3. Analisis Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut
badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam suatu proyek. Analisis finansial pengelolaan hutan rakyat dapat dipakai sebagai ukuran keberhasilan
dalam pengelolaan hutan rakyat lebih lanjut bagi masyarakat maupun pemerintah untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dan peningkatan manfaat di masa
yang akan datang, sehingga penggunaan dan alokasi sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara lebih efisien dan efektif.
Menurut Gittinger 1986, dalam menilai suatu proyek yang menggunakan Discounted Cash Flow DCF atau aliran kas yang berdiskonto berdasarkan pada
tiga kriteria, yaitu : 1. Net Present Value NPV, yaitu nilai kini atau sekarang dari suatu proyek
setelah dikurangi dengan seluruh biaya pada suatu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat yang diterima pada tahun bersangkutan dan
didiskontokan pada tingkat bunga yang berlaku. 2. Benefit Cost Ratio BCR, adalah suatu cara evaluasi proyek dengan
membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh proyek dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek.
3. Internal Rate of Return IRR, adalah suatu tingkat suku bunga maksimal yang dibayarkan oleh suatu proyek untuk semua investasi dan sumberdaya yang
digunakan. Proyek diprioritaskan pelaksanaannya layak, apabila nilai NPV0,
BCR1 dan IRR lebih besar daripada suku bunga yang berlaku.
2.6 Pendapatan Rumah Tangga Petani
Pendapatan rumah tangga adalah kumpulan dari pendapatan anggota- anggota rumah tangga dari masing-masing kegiatannya. Menurut Soeharjo dan
Patong 1973, pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dari penjualan, konsumsi keluarga akan komoditi yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan komoditi tersebut. Biro Pusat Statistik 1993, menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga
petani tidak hanya berasal dari usaha pertaniannya saja, tetapi juga berasal dari
sumber-sumber lain di luar sektor pertanian, seperti perdagangan, jasa pengangkutan, industri pengolahan, dan lain-lain. Bahkan kadang penghasilan di
luar usaha pertanian justru lebih besar daripada pendapatannya dari pertanian. Sedangkan Kartasubrata 1980, menjelaskan bahwa pendapatan rumah
tangga menurut sumbernya dibagi menjadi dua golongan, yaitu pendapatan kehutanan, adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di hutan, dan pendapatan
non kehutanan, yaitu pendapatan yang berasal dari hasil kegiatan di luar kehutanan.
2.7 Pola Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan
oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan.
Terdapat beberapa pola yang dapat diterapkan dalam pelaksanan kerjasama kemitraan. Pemilihan bentuk kerjasama dapat disesuaikan dengan
melihat kondisi masing-masing pelaku kerjasama. Menurut Departemen Pertanian 1997, berdasarkan jangka waktunya, kemitraan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Kemitraan Insidental
Bentuk kemitraan ini didasarkan pada kepentingan ekonomi bersama dalam jangka pendek dan dihentikan jika kegiatan tersebut telah selesai,
dengan atau tanpa kesepakatan tertulis atau kontrak kerja. Bentuk kemitraan seperti ini biasanya ditemui dalam pengadaan input dan
pemasaran usaha tani. 2.
Kemitraan Jangka Menengah Bentuk kemitraan ini didasarkan pada motif ekonomi bersama dalam
jangka menengah atau musim produksi tertentu, dengan atau tanpa perjanjian tertulis.
3. Kemitraan Jangka Panjang
Kemitraan ini dilakukan dalam jangka waktu yang sangat panjang dan terus-menerus dalam skala besar dan dengan perjanjian tertulis. Misalnya
adalah kepemilikan perusahaan oleh petani atau koperasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN