Metode dan Analisis Data

16 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Genetik pada Populasi Tomat Hibrida di Dataran Rendah dan a

Dataran Tinggi 4.1.1 Analisis Genetik pada Populasi Tomat Hibrida di Dataran Rendah

4.1.1.1 Keragaan Nilai Tengah Karakter Agronomi pada Hibrida dan Tetua

Materi genetik yang digunakan merupakan tomat lokal yang berasal dari beberapa wilayah di Indonesia. Empat tetua yang digunakan yaitu Kudamati 1, Ranti, Aceh 5, dan Lombok 4. Kudamati 1 dan Ranti merupakan genotipe genotipe lokal yang tahan layu bakteri sedangkan Aceh 5 dan Lombok 4 merupakan genotipe lokal yang memilki potensi hasil tinggi Sutjahjo et al. 2015. Hibrida yang diharapkan dari persilangan antar genotipe tersebut adalah hibrida berdaya hasil tinggi dan tahan layu bakteri. Keragaan fenotipe bentuk buah empat tetua tersebut juga berbeda. Kudamati 1 dan Ranti memiliki buah berbentuk gelombang, sedangkan Aceh 5 dan Lombok 4 buahnya lebih besar dan tidak bergelombang . Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata dan nyata terhadap semua karakter yang diamati kecuali diameter batang, padatan terlarut total, dan diameter buah Tabel 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat keragaman di antara tetua dan F 1 pada sebagian besar karakter yang diamati. Hasil analisis yang tidak nyata menunjukkan bahwa pada karakter diameter batang, padatan terlarut total, dan diameter buah tidak beragam. Tabel 5 Rekapitulasi pengaruh genotipe terhadap karakter agronomi pada tetua dan hibrida tomat di dataran rendah Karakter Kuadrat tengah F-Value Genotipe Galat Tinggi tanaman 712.40 83.07 8.58 Diameter batang 1.48 1.34 1.10 tn Tebal buah 0.72 0.21 3.53 Kekerasan buah 1650.40 340.43 28.02 Padatan terlaut total 4.13 4.31 2.19 tn Jumlah rongga buah 18.77 0.09 202.02 Panjang buah 72.64 7.95 9.13 Diameter buah 93.79 69.55 1.18 tn Jumlah buah 107.68 37.11 2.90 Bobot buah 26370.43 10759.65 2.45 = berpengaruh nyata pada α = 5 dan = berpengaruh sangat nyata pada α = 1

4.1.1.1.1 Tinggi tanaman dan Diameter Batang

Keragaan tanaman Kudamati-1 dan Ranti lebih tinggi jika dibandingkan Aceh-5 dan Lombok-4. Kudamati-1  Aceh-5 merupakan hibrida yang paling tinggi sedangkan Aceh-5  Lombok-4 adalah yang paling rendah diantara hibrida 17 lainnya. Diameter batang berada pada kisaran 7.27 sampai 9.88 mm dan berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata. Tetua maupun hibrida memiliki diameter batang yang tidak beragam Tabel 6. Tabel 6 Keragaan nilai tengah pada karakter tinggi tanaman dan diameter batang pada tetua dan hibrida tomat di dataran rendah Genotipe Tinggi tanaman cm Diameter batang mm Kudamati-1  Ranti 75.83 abc 8.32 Kudamati-1  Aceh-5 80.16 abc 8.88 Kudamati-1  Lombok-4 89.00 a 9.83 Ranti  Aceh-5 61.64 cd 7.27 Ranti  Lombok-4 67.83 bcd 9.90 Aceh-5  Lombok-4 49.60 de 8.77 Kudamati-1 88.61 a 8.25 Ranti 81.93 ab 8.42 Aceh-5 51.87 de 8.80 Lombok-4 42.61 e 8.53 Angka diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5

