Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Selama Daur Pertama

nilainya kurang dari satu. Berarti hutan tersebut tidak layak untuk di usahakan. IRR strata II dan III lebih kecil dari discount rate 18 maka usaha hutan rakyat tersebut tidak layak.

5.4.2 Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Selama Daur Pertama

Pembenahan Periode Pembenahan + Periode Mantap 1. Skenario 1 Pada skenario satu ini terlihat pada lampiran 6 dimana tanaman jati yang ditanam oleh petani pada strata I, strata II, dan strata III masing-masing sebanyak 25 pohon per tahun, 30 pohon per tahun, dan 40 pohon per tahun sesuai dengan yang dianjurkan oleh KHJL yaitu apabila melakukan pemanenan sebanyak 1 pohon maka petani diwajibkan menanam 10 pohon. Pada lampiran 10 strata I biaya penjualan log sebesar Rp. 2.543.828,00 per tahunnya hingga tahun 2022 dan pada tahun 2023 sudah memanfaatkan tanaman jati baru yang di tanam tahun 2005 sebesar Rp. 14.115.000,00. Pada tahun ke-16 2024 hingga tahun ke-33 2041 di peroleh penghasilan sebesar Rp. 24.000.000,00. Nilai ini didapat dari penjualan rata-rata kayu jati rakyat per tahunnya. Untuk arus kas keluar pada dasarnya merupakan proyeksi biaya-biaya yang akan dan atau yang telah dikeluarkan selama periode analisis investasi yang ditetapkan. Pada strata ini kas yang keluar pada tahun ke-0 adalah perkiraan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Nilai tegakan sisa pada tahun 2008 diperoleh dari perkalian antara volume tegakan sisa dengan harga tegakan. Volume tegakan sisa pada strata I sebesar 23,55m 3 . Nilai tegakan sisanya sebesar Rp. 10.305.313,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 2009 sampai tahun ke-14 2022 besarnya sama yaitu sebesar Rp. 693.107,00 sedangkan pada tahun ke-15 2023 besarnya Rp. 2.089.326,00. Pada tahun ke-16 2024 hingga tahun ke-33 2041 besarnya biaya operasional sebesar Rp. 3.282.722,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 7.704.499,00; BCR sebesar 1,59; dan IRR sebesar 25,08. Pada lampiran 11 strata II kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-13 sebesar Rp. 2.994.436,00 sedangkan tahun ke-14 besarnya Rp. 2.940.000,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 28.800.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 37,45m 3 . Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 16.384.256,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 2009 sampai tahun ke-13 2021 besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.124.995,00. Pada tahun ke- 14 nilainya Rp. 1.117.209,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 4.455.493,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 4.854.191,00; BCR sebesar 1,24; dan IRR sebesar 20,82. Pada lampiran 12 strata III kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-14 sebesar Rp. 3.791.160,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-17 sebesar Rp. 42.195.000,00. Pada tahun ke-18 diperoleh penjualan log sebesar Rp. 40.170.000,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 38.400.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 58,36m 3 . Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 25.531.159,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 2009 sampai tahun ke-14 2022 besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.467.460,00 sedangkan pada tahun ke-15 hingga tahun ke-17 besarnya Rp. 6.577.538,00. Pada tahun ke-18 besarnya biaya operasional sebesar Rp. 6.308.072,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 besarnya Rp. 6.072.538,00. Setelah dihitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 3.241.314,00; BCR sebesar 1,11; dan IRR sebesar 19,23. Tabel 10. Analisis Finansial Selama Daur Pertama Pembenahan Berdasarkan Strata Luasan Lahan Periode Pembenahan + Periode Mantap Strata Analisis Finansial Status NPV BCR IRR I 7.704.499 1,59 25,08 Layak II 4.854.191 1,24 20,82 Layak III 3.241.314 1,11 19,23 Layak Dari tabel 9 di atas, terlihat bahwa pengusahaan hutan rakyat pada strata I, II, III layak secara finansial untuk diusahakan di desa Lambakara. Pada penilaian finansial pengusahaan hutan rakyat di Desa Lambakara strata I didapatkan hasil NPV sebesar Rp. 7.704.499,00. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat layak di usahakan. Nilai NPV positif juga di dapat pada strata II dan strata III dengan masing-masing nilai NPV sebesar Rp. 4.854.191,00 dan Rp. 3.241.314,00. Strata III memperoleh NPV terkecil dikarenakan pada strata tersebut JPT rata-rata yang diperoleh sangat kecil dan tidak sebanding dengan luasan lahannya yang di atas satu hektar. Dapat juga dilihat bahwa BCR pada strata I lebih dari satu BCR1, ini berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1.