Pemuliaan Tanaman Tomat Pendugaan Parameter Genetik Dan Seleksi Ketahanan Terhadap Layu Bakteri Pada Tomat Hibrida Hasil Persilangan Antar Genotipe Lokal

9 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi beberapa percobaan yaitu, analisis genetik pada populasi hibrida tomat di dataran rendah dan dataran tinggi, analisis interaksi genetik dan lingkungan terhadap hasil di dua lingkungan, dan seleksi ketahanan terhadap layu bakteri pada tetua dan hibrida hasil persilangan setengah dialel genotipe tomat lokal.

3.1 Analisis Genetik pada Populasi Tomat Hibrida di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

3.1.1 Bahan Penelitian

Materi genetik yang digunakan merupakan empat genotipe tomat lokal yang digunakan sebagai tetua dan enam F 1 hasil persilangan setengah dialel Tabel 1. Empat tetua yang digunakan yaitu Kudamati-1, Ranti, Aceh-5, dan Lombok-4. Kudamati-1 berasal dari Ambon, Ranti berasal dari Situbondo, Aceh-5 berasal dari Aceh, dan Lombok-4 berasal dari Lombok. Kudamati-1 dan Ranti merupakan genotipe yang tahan layu bakteri, sedangkan Aceh-5 dan Lombok-4 memilki potensi hasil tinggi Sutjahjo et al. 2015. Tabel 1 Persilangan setengah dialel menggunakan empat tetua Tetua betina Tetua jantan Kudamati-1 Ranti Aceh-5 Lombok-4 Kudamati-1     Ranti    Aceh-5   Lombok-4  3.1.2 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Juli 2014 sampai Desember 2014 di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor ±196 m dpl dan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Balitsa, Lembang ±1 250 m dpl pada bulan September 2014 sampai Pebruari 2015.

3.1.3 Metode

Percobaan dilaksanakan berdasarkan rancangan kelompok lengkap teracak RKLT dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 10 genotipe sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Jumlah individu dalam setiap satuan percobaan 10 adalah 20 tanaman. Setiap satuan percobaan merupakan bedengan berukuran 5 m x 1 m yang ditutup mulsa plastik hitam perak. Tahap pertama adalah menyemai benih, kemudian persiapan lahan yang terdiri atas penggemburan, pembuatan bedengan, pemberian pupuk dasar, dan pemasangan mulsa plastik hitam perak. Bedengan yang sudah siap diberi pupuk dasar terdiri atas pupuk kandang 10 ton ha -1 , pupuk urea 400 kg ha -1 , SP-36 300 kg ha -1 , dan KCL 300 kg ha -1 dan selanjutnya ditutup dengan mulsa plastik hitam perak. Bibit disemai sampai umur 4 minggu dan ditanam dengan jarak 0.5 m x 0.5 m. Pemasangan ajir dilakukan bersamaan dengan pindah tanaman. Pemupukan dilakukan satu minggu sekali menggunakan larutan NPK 16:16:16 10 g l -1 dan setiap tanaman diberi 250 mL. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi tanaman menggunakan fungisida dan insektisida. Tunas air dibuang saat tunas air sudah mulai muncul di ketiak daun. Pemanenan dilakukan jika buah sudah berwarna kuning kemerah-merahan dan dilakukan dua kali seminggu. Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman contoh untuk setiap satuan percobaan. Karakter yang diamati adalah: 1. Tinggi tanaman cm Tinggi tanaman diukur setelah panen ke-2 dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tertinggi. 2. Diameter batang mm Diameter batang diukur setelah panen ke-2 pada bagian bawah tanaman 10 cm dari permukaan tanah. 3. Panjang buah mm Panjang buah diukur menggunakan jangka sorong dari ujung hingga pangkal buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah tiap bedengan. 4. Diameter buah mm Diameter buah diukur dengan menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah tiap bedengan. 5. Ketebalan daging buah mm Diukur menggunakan jangka sorong pada buah yang sudah diiris melintang pada tiga bagian yang dipilih secara acak. 6. Padatan terlarut total o Brix Padatan terlarut total diukur pada 10 buah tiap bedengan yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada menggunakan handrefraktometer. 7. Kekerasan buah mm 50 g 5 s Kekerasan buah diukur pada 10 buah tiap bedengan yang dipanen antara panen kedua hingga keempat menggunakan penetrometer. Pengukuran dilakukan pada tiga titik yaitu ujung, tengah, dan pangkal. 8. Jumlah rongga buah Jumlah rongga buah diukur pada 10 buah tiap bedengan yang dipanen antara panen kedua hingga keempat dengan merata-ratakan jumlah lokul yang terbentuk dari setiap buah yang diamati. 9. Jumlah buah per tanaman Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang dipanen. 11 10. Bobot buah per tanaman g Bobot buah per tanaman merupakan jumlah keseluruhan bobot buah yang dipanen dari tanaman contoh. Pemanenan dilakukan sebanyak tujuh kali. 3.1.4 Analisis Data Data yang telah direkapitulasi dianalisis di masing-masing lokasi menggunakan software SAS dan Microsoft Exel dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisis ragam dan pendugaan komponen ragam Populasi setengah dialel dianalisis menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan menggunakan model statistik : Y ijk = μ + αi + βj + εijk, dimana: Y ij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan pengelompokan ke-k µ = rataan umum α i = pengaruh perlakuan genotipe ke-i; i 1, 2, 3, 4, 5, ... 36 βj = pengaruh pengelompokan ke-j; j 1, 2, 3 ε ijk = pengaruh acak pada genotipe ke-i dan pengelompokan ke-k Tabel 2 Sidik ragam rancangan kelompok lengkap teracak RKLT Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat tengah Nilai harapan Ulangan r-1 Jku Genotipe g-1 JKg KTg Galat r-1g-1 Jke KTe Hasil ANOVA selanjutnya digunakan untuk menduga ragam fenotipik , ragam genetik , ragam lingkungan , dan heritabilitas arti luas . = KTer; = KTg-KTer; = + ; = x 100; dimana = ragam lingkungan; = ragam genetik; = ragam fenotipe; KTg = kuadart tengah genotipe; KTe = kuadrat tengah error; r = ulangan; = heritabilitas arti luas. Pengelompokan nilai heritabilitas menurut Stanfield 1983 adalah tinggi 50 h 2 100, sedang 20 ≤ h 2 ≤ 50, dan rendah h 2 20. Luas sempitnya nilai keragaman genetik suatu karakter dihitung berdasarkan ragam genetik dan standar deviasi ragam genetik menurut rumus berikut: √ { }. Apabila maka keragaman genetik peubah tersebut luas, sedangkan menandakan keragaman genetik sempit Pinaria et al. 1995. Luas sempitnya keragaman fenotipe juga dihitung berdasarkan ragam fenotipe dan standar deviasi ragam fenotipe yang dihitung menggunakan rumus berikut: √ { }.