Bentuk-Bentuk Pembinaan Anak Jalanan

58 Senada juga diungkapkan oleh Faisal Saputra, seorang anak jalanan lainnya, sebagai berikut : Saya dulu pernah bekerja di pabrik sandal di daerah Jaktim bang, tapi gak lama sih skr udah berhenti. Ya klo pengennya sih mau usaha sendiri klo ada modal. Pengennya ada modal dari lembaga, tapi sejauh ini masih belum bang Wawancara dengan Faisal Saputra, pada tanggal 5 April 2014. 2. Pembinaan Yang Melibatkan Sejumlah Tokoh Masyarakat Dalam pengertian ini, mengajak segenap masyarakat untuk peduli terhadap anak jalanan, diantaranya melalui tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh seperti RT, RW, Kelurahan atau orang-orang yang bisa mempengaruhi anak ke arah yang lebih baik. Bisa jadi pelibatan tokoh masyarakat dalam bimbingan anak jalanan adalah sebagai langkah bagaimana masyarakat peduli terhadap anak jalanan. Selain itu, tokoh masyarakat digunakan sebagai pengenalan terhadap anak jalanan tentang norma-norma yang kurang dihiraukan. 3. Pembinaan Yang Melibatkan Pihak Kepolisian Pembinaan ini lebih ditekankan pada bagaimana sebenarnya peraturan- peraturan yang harus dipatuhi dan dilarang kemudian dijelaskan. Selain itu, pelibatan Dinas Kepolisian juga bertujuan agar anak jalanan lebih paham dan mengerti tentang tata tertib di jalanan. Pembinaan dari Dinas Kepolisian tidak hanya memberikan pengenalan tentang peraturan-peraturan jalanan, tetapi juga lebih banyak mengajak anak jalanan untuk tidak terlibat kriminalitas dan belanja untuk obat-obatan terlarang Narkoba dan lain-lain. 59 4. Program Pendidikan a. Kegiatan pendidikan melalui kejar paket Sebagai usaha preventif agar anak jalanan tetap bersekolah. Karena banyak sekali dari anak jalanan itu yang putus sekolah dan tidak dapat menikmati pendidika. Di Yayasan Bina Anak Pertiwi dalam upaya masukkan pada kejar paket supaya mereka bisa mendapatkan izajah sehingga nantinya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan yang layak. b. Kegiatan Rekreasi Kegiatan rekreasi itu sebagai sarana mengajak anak jalanan untuk lebih mengenal diri sendiri refleksi diri baik potensi, bakat dan minatnya. Dengan metode rekreasi yang dipadukan dengan kegiatan-kegiatan permainan dan menyenangkan bagi anak. 5. Pembinaan Keagamaan Sebagai usaha preventif untuk menangkal sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Pendidikan agama di berikan pada anak jalanan dengan materi-materi yang disesuaikan dengan kondisi saat ini, yang dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Harapan dari kegiatan ini agar anak jalanan mempunyai bekal keagamaan dan tidak mudah terpengaruh oleh hal- hal negatif. Misalnya: minum-minuman keras, pergaulan bebas, narkoba dan lain sebagainya. Di Yayasan Bina Anak Pertiwi pembinaan keagamaan dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : 60 a Pendidikan aqidah, yaitu pembinaan keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku, dan kepribadian anak, sebab pendidikan keimanan terutama aqidah akan mengarahkan manusia memiliki keyakinan bahwa Allah SWT hanya satu-satunya tuhan yang wajib disembah. Adapun cara-cara menanamkan aqidah pada anak jalanan antara lain adalah dengan menumbuhkan kepercayaan akan keesaan Allah SWT, memperkenalkan ucapan dua kalimat syahadat, mengajarkan ucapan bismillahhirrohmanirrohim, dan mengajak sholat berjamaah. b Pendidikan ibadah, ibadah merupakan manifestasi dari iman yang telah diikrarkan dalam hati artinya seseorang yang telah mengaku beriman harus juga membuktikannya dengan perbuatan-perbuatan ritual yang disebut ibadah. Misalnya, kewajiban akan sholat para pendidik perlu mengajarkan anak-anak jalanan tentang ibadah sholat sejak dini. Anak harus bisa melaksanakan ibadah sholat yang merupakan salah satu tanda keimanan kepada Allah SWT. Dengan demikian, apabila sejak kecil anak sudah dibiasakan untuk mengerjakan sholat dengan baik atas bimbingan dan keteladaan