Kehidupan Anak Jalanan Anak Jalanan

16 relatif tertutup dari komunitas luar. Di dalam komunitas itu, anak jalanan bersosialisasi dan mengembangkan pola relasi sosial berdasarkan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam komunitas mereka. Sebagian anak jalanan yang perempuan sudah menyalahgunakan Napza atau ngelem, berpotensi menjadi wanita tuna susila, dan bahkan ditemukan kasus sudah menjadi penjaja seks. Hal ini menggambarkan, betapa rapuhnya mental spiritual anak jalanan, baik karena tekanan ekonomi maupun hubungan sosial yang buruk di lingkungan keluarga maupun di dalam komunitas mereka Suradi, 2011: 321.

B. Pendidikan

1. Definisi Pendidikan

Dalam definisi umum, pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakikat dan ciri kemanusiaannya Munawwaroh Tanenji, 2003: 5. Menurut Ketetapan MPR RI No. IVMPR1973, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup Sabri, 2005: 7. Sedangkan menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pada Bab 1, Pasal 1, Ayat 1, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan 17 terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Sabri, 2005: 7. Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan dengan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setingi-tingginya Zurinal Sayuti, 2006: 2-3. Sedangkan Emile Durkheim, mendefinisikan pendidikan sebagai proses di mana individu mendapat alat-alat fisik, intelektual, dan moral yang diperlakukan agar dapat berperan dalam masyarakat. Ia berpendapat, bahwa pendidikan akan menolong anak-anak mengembangkan sikap moral terhadap masyarakat. Baginya, pendidikan anak memberi individu disiplin-disiplin yang mereka butuhkan untuk mengendalikan nafsu yang mengancam mereka. Dan pendidikan bisa mengembangkan suatu rasa pengabdian terhadap masyarakat dan sistem moralnya di dalam diri para murid. Dia percaya, bahwa sekolah secara praktis adalah satu- satunya institusi yang akan memberikan landasan sosial bagi moralitas modern Ritzer Goodman, 2009: 115. Bagi Durkheim, ruang kelas merupakan masyarakat kecil. Di sana ada sebuah kesadaran kolektif yang akan menciptakan kekuatan yang cukup untuk menanamkan sikap moral. Hal ini memungkinkan pendidikan untuk hadir dan 18 memproduksi semua elemen moralitas. Pertama, pendidikan akan memberikan individu disiplin-disiplin yang mereka butuhkan untuk mengendalikan nafsu yang mengancam mereka. Kedua, pendidikan bisa mengembangkan suatu rasa pengabdian terhadap masyarakat dan sistem moralnya di dalam para murid Ritzer Goodman, 2009: 115. Dengan teori-teori pendidikannya, Durkheim 1858-1017 memandang pendidikan sebagai suatu “social thing”. Dia mengatakan, bahwa masyarakat secara keseluruhan beserta masing-masing lingkungan sosial di dalamnya, merupakan sumber penentu cita-cita yang dilaksanakan lembaga pendidikan. Suatu masyarakat bisa bertahan hidup, hanya jika terdapat suatu tingkat homogenitas yang memadai warganya. Keseragaman esensial yang dituntut dalam kehidupan bersama tersebut, oleh upaya pendidikan diperkekal dan diperkuat penanamannya sejak dini pada anak-anak. Tetapi dibalik itu, suatu kerja sama apa pun tentu tidak mungkin tanpa adanya keanekaragaman, yaitu upaya pendidikan dijamin dengan jalan pengadaan pendidikan yang beraneka ragam jenjang dan spesialisasi Idi, 2011: 10-11. Bertolak dari pandangannya tentang pendidikan sebagai “social thing, akhirnya Emile Durkheim berpendapat bahwa, pendidikan bukanlah hanya satu bentuk, dalam artian ideal dan aktual, tetapi bermacam-macam. Masyarakat secara keseluruhan beserta masing-masing lingkungan khususnya, akan menentukan tipe-tipe yang diselenggarakan Idi, 2011: 11. Berdasarkan dari beberapa definisi-definisi pendidikan di atas, sebenarnya memiliki kesamaan pandangan bahwa pendidikan itu adalah sebuah proses yang 19 melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya dan norma yang berkembang di masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan