Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat

3. Menciptakan iklim mikro, perbaikan lingkungan dan perlindungan sumber air 4. Meningkatkan produktifitas lahan 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat 6. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu dan kebutuhan kayu rakyat. Departemen Kehutanan 1995 sendiri menegaskan bahwa tujuan pokok dari pengembangan hutan rakyat adalah: 1. Memenuhi kebutuhan kayu 2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat 3. Memperluas kesempatan kerja penduduk 4. Salah satu upaya pengentasan kemiskinan Saragih, Sunito, dan Suharjito 1995, mengemukakan hutan rakyat adalah bagian yang integral dari ekonomi rumah tangga rakyat yang mempunyai ciri multi purpose, yaitu : 1. Memenuhi sebagian dari kebutuhan pangan anggota rumah tangga, kebutuhan pakan ternak, bahan bangunan, dan sumber pendapatan 2. Memberikan hasil sepanjang tahun, tidak terikat musim sehingga dapat mengisi kebutuhan pada saat lahan-lahan pertanian tanaman semusim tidak menghasilkan 3. Hutan rakyat di Pulau Jawa berfungsi sebagai jaminan bagi kredit informal 4. Dapat berperan sebagai kebutuhan ekonomi daerah akan kayu, sayur, dan buah-buahan serta tanaman obat-obatan 5. Berperan positif di dalam penyerapan air dan mencegah erosi 6. Dapat menjadi sumber plasma nutfah, khususnya hutan rakyat di pulau jawa. Toha 1987 menyebutkan bahwa sasaran pengembangan hutan rakyat terbagi menjadi tiga, yaitu sasaran fisik lingkungan hidup environment, sasaran sosial ekonomi prosperity dan sasaran keamanan dan keutuhan negara security.

2.4 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat

Pengelolaan hutan rakyat di satu sisi memang menunjukkan potensi hasil hutan kayu dan non kayu yang besar, peningkatan nilai ekologis kawasan, dan tentu saja peningkatan pendapatan masyarakat pengelola hutan. Akan tetapi di sisi lain masih ditemui beberapa permasalahan, misalnya keterbatasan akses dan pengetahuan pasar masyarakat, penebangan yang masih dilakukan dengan sistem ”tebang butuh”, kualitas kayu dari hutan rakyat yang belum optimal akibat kurangnya pengetahuan tentang teknik silvikultur, serta masih lemahnya pengetahuan pengelola hutan terkait dengan penaksiran dan perhitungan volume pohon maupun teknik pemotongan log, yang berakibat pada rendahnya harga jual kayu jika dibandingkan dengan harga pasar. Pola usahatani hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional dan belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang paling menguntungkan Hardjanto, 1990. Pemilik hutan rakyat umumnya belum menggantungkan penghidupannya pada hutan-hutan yang dimilikinya, mereka mengusahakan hutan rakyat tersebut sebagai sambilan. Faktor penyebab para petani tidak menggantungkan penghidupannya pada hutan yaitu: 1. Belum adanya persatuan antar pemilik hutan rakyat 2. Sistem silvikultur belum diterapkan secara sempurna 3. Kurangnya pengetahuan petani dalam pemasaran hasil hutan rakyat 4. Belum adanya lembaga khusus yang menangani pengusahaan hutan rakyat. Pengelolaan hutan rakyat pada dasarnya adalah merupakan upaya menyeluruh dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pembinaan, pengembangan, dan penilaian serta pengawasan pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara terencana dan berkesinambungan. Tujuan akhir yang ingin di capai dari pengelolaan hutan rakyat adalah adanya peningkatan peran dari kayu rakyat terhadap peningkatan pendapatan pemilikpengusahanya secara terus menerus selama daur. Departemen Kehutanan 1995 menyebutkan keberhasilan pengembangan hutan rakyat sangat tergantung pada : 1. Tujuan pengembangan hutan rakyat yang jelas 2. Lokasi dan luas unit usaha hutan rakyat 3. Pemilihan jenis yang di tanam 4. Sistem penanaman, pemeliharaan, dan Pengelolaan 5. Produksi tahunan yang terencana 6. Investasi yang tersedia dan keterkaitan dengan industri pengelolaan kayu. Departemen Kehutanan 1995 juga menyebutkan sistem pendanaan yang dilaksanakan dalam pengembangan hutan rakyat dapat ditempuh melalui: 1. Swadaya masyarakat baik perorangan, kelompok, maupun mitra usaha 2. Program bantuan impres penghijauan dan reboisasiAPBD 3. Kredit, berupa pinjaman lunak kepada petanikelompok tani dengan pola acuan P3KUK-DAS melalui bank penyalur 4. Kredit usaha perhutanan rakyat, berupa pinjaman lunak kepada petani melalui mitra usaha yang pelaksanaannya diatur oleh Departemen Kehutanan dan BRI selaku bank penyalur.

2.5 Pengusahaan Hutan Rakyat