dari orangtua, maka anak akan terbiasa untuk melakukannya dalam kehidupan sehari-hari dan kebiasaan tersebut akan terbiasa sampai ia dewasa bahkan sampai tua nanti. c Pendidikan akhlak, atau budi pekerti merupakan suatu yang sangat penting untuk diberikan kepada anak sebagai bekal guna mencapai pribadi Muslim sebagaimana yang dicita-citakan. Sebab keimanan serta Keislaman seseorang tidak akan sempurna jika tidak disertai dengan akhlakul 61 karimah. Maksud dari pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan pembentukan tabiat yang dimiliki oleh anak dimulai sejak kecil sampai dewasa. Dari penjelasan di atas, bahwa pembinaan agama yang di lakukan oleh lembaga yaitu dengan mengajarkan anak jalanan tentang prilaku yang baik. Sebagaimana diungkapkan oleh Dede Saputra, salah seorang anak jalanan, seperti berikut : Waktu itu pernah di ajarin sama kak Ali, karena kak ali sudah gak ada, gak ada yang ngajarin agama lagi. Contohnya belajar sholat dan ngaji, klo yang belum bisa al- qur’an dari iqro’ dulu gitu. Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa ngaji dikit-dikit Wawancara dengan Dede Saputra, 6 April 2013. Hal senada juga dinyatakan oleh Faisal Saputra terkait dengan bimbingan agama dan perilaku : Di ajarin, seperti ngaji dan sholat. Tapi untuk melakukannya sih jarang-jarang. Dan bersyukur aja setelah dapat pembinaan kayak itu saya tahu sekarang walau jarang-jarang melakukannya Wawancara dengan Faisal Saputra, 18 April 2013. Diperjelas lagi oleh informan Maryam : Ya, kayak belajar ngaji, sholat sama kakak-kakaknya disini, seperti yang sering ngajarin itu kak Ari Wawancara dengan Maryam, 20 April 2013 6. Pembinaan Kesehatan Yang Melibatkan Dinas Kesehatan Pembinaan ini lebih ditekankan pada bagaimana mengenalkan anak jalanan tentang bahaya seks dan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh adanya 62 pergaulan bebas tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan diajak kerjasama untuk bisa memahamkan anak tentang manfaat kesehatan dan berobat dini. Adanya keterlibatan masyarakat atau lingkungan sekitar pada kegiatan pembinaan seperti telah disebutkan di atas ini menjadi instrumen dalam menentukan pendidikan pada diri anak jalanan. Hal ini sesuai dengan pendapat James A. Beane dan Michael W. Apple dalam teori pendidikan demokratis, yaitu sebuah model pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Sekolah yang dikelola dengan struktur yang memungkinkan praktik-praktik demokratis itu terlaksana, seperti pelibatan masyarakat stakeholder dan user sekolah dalam membahas program-program sekolah, dan prosedur pengambilan keputusan juga memperhatikan berbagai aspirasi publik, serta dapat dipertanggungjawabkan implementasinya kepada publik. Demikian pula dengan pola pembinaan siswa, bahwa pendidikan itu untuk semuanya, guru harus mampu memberikan perhatian yang sama pada semua siswa, tanpa membedakan antara yang sudah pintar dengan belum pintar, tidak membedakan antara yang rajin dan yang belum rajin, semuanya memperoleh perlakuan, walaupun bentuknya mungkin berbeda. Mereka yang belum pintar diberi waktu untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya di saat liburan umum, sehingga kompetensinya meningkat. Pembinaan seperti ini, telah memberikan pengalaman-pengalaman praktik demokrasi bagi anak-anak, yakni perhatian yang seimbang terhadap semua siswa, tanpa membedakan antara mayoritas dengan minoritas dalam sekolah Rosyada, 2004: 17-18. Penerapan demokrasi pendidikan sangat penting bagi bangsa 63 Indonesia, karena pendidikan demokrasi akan menumbuhkan semangat kebersamaan di sekolah Freire Mangunwijaya, 2004: 95. Selanjutnya, Emile Durkheim 1858-1017 dengan teori-teori pendidikannya memandang pendidikan itu sebagai suatu “social thing”. Durkheim mengatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan beserta masing- masing lingkungan sosial di dalamnya, merupakan sumber