Seluruh responden mempunyai status sudah berkeluarga dengan jumlah anggota keluarga rata-rata 4-5 jiwa. Mata pencaharian pokok yaitu sebagai petani
baik pada strata I 64, strata II 91, maupun pada strata III 53,33. Mata pencaharian pokok yang menempati urutan kedua yaitu mata pencaharian yang
berhubungan dengan wiraswasta. Dalam hal ini wiraswasta dapat diartikan mereka yang memperoleh hasil dari membuka lapangan pekerjaan sendiri seperti
warung, ataupun sebagai pengrajin dan penjual jasa. Dari tabel 3 terlihat bahwa pada strata I sebanyak 3 responden 21 bermata pencaharian sebagai
wiraswasta, strata II sebanyak 1 responden 9, strata III sebanyak 8 responden 26,67. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian pokok
Strata Responden Mata
I 0,5 ha
II 0,5-1 ha
III 1 ha Jumlah
Pencaharian n
n n
n
PNS 3
10.00 3
5.45
Guru 1
3.33 1
1.82
Tani 9
64 10 91 16
53.33 35 63.64
Wiraswasta
3 21
1 9
8 26.67 12
21.82
Karyawan 2
14 0.00
2 3.64
Kades
2 6.25
2 3.64
Total 14
100 11 100 30
100 55 100
5.2 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat
5.2.1 Pola Tanam dan Jenis Tanaman
Masyarakat di sana umumnya menanam tanaman jati diselingi dengan tanaman tumpang sari. Tanaman tumpang sari yang banyak diminati oleh para
petani yang mengikuti koperasi KHJL ini umumnya lada. Bibit lada yang mereka dapat berasal dari bantuan-bantuan, sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan
uang lagi untuk membeli bibit lada. Untuk jarak tanam, petani hutan rakyat sudah punya inisiatif untuk
menanam jati dalam ukuran 3x3m. Biasanya mereka menanam dengan menyelingi tanaman tumpang sari, sehingga mereka memperoleh manfaat ganda dan
penghasilan tambahan dalam mengelola hutan rakyat.
Petani hutan rakyat Desa Lambakara umumnya menanam jati. Mereka berpikir bahwa jati akan memberikan pendapatan yang tinggi di masa depan
dibandingkan tanaman lain. Petani memperoleh benih jati dari BPDAS Sampara. Benih diberikan
secara gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun. Namun sering kali benih yang sampai ke tangan masyarakat busuk. Hal ini dikarenakan oleh lamanya benih yang
didistribusikan ke masyarakat dan tempat penyimpanan benih yang tidak layak karena benih hanya di bungkus dengan kantong plastik yang tidak kedap udara.
Dalam penyimpananya, sering kali benih terjemur terlalu lama dan terkena hujan. Ini terjadi karena pihak koperasi tidak mempunyai tempat khusus dalam
penyimpanan benih sehingga benih diletakkan di halaman depan koperasi. Untuk menutupi kekurangan bibit di masyarakat, kebanyakan masyarakat mencari bibit-
bibit jati yang berasal dari pohon induk. Biasanya mereka menunggu musim dimana pohon jati berbunga. Dalam mengambil bibit yang jatuh pun ada
perhitungannya. Umumnya masyarakat di sana mempunyai pohon induk yang digunakan dalam memperoleh bibit jati.
5.2.2 Tahapan Pembangunan Hutan Rakyat
Pembangunan hutan rakyat di desa Lambakara ini terdiri dari beberapa kegiatan antara lain : Penyediaan benih, pembersihan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. 1. Pengadaan benih
Benih jati diperoleh dari BPDAS yang dibagikan secara gratis. Ada juga yang memanfaatkan benih jati yang petani ambil saat jati memasuki musim
berbunga. Benih-benih yang diberikan tadi terlebih dahulu dilakukan seleksi, sehingga di mana benih yang diberikan secara gratis itu benar-benar benih yang
bagus. Sering kali benih yang diberikan itu kondisinya sudah rusak dan jelek dikarenakan jarak yang ditempuh dan waktu yang dibutuhkan untuk sampainya
benih itu ke tangan masyarakat cukup lama. 2. Persiapan lahan
Kegiatan persiapan lahan ini dilakukan dengan cara membersihkan alang- alang maupun gulma lain yang ada di sekitar hutan rakyat. Setelah pembersihan
lahan selesai baru dipasang ajir, dengan jarak tanam 3x3m. Setelah pemasangan ajir selesai dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam,
dimana lubang tanam dibuat dengan ukuran 1x1x1m. Setelah pembuatan lubang tanam maka bibit siap untuk ditanam.