- akan memperoleh keuntungan sebesar nilai BCR yang dihasilkan. BCR pada strata II dan III nilainya juga lebih dari satu. Berarti hutan tersebut layak untuk di usahakan. IRR strata I, II, III lebih besar dari discount rate 18 maka usaha hutan rakyat tersebut layak. Terlihat bahwa NPV pada strata II dan III nilainya lebih kecil dari strata I, hal ini diduga karena pihak koperasi mewajibkan adanya sistem tebang satu tanam sepuluh. Karena berlakunya sistem tersebut mengakibatkan strata II dan III hanya melakukan penanaman sangat sedikit. Banyak lahan yang tidak termanfaatkan secara maksimal. Pada strata II terlihat hanya melakukan kegiatan penanaman sebanyak 30 tanaman baru pertahunnya, sedangkan strata III melakukan kegiatan penanaman sebanyak 40 pohon. Hal ini mengakibatkan banyak lahan yang tidak termanfaatkan secara maksimal dan hasilnya juga kurang maksimal. Maka untuk memenuhi lahan yang belum termanfaatkan itu, KHJL hendaknya menambah jumlah tanaman yang akan di tanam pada strata II dan III. Pada strata II jumlah yang ditanam sebanyak 30 tanaman, sedangkan rata-rata luasan lahan yang diperoleh strata II sebesar 0,84 ha. Seharusnya jumlah tanaman yang ditanam di strata II sebanyak 924 tanaman, tetapi kenyataan di lapangan hanya sebanyak 540 tanaman yang diperoleh dari 30 tanaman dikalikan dengan 18 tahun daur dari tanaman ditanam hingga dipanen. Maka untuk memenuhi kekurangan itu perlu adanya penanaman lagi sebanyak 384 tanaman atau sekitar 20 tanaman lagi pertahun.Pada strata III juga terlihat adanya kekurangan penanaman. Luasan lahan rata-rata yang dimiliki strata III sebesar 2,19 ha. Seharusnya jumlah tanaman yang ditanam di strata III sebanyak 2409 tanaman, tetapi kenyataan di lapangan hanya sebanyak 720 tanaman yang diperoleh dari 40 tanaman dikalikan dengan 18 tahun daur dari tanaman ditanam hingga dipanen. Maka untuk memenuhi kekurangan itu perlu adanya penanaman lagi sebanyak 1680 tanaman atau sekitar 95 tanaman lagi pertahun. 2. Skenario 2 Pada skenario 2 dilakukan peningkatan kegiatan penanaman. Pada strata II dilakukan peningkatan penanaman tanaman jati yang tadinya ditanam sebanyak 30 tanaman baru per tahunnya menjadi 50 tanaman. Pada strata III dilakukan juga peningkatan kegiatan penanaman dari yang ditanam sebanyak 40 tanaman baru per tahunnya menjadi 135 tanaman. Pada lampiran 13 strata II kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-13 sebesar Rp. 2.994.436,00 sedangkan tahun ke-14 besarnya Rp. 2.940.000,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 48.000.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 37,45m 3 . Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 16.384.256,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 2009 sampai tahun ke-13 2021 besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.388.300,00. Pada tahun ke- 14 nilainya Rp. 1.341.610,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 7.415.231,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 10.022.538,00; BCR sebesar 1,42; dan IRR sebesar 22,35. Pada lampiran 14 strata III kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-14 sebesar Rp. 3.791.160,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-17 sebesar Rp. 133.395.000,00. Pada tahun ke-18 diperoleh penjualan log sebesar Rp. 131.370.000,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 129.600.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 58,36m 3 . Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 25.531.159,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 2009 sampai tahun ke-14 2022 besarnya sama yaitu sebesar Rp. 3.706.483,00 sedangkan pada tahun ke-15 hingga tahun ke-17 besarnya Rp. 112.442.733,00. Pada tahun ke-18 besarnya biaya operasional sebesar Rp. 110.687.199,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 besarnya Rp. 109.152.732,00. Setelah dihitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 27.849.197,00; BCR sebesar 1,6; dan IRR sebesar 23,22. Dari hasil tersebut terlihat bahwa strata II dan strata III telah mengalami peningkatan nilai NPV dengan masing-masing sebesar Rp. 10.022.538,00 dan Rp. 27.849.197,00. Ini terbukti bahwa semakin luas lahan yang dimiliki masyarakat, maka semakin besar pula nilai NPV yang dimiliki oleh masyarakat. Tabel 11. Analisis Finansial Selama Daur Pertama Pembenahan Berdasarkan Strata Luasan Lahan Setelah Mengalami Peningkatan Pemanaman Pada Strata II dan III Strata Analisis Finansial Status NPV BCR IRR I 7.704.499 1,59 25,08 Layak II 10.022.538 1,42 22,35 Layak III 27.849.197 1,60 23,22 Layak

5.5 Analisis Sensitivitas