penentu cita-cita yang dilaksanakan lembaga pendidikan Idi, 2011: 10-11. Dalam menjalankan kegiatan pembinaan-pembinaan di Lembaga Yayasan Bina Anak Pertiwi ini, tidak lepas dengan beberapa kendala atau kesulitan yang mereka alaminya. Hal itu, akan menjadi salah satu penghambat dalam berlangsungnya proses pembinaan anak jalanan. Adapun kendala atau hambatan yang mereka alami adalah: Pertama, anak jalanan itu cuek dengan keadaan sehingga apapun yang dikatakan oleh pengurus seakan tidak ada art inya dan diabaikan. Kedua, kehidupan anak jalanan berbeda sekali dengan anak rumahan yang masih dalam pengawasan orang tuanya. Kehidupan mereka dijalanan itu sangat keras. Ketiga, anak jalanan susah untuk diatur dan maunya sendiri. Sehingga ketika dinasehati tidak mengikutinya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Abdus Saleh sebagai Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi : Tentu saja kendala itu ada tidak hanya pada pembinaan terhadap anak jalanan, pembinaan terhadap masyarakat umum dan anak yang mormal ja ada. Di anak jalanan itu kendalanya yang paling kita rasakan adalah mereka itu cuek dengan keadaan sehingga apapun yang kita katakan itu biasanya dianggap kayak angin lalu angin lalu atau apa gitu tapi pada prinsipnya ketika kita itu membina 64 berdasarkan hati, berdasarkan karena allah, klo karena allah ditaruh didepan bukan karena hal yang lain pasti mereka mengikutinya. Dan alhamdulillah mereka ikut Wawancara dengan Abdus Saleh, pada tanggal 28 April 2013. Hal senada juga di ungkapkan oleh Ari M Rifki selaku pendampingguru di Yayasan Bina Anak Pertiwi : Mungkin klo kesulitan ada kali’ ya, kesulitan pasti ada. Karena perbedaan anak jalanan dengan anak rumahan itu beda banget. Klo anak jalanan ini bisa dibilang lebih keras, gak mudah kita dalam merberikan pembinaan gak seperti anak rumahan yang masih sama orang tuanya. Klo anak jalanan ini kan benar-benar tok dijalana itu kan kehidupan mereka itu keras klo dibilang baku hantam kali’ ya. Ya klo kita mendidiknya pelan-pelan ja dan harus dengan banyak gurauan-guarauan, jangan terlalu serius di akrabin gitu lah, karena klo dengan serius gitu mereka cepat bosan Wawancara dengan Ari M Rifki, pada tanggal 16 April 2013. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ali Santoso : Klo dibilang kesulitan ya pasti ada, itu pasti ada, itu manusiawi kita, kesulitannya ya mungkin yang awalnya mereka susah di ataur, ya adalah yang susah di atur, dari 100 ada 10 yang susah diatur, mereka ingin maunya sendiri misalnya, terutama di luar yayasan. Kadang meraka bermasalah dengan hukum, bermasalah dengan preman di luar. Dan ketika dinisi mereka dinasehati setelah keluar dari yayasan dan balik lagi udah lupa lagi sama apa yang sudah dinasehati kita, itu susahnya…. Wawancara dengan Ali Santoso, pada tanggal 17 April 2013. Untuk mengatasi kendala di sini, solusi yang dilakukan mereka adalah dengan melalui pendekatan pertemanan. Artinya, seorang pembina itu tidak hanya sebagai orang yang selalu memberi intruksi terhadap anak-anaknya. Melainkan sebagai teman yang terlibat langsung dengan mereka. Misalnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Abdus Saleh sebagai pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi : 65 Ketika waktunya sholat dengan mengajak mereka untuk sholat bersama bukan dengan menyuruhnya. Karena bisa saja orang yang menyuruh tersebut tidak melakukan seperti yang diperintahkan kepada anak-anaknya. Selanjutnya, dengan mencari titik-titik permasalahan yang mereka miliki bersama-sama. Contohnya, kalau anaknya itu keras pembina mencoba mengakrabinya dengan mengajak mereka makan, merokok sambil ngobrol bareng, juga sambil memberikan nasehat-nasehat yang baik. Karena dengan cara seperti itu mereka akan terbiasa untuk melakukan perilaku yang baik, sopan, dan menghormati pembinanya pula Wawancara dengan Abdus Saleh, pada tanggal 28 April 2013.