3. Penanaman dan Pemupukan Setelah penebangan dilakukan, para anggota koperasi diwajibkan untuk
menanami kembali tanah-tanah mereka yang terdaftar dengan jumlah bibit yang memadai untuk menggantikan pohon-pohon yang telah ditebang. Keberhasilan
penyemaian penanaman yang ditanami oleh anggota koperasi dipantau secara dekat selama tiga tahun pertama untuk memastikan tercapainya tujuan yang ingin
dicapai. Di kawasan hutan jati rakyat, dengan pohon dan anak jati yang tumbuh
secara berdekatan, para anggota akan diajari untuk senantiasa memperjarang penanaman hanya untuk pohon jati agar tingkat pertumbuhan pohon maksimal
dan berkualitas tinggi. Sesuai dengan standar SOP yang ada bahwa dalam proses penanaman,
bibit yang siap ditanam dimasukkan di dalam lubang yang telah disiapkan, setelah dikeluarkan dari polybag dengan cara disobek dengan hati-hati agar tidak merusak
akar. Bibit itu haruslah ditanam bersama tanahnya agar akar jati tidak terlambat pertumbuhannya. Dalam menanam jati, hendaknya kita membuat lubang yang
dalam untuk menghindari kekeringan akar dan akar tidak terlipat. Setelah bibit di masukkan ke dalam lubang, timbun lubang tanam itu
dengan tanah dan tinggikan di sekitar batang tanaman agar genangan air tidak terkumpul di akar jati yang baru ditanam. Bila jati ditanam terlambat pada musim
kemarau, maka di sekitar batang jati ± 1m di sekeliling batang tanahnya dibuat lebih rendah cekungan agar air yang ada terkumpul di sekitar akar pohon dan
dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Dalam perawatannya, bibit jati seharusnya diberi perlakuan yang baik.
Perlakuan itu meliputi pemindahan bibit dari persemaian ke lokasi penanaman harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar dan mengakibatkan stres.
Selama proses pemindahan, usahakan bibit tidak mengalami proses kekeringan. Penanaman harus dilakukan setelah bibit dipindahkan ke lokasi penanaman dan
jangan sekali-kali memangkas akar bibit jati yang akan ditanam. Semakin banyak akar akan membuat pertumbuhan semakin baik.
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu diberi pupuk kandang pada lubang tanaman, kemudian baru bibit ditanam. Untuk lahan yang dikelola secara tumpang
sari penanaman bibit tanaman pokok diikuti dengan penanaman tanaman pertanian di sela-sela tanaman pokok, dengan jenis tanaman jagung, lada, dan
singkong. 4. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara pemangkasan cabang. Untuk lahan yang dikelola secara tumpangsari, pemangkasan cabang dilakukan sepanjang
lahan masih ditanami tanaman pertanian yaitu sampai tahun ke tiga. Sedangkan untuk lahan yang dikelola secara monokultur pemangkasan cabang hanya
dilakukan pada tahun pertama saja. 5. Pemanenan
Tahapan perencanaan panen dimulai dari up-date data inventarisasi dan menetapkan JTT kemudian dikeluarkan data layak panen untuk keseluruhan
anggota KHJL. Koordinator unit akan mengajukan permohonan panen yang dilampiri dengan permohonan uang muka. Setelah dihitung biaya dan
menyesuaikan jumlah volume yang akan dikirim, maka KHJL akan mengeluarkan ijin panen. Pelaksanaan panen akan dimulai apabila uang muka telah diberikan
sebesar 60 dari estimasi volume pohon berdiri dan pemanenan diawasi oleh tim Grading yang siap memberi identitas COC pada setiap potongan kayu yang akan
dibentuk square. 6. Pemasaran
Untuk pemasaran tanaman pokok hutan rakyat, koperasi mewajibkan para anggotanya untuk menjual kayunya kepada koperasi. Jika ada anggotanya yang
menjual kayunya kepada orang lain, maka koperasi berhak untuk memberi sanksi kepada yang melanggar. Dan si pelanggar bisa dicabut status keanggotaannya oleh
pengurus koperasi KHJL.
5.3 Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan Rakyat