Analisis Sensitivitas HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil tersebut terlihat bahwa strata II dan strata III telah mengalami peningkatan nilai NPV dengan masing-masing sebesar Rp. 10.022.538,00 dan Rp. 27.849.197,00. Ini terbukti bahwa semakin luas lahan yang dimiliki masyarakat, maka semakin besar pula nilai NPV yang dimiliki oleh masyarakat. Tabel 11. Analisis Finansial Selama Daur Pertama Pembenahan Berdasarkan Strata Luasan Lahan Setelah Mengalami Peningkatan Pemanaman Pada Strata II dan III Strata Analisis Finansial Status NPV BCR IRR I 7.704.499 1,59 25,08 Layak II 10.022.538 1,42 22,35 Layak III 27.849.197 1,60 23,22 Layak

5.5 Analisis Sensitivitas

Analisis kepekaan sensitivity analysis adalah suatu teknik untuk menguji sejauh mana hasil analisis yang telah dilakukan peka terhadap perubahan faktor- faktor yang berpengaruh Nugroho 2007. Analisis ini hanya dilakukan pada usaha yang layak dijalankan berdasarkan analisis finansial sebelumnya. Dalam hal ini hanya strata I yang layak dalam pelaksanaan hutan rakyat. A. Analisis Sensitivitas Pada Periode Pembenahan Hutan Rakyat Ada berbagai alternatif yang dapat dipilih agar usaha yang dijalankan oleh masyarakat di Konawe Selatan ini dapat layak dijalankan selama periode pembenahan hutan rakyat. Salah satunya bisa dengan menaikkan harga kayu. Untuk mengusahakan agar hutan di strata I, II dan III dapat layak dijalankan, maka perlu adanya peningkatan harga penjualan kayu yang berlaku di Konawe Selatan. Pada strata I dilakukan peningkatan harga kayu dengan kisaran 10, 20, 30, 40, dan 50. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya harga kayu dengan presentase 10, 20, 30, 40, dan 50 berturut-turut adalah 20,56; 23,12; 25,64; 28,14; dan 30,61. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga kayu di tingkatkan maka usaha tersebut menjadi layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18. Pada strata II dilakukan peningkatan harga kayu dengan kisaran 10, 20, 30, 40, dan 50. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya harga kayu dengan presentase 10, 20, 30, 40, dan 50 berturut-turut adalah 14,4; 16,35; 18,24; 20,09; dan 21,91. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga kayu naik 30 keatas, statusnya menjadi layak diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18. Pada strata III dilakukan peningkatan harga kayu dengan kisaran 10, 20, 30, 40, dan 50. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya harga kayu dengan presentase 10, 20, 30, 40, dan 50 berturut-turut adalah 11,82; 13,51; 15,13; 16,7; dan 18,23. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga kayu naik 50 keatas, statusnya menjadi layak diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18. Adapun grafik perubahan IRR sebagai akibat dari peningkatan produksi atau volume dan peningkatan biaya pengusahaan hutan di Konawe Selatan strata I, strata II dan strata III pada gambar 1, 2 dan gambar 3. Gambar 1. Grafik Perubahan IRR Akibat kenaikan harga Strata I 10 20 30 40 10 20 30 40 50 N il ai IR R strata I strata I Gambar 2. Grafik Perubahan IRR Akibat kenaikan harga Strata II Gambar 3. Grafik Perubahan IRR Akibat kenaikan harga Strata III B. Analisis Sensitifitas Selama Daur Pertama Pembenahan Hutan Rakyat Perubahan biaya pengusahaan tanaman rakyat akan berpengaruh terhadap penerimaan dan tingkat keuntungan. Biaya pengusahaan tanaman diasumsikan akan naik pertahunnya dengan presentase peningkatan biaya pengusahaan yang dirancang pada kisaran 10, 20, 30, 40, dan 50. Berdasarkan hasil perhitungan pada strata I dilakukan peningkatan biaya pengusahaan dengan kisaran 10, 20, 30, 40, dan 50. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya pengusahaan hutan dengan presentase 10, 20, 30, 40, dan 50 berturut-turut adalah 24,65; 24,23; 23,81; 23,40; dan 22,99. Hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya pengusahaan naik sebesar 50, usaha tersebut masih layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut masih lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18. 5 10 15 20 25 10 20 30 40 50 N il ai IR R strata II strata II 5 10 15 20 10 20 30 40 50 N il ai IR R strata III strata III Pada strata II dilakukan peningkatan biaya pengusahaan dengan kisaran 10, 20, 30, 40, dan 50. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing- masing peningkatan biaya pengusahaan hutan dengan presentase 10, 20, 30, 40, dan 50 berturut-turut adalah 20,42; 20,02; 19,63; 19,24; dan 18,85. Hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya pengusahaan naik sebesar 50, usaha tersebut masih layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut masih lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18. Pada strata III dilakukan peningkatan biaya pengusahaan dengan kisaran 10, 20, 30, 40, dan 50. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing- masing peningkatan biaya pengusahaan hutan dengan presentase 10, 20, 30, 40, dan 50 berturut-turut adalah 18,89; 18,54; 18,2; 17,86; dan 17,52. Hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya pengusahaan naik sebesar 30, usaha tersebut masih layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut masih lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18. Sedangkan apabila biaya pengusahaan naik diatas 30, maka pengusahan hutan rakyat tidak layak untuk diusahakan sebab nilai IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku. Adapun grafik perubahan IRR sebagai akibat dari peningkatan biaya pengusahaan hutan di Konawe Selatan pada masing-masing strata pada gambar 4, 5, dan 6. Gambar 4. Grafik Perubahan IRR Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan Strata I 22 23 24 25 10 20 30 40 50 N il ai IR R strata I strata I Gambar 5. Grafik Perubahan IRR Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan Strata II Gambar 6. Grafik Perubahan IRR Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan Strata III

5.6 Analisis Pola Kemitraan