C. Kontribusi Pembinaan Terhadap Perilaku Anak Jalanan

Menjadi manusia yang lebih baik merupakan impian semua orang. Namun, ketika melihat keberadaan anak jalanan di sekitar kita saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Banyak orang menganggap bahwa anak jalanan amoral, suka bikin resah masyarakat, mabuk, dan lain-lain. Mereka menganggap perilaku yang dilakukan itu seakan tidak dapat dihilangkan dan akan menjadi identitas mereka. Padahal, kalau kita perhatikan perilaku seperti itu masih bisa kita merubahnya menjadi lebih baik lagi. Kita dapat merubahnya dengan melalui pembinaan-pembinaan seperti yang dilakukan oleh Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi. Indikator dalam perubahan pada diri anak jalanan selama ini yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi tidak secara eksplisit ditentukan. Tetapi paling tidak yang menjadi ukuran bahwa pembinaan dan pendidikan itu mulai berhasil ketika anak-anak sudah mulai mandi dengan teratur, menjaga kebersihan dirinya. Karena bagiaan dari tahapan perubahan pada diri anak jalanan itu memang dari tahap mandi, berpakaian yang rapi, bersih-bersih, dan mulai 66 mengatur cara berbicara. Misalnya, yang biasanya di luar sering mengeluarkan kata-kata binatang-binatang, ketika di dalam rumah, saat ini sudah berkurang. Jadi, indikasi-indikasi itu yang dijadikan ukuran. Misalnya juga, yang sholatnya sekali dalam sebulan mungkin sudah bisa melakukan seminggu dua kali, tidak harus setiap hari. Namun demikian, lembaga tetap berusaha terus agar anak-anak jalanan tetap mau meningkatkan intensitas sholatnya menjadi lebih baik, sesuai aturan yang ada. Ari M Rifki salah satu pendampingguru di Yayasan Bina Anak Pertiwi, mengatakan pandangannya tentang perubahan yang terjadi pada diri anak jalanan, di bawah ini : Klo perubahannya sangat banyak. Ya mereka seperti yang saya bilang tadi mereka dengan diberikan pendidikan seperti itu mereka mulai terbiasa hidup mandiri, hidup bersih dan mungkin tidak lagi main pukul hantam atau pukul-pukulan, ya lebih murah hati lah klo dibilang, lebih mengerti klo dinasehati lebih nurut. Ya sangat jauh berbesa dari sebelumnya waktu mereka masih berada dijalanan dan setelah mereka berada di yayasan. Juga saya melihat mereka dengan masyarakat sekitar yayasan sangat sopan lah bisa menjaga kesopanan, ya walaupun dari penampilannya mereka seperti itu tapi mereka sopan. Cuman kan segala sesuatunya butuh proses, ya kita pelan-pelan aja mendidiknya dengan cara kita. Dan akhirnya itu bisa, udah sebagian besar dari mereka ada perubahannya Wawancara dengan Ari M Rifki, pada tanggal 16 April 2013. Perubahan tersebut juga diakui oleh Riski Saputra, seorang anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi, seperti dalam penuturannya : Udah gak, klo dulu kan parah banget ya benar-benar di jalan banget, klo sekarang gak. Klo dari prilaku ada perubahan klo dulu di jalanan terus sering mabuk, berantem, begitu lah, ya lontang lantung dan sekarang setelah tinggal disini udah lebih baikan Wawancara dengan Riski Saputra, pada tanggal 8 April 2013. 