18 Nilai yang rendah pada hasil pengukuran kekerasan buah menunjukkan
bahwa buah lebih keras sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan bahwa buah tersebut lebih lunak. Hasil penelitian menunjukkan Kudamati-1 dan Ranti
memiliki buah lebih lunak jika dibandingkan Aceh-5 dan Lombok-4. Persilangan antara buah lunak Kudamati-1 Ranti menghasilkan buah yang lunak juga.
Hibrida Aceh-5 Lombok-4 memiliki buah yang keras, sama dengan kedua tetuanya. Persilangan antara buah lunak dengan buah keras Kudamati-1
Aceh-5, Kudamati 1 Lombok-4, Ranti Aceh-5, dan Ranti Lombok-4 menghasilkan hibrida yang buahnya lebih lunak jika dibandingkan dengan salah
satu tetua yang buahnya keras Tabel 7. Tomat diharapkan memiliki buah yang lebih keras sehingga dapat lebih lama disimpan dan tidak mudah rusak selama
ditransportasikan Hazra Dutta 2011.
Padatan terlarut total PTT berpengaruh terhadap rasa. Rasa asam akan berkurang dengan bertambahnya nilai PTT. Tomat diharapkan memiliki rasa yang
tidak terlalu asam atau memiliki padatan terlarut total yang tinggi Saputra 2014. Nilai PTT berada pada kisaran 6-7
Brix dan tidak berbeda antara tetua maupun hibrida. PTT pada tomat dipengaruhi oleh lingkungan maupun faktor genetik.
Intesitas cahaya yang lebih tinggi, penyinaran lebih lama, dan cuaca yang kering saat panen dapat meningkatkan PTT Tigchelaar 1986. Tomat yang buahnya
lebih kecil dan memiliki tipe pertumbuhan indeterminate juga memiliki PTT lebih tinggi Emery Munger 1970.
Kudamati-1 dan Ranti merupakan tetua yang memiliki jumlah rongga lebih banyak jika dibandingkan Aceh-5 dan Lombok-4. Kombinasi persilangan yang
salah satu tetuanya memiliki rongga buah sedikit akan menghasilkan hibrida dengan jumlah rongga yang sedikit. Hal ini dapat dilihat pada Kudamati-1
Aceh-5, Kudamati-1 Lombok-4, Ranti Aceh-5, dan Ranti Lombok-4. Semua kombinasi persilangan tersebut memiliki jumlah rongga buah 2 atau 3
Tabel 7.
Jumlah rongga buah memiliki peran penting dalam menentukan kualitas buah dan berkorelasi positif dengan ukuran buah dan jumlah buah per tanaman
Bhutani Kallo 1991. Genotipe yang memiliki rongga buah banyak, umumnya mengandung banyak air Hazra Dutta 2011. Hal ini dapat dilihat pada
Kudamati-1, Ranti, dan Kudamati-1 Ranti. Tiga genotipe tersebut memilki jumlah rongga buah banyak dan mengandung banyak air karena buahnya lunak
Tabel 7. 4.1.1.1.3 Komponen Hasil
Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki buah lebih panjang jika dibandingkan Kudamati-1 dan Ranti. Persilangan antara Kudamati-1 dengan Ranti dan Aceh-5
dengan Lombok-4 menghasilkan hibrida yang buahnya lebih pendek dari kedua tetuanya. Persilangan antara buah pendek Kudamati-1 dan Ranti dengan buah
panjang Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki buah yang panjangnya berada diantara kedua tetua, tidak lebih panjang atau lebih pendek. Diameter buah tetua berkisar
28.62 – 32.88 mm dan diameter buah hibrida berkisar 26.02 – 31.89 mm. Kisaran
diameter buah antara tetua dan hibrida yang tidak jauh berbeda menunjukkan bahwa diameter buah lebih seragam Tabel 8.
Jumlah buah per tanaman pada tetua berada pada kisaran 10 – 30 dan
jumlah buah per tanaman pada hibrida berada pada kisaran 10 – 24. Semua
19 hibrida memiliki jumlah buah diantara kisaran tetua, tidak ada yang lebih sedikit
atau lebih banyak. Bobot buah per tanaman merupakan salah satu komponen hasil yang akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Kudamati-1 merupakan
tetua yang memiliki bobot buah tertinggi, namun tidak berbeda nyata dengan tiga tetua lainnya Tabel 8.
Kudamati-1 Ranti dan Aceh-5 Lombok-4 merupakan hibrida yang memiliki bobot buah per tanaman paling tinggi jika dibandingkan hibrida lainnya.
Hal tersebut terjadi karena Kudamati-1 Ranti ukuran buahnya lebih kecil namun jumlahnya lebih banyak, sedangkan Aceh-5 Lombok-4 ukuran buahnya
lebih besar namun jumlah buahnya lebih sedikit Tabel 8. Panjang buah, diameter buah, dan jumlah buah merupakan karakter-karakter yang akan berpengaruh
terhadap bobot buah. Panjang dan diameter buah akan menentukan ukuran buah. Bobot buah yang tinggi bisa disebabkan oleh jumlah buah yang lebih banyak
dengan ukuran kecil, jumlah buah