shidqi mengungkapkan, proses
25
Petrus Reindard Golose, Deradikalisasi Terorisme, Soul Approach Dan Menyentuh Akar Rumput, Jakarta: Yayasan Pengembangan Ilmu Kepolisian, 2009, h. 62
26
Amirsyah, Meluruskan Salah Paham Terhadap Deradikalisasipemikiran, Konsep Dan Strategi Pelaksanaan, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2012, h. 35-36.
deradikalisasi hendaknya dilakukan tidak hanya melibatkan aparat saja, akan tetapi juga harus melibatkan tokoh masyarakat dan
lembaga-lembaga yang ada. Menurut strategi deradikalisasi agama yang diterapkan harus mengacu pada tiga langkah strategi yaitu:
langkah Prevention pencegahan, rehabilitation rehabilitasi, dan aftercare pembinaan pasca pelepasan. Dalam tulisannya
“Deradikalisasi Melalui Pesantren” ia menyebutkan langkah tersebut dapat diaplikasikan sebagai berikut:
27
Pertama, pencegahan. Hal tersebut dapat dilakukan antara aparat bekerjasama dengan para Ulama atau pengasuh pesantren.
Hal tersebut mengingat jumlah pesantren yang banyak di Indonesia.
Kedua, rehabilitasi dan pasca pembinaan aftercare, kyai dengan pesantren yang dimilikinya dinilai sebagai tempat yang
cukup strategis bagi rehabilitasi dan pembinaan bagi rehabilitasi muda untuk menuntut ilmu dan mengarahkan mereka dari praktik
keagamaan yang menyimpang. Perlu kita fahami bahwa deradikalisasi merupakan strategi
penanganan kontra radikal, konsep pribumisasi Islam yang digagas oleh KH. Abdurahman Wahid yang mempunyai nilai-
nilai deradikalisasi yang dimaksud, menurutnya gagasan
27
Ahmad Shidqi,
dalam “Deradikalisasi melalui Pesantren” diakses dari
http:budisansblog.blogspot.com201111deradikalisasi-berbasis-pesantren.html pada 14 Mei 2016 ,
pukul. 16.35 WIB
pribumisasi Islam adalah dimaksudkan untuk mencairkan pola dan karakter Islam sebagai prilaku normatif, praktik keagamaan yang
kontekstual dan akomodasi ajaran agama Islam kedalam nilai-nilai budaya.
28
Oleh Imdadun
Rahmat dalam
“Islam PribumiMendialogkan Agama Membaca Realitas”, Syarif
mengemukakan lima gagasan dalam pribumisasi Islam yaitu:
29
Pertama, Kontekstual, yaitu Islam dipahami sebagai ajaran yang terkait zaman dan tempat. Ini berarti Islam adalah suatu
agama yang dinamis, terus memperbaharui diri, dan respon terhadap perubahan zaman, serta lentur dan mampu berdialog
dengan kondisi masyarakat yang berbeda untuk melakukan adaptasi kritis, sehingga Islam bisa dinilai sebagai ajaran yang
shahih li kulli zaman wa al makan relevan dengan perkembangan zaman dan tempat.
Kedua, Toleran, sikap toleran dalam beragama dan toleran terhadap perbedaan penafsiran dapat menumbuhkan kesadaran
untuk bersikap. Hal tersebut dikarenakn konteks dan kultur keindonesiaan yang plural, menuntut pula pengakuan tulus bagi
kesedrajatan terhadap agama-agama lain. Ketiga, Menghargai tradisi, disini suatu etika hendaknya
mengacu pada zaman Rasul. Islam dibangun diatas penghargaan
28
Syarif Hidayatullah, Islam Isme-Isme, Aliran dan Paham Islam di indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 50
29
Syarif Hidayatullah, Islam Isme-Isme, Aliran dan Paham Islam di Indonesia …, h.51-52