67 Banyak perubahan yang nampak terjadi pada diri anak jalanan. Seperti mereka sudah mulai terbiasa hidup mandiri, hidup bersih, rapi, tidak lagi suka berantem, mudah dinasehati, sopan sama masyarakat sekitar. Di sisi lain, perubahan yang nampak terjadi pada diri anak jalanan adalah ketika mereka mulai mengurangi waktunya di jalanan. Mereka juga mulai beralih kepada pekerjaan yang lebih baik. Artinya, sudah sebagian dari anak jalanan tidak lagi mengamin. Hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Gifli, seorang anak jalanan di Yayasan bina anak Peritiwi : Sekarang udah gak, klo dulu ngamin, ngernit, ngamin, ngernit, sekarang mah netap jadi sopir ja bang. Klo sikap udah bisa berubah bang, dulu brutal, sekarang sudah bisa menghormati orang bang Wawancara dengan Gifli, pada tanggal 16 April 2013 Hal senada juga diungkapkan oleh Indri, seorang anak jalanan lainnya, sebagai berikut : Ya banyak, salah satunya lebih baik aja. Dulu kan saya jarang banget pulang tu satu minggu, dua minggu gak pulang, setelah dapat pembinaan di sini saya pulang tiap hari, ya karena disuruh pulang sama pembinanya disini Wawancara dengan Indri, 16 April 2013 Diperjelas lagi oleh informan Maria Gureti : Udah gak, sekarang sudah tinggal di rumah. Klo dari segi perilaku ada sih perubahannya, sekarang lebih nurut ja sama orang tua Wawancara dengan Maria Gureti, pada tanggal 16 April 2013 Diperkuat juga oleh informan Riska Apriani : Sekarang udah gak lagi, klo sebelumnya masih sering kejalanan gak pulang, sekarang udah di rumah terus. Klo sikap jauh lebih baik kak udah bisa sopan sama orang tua Wawancara dengan Riska Apriani, pada tanggal 16 April 2013 68 Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi, ditemukan bahwa memang banyak dari anak jalanan yang sudah berpakai rapi. Tetapi, masih ada sebagian dari mereka yang masih berpaikaan pank. Dengan masyarakat sekitar terlihat mereka sopan, seperti ketika mereka lewat depan orang dengan menyapa. Dari hasil wawancara dengan bapak Moh. Nasir seorang RT setempat juga mengatakan, bahwa banyak perubahan yang terjadi pada anak jalanan setelah mendapat pembinaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi. Contohnya, mereka sopan ketika keluar masuk Yayasan. Yang dulunya mereka kadang berbicara keras sekarang sudah tidak lagi. Ketika mereka bertemu warga di jalan selalu menyapa. Sementara ibu Teti, salah satu warga mengatakan pandangannya tentang perubahan yang terjadi pada diri anak jalanan, seperti barikut : Klo perubahan ada, ya kayak mereka ketika lewat depan orang selalu menyapa. Kadang mereka juga sering nganterin orang klo mau ke rumah sakit, ya klo perilaku sopan lah mereka wawancara dengan ibu Teti, pada tanggal 27 September 2013. Bentuk dari perubahan di sini, merupakan salah satu perkembangan anak kearah yang lebih baik. Dengan pendidikan kita dapat mengetahui mana itu perilaku yang baik dan buruk. Sesuai dengan pendapat John Dewey, bahwa kualitas proses pembelajaran yang meningkat, secara otomatis akan meningkatkan pula kualitas hasil belajar siswa. Belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dengannya organisme memperoleh bentuk-bentuk perubahan perilaku yang cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju pada sebuah