4.1.1.1.2 Karakter Buah

Kudamati-1 dan Ranti memiliki daging buah lebih tipis, sedangkan Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki daging buah lebih tebal. Persilangan Kudamati-1 dan Ranti dengan Aceh-5 memiliki hibrida dengan daging buah yang lebih tebal. Hasil persilangan Kudamati-1 dan Ranti dengan Lombok-4 juga menunjukkan hal yang sama. Persilangan antara dua tetua yang memiliki daging buah tipis Kudamati-1  Ranti menghasilkan hibrida dengan daging buah tipis juga. Persilangan antara tetua dengan daging buah tebal Aceh-5  Lombok-4 menghasilkan hibrida dengan daging buah paling tebal yaitu 3.65 mm Tabel 7. Tabel 7 Keragaan nilai tengah pada karakter buah pada tetua dan hibrida tomat di dataran rendah Genotipe Tebal daging buah mm Kekerasan buah mm 50 g 5 s Padatan terlarut total Brix Jumlah rongga buah Kudamati-1  Ranti 2.31 c 91.08 a 6.97 7.71 b Kudamati-1  Aceh-5 3.11 abc 66.76 b 7.33 3.10 c Kudamati-1  Lombok-4 3.28 ab 72.81 b 7.25 2.98 c Ranti  Aceh-5 2.62 bc 68.88 b 7.45 3.24 c Ranti  Lombok-4 3.01 abc 66.26 b 7.83 3.07 c Aceh-5  Lombok-4 3.65 a 46.45 c 7.08 2.09 d Kudamati-1 2.31 c 101.45 a 6.88 7.14 b Ranti 2.32 c 90.69 a 6.87 8.81 a Aceh-5 3.27 ab 54.83 c 7.11 2.30 d Lombok-4 3.51 ab 45.50 c 6.91 2.20 d Angka diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5 18 Nilai yang rendah pada hasil pengukuran kekerasan buah menunjukkan bahwa buah lebih keras sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan bahwa buah tersebut lebih lunak. Hasil penelitian menunjukkan Kudamati-1 dan Ranti memiliki buah lebih lunak jika dibandingkan Aceh-5 dan Lombok-4. Persilangan antara buah lunak Kudamati-1 Ranti menghasilkan buah yang lunak juga. Hibrida Aceh-5  Lombok-4 memiliki buah yang keras, sama dengan kedua tetuanya. Persilangan antara buah lunak dengan buah keras Kudamati-1  Aceh-5, Kudamati 1  Lombok-4, Ranti  Aceh-5, dan Ranti  Lombok-4 menghasilkan hibrida yang buahnya lebih lunak jika dibandingkan dengan salah satu tetua yang buahnya keras Tabel 7. Tomat diharapkan memiliki buah yang lebih keras sehingga dapat lebih lama disimpan dan tidak mudah rusak selama ditransportasikan Hazra Dutta 2011. Padatan terlarut total PTT berpengaruh terhadap rasa. Rasa asam akan berkurang dengan bertambahnya nilai PTT. Tomat diharapkan memiliki rasa yang tidak terlalu asam atau memiliki padatan terlarut total yang tinggi Saputra 2014. Nilai PTT berada pada kisaran 6-7 Brix dan tidak berbeda antara tetua maupun hibrida. PTT pada tomat dipengaruhi oleh lingkungan maupun faktor genetik. Intesitas cahaya yang lebih tinggi, penyinaran lebih lama, dan cuaca yang kering saat panen dapat meningkatkan PTT Tigchelaar 1986. Tomat yang buahnya lebih kecil dan memiliki tipe pertumbuhan indeterminate juga memiliki PTT lebih tinggi Emery Munger 1970. Kudamati-1 dan Ranti merupakan tetua yang memiliki jumlah rongga lebih banyak jika dibandingkan Aceh-5 dan Lombok-4. Kombinasi persilangan yang salah satu tetuanya memiliki rongga buah sedikit akan menghasilkan hibrida dengan jumlah rongga yang sedikit. Hal ini dapat dilihat pada Kudamati-1  Aceh-5, Kudamati-1  Lombok-4, Ranti  Aceh-5, dan Ranti   Lombok-4. Semua kombinasi persilangan tersebut memiliki jumlah rongga buah 2 atau 3 Tabel 7. Jumlah rongga buah memiliki peran penting dalam menentukan kualitas buah dan berkorelasi positif dengan ukuran buah dan jumlah buah per tanaman Bhutani Kallo 1991. Genotipe yang memiliki rongga buah banyak, umumnya mengandung banyak air Hazra Dutta 2011. Hal ini dapat dilihat pada Kudamati-1, Ranti, dan Kudamati-1  Ranti. Tiga genotipe tersebut memilki jumlah rongga buah banyak dan mengandung banyak air karena buahnya lunak Tabel 7. 4.1.1.1.3 Komponen Hasil Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki buah lebih panjang jika dibandingkan Kudamati-1 dan Ranti. Persilangan antara Kudamati-1 dengan Ranti dan Aceh-5 dengan Lombok-4 menghasilkan hibrida yang buahnya lebih pendek dari kedua tetuanya. Persilangan antara buah pendek Kudamati-1 dan Ranti dengan buah panjang Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki buah yang panjangnya berada diantara kedua tetua, tidak lebih panjang atau lebih pendek. Diameter buah tetua berkisar 28.62 – 32.88 mm dan diameter buah hibrida berkisar 26.02 – 31.89 mm. Kisaran diameter buah antara tetua dan hibrida yang tidak jauh berbeda menunjukkan bahwa diameter buah lebih seragam Tabel 8. Jumlah buah per tanaman pada tetua berada pada kisaran 10 – 30 dan jumlah buah per tanaman pada hibrida berada pada kisaran 10 – 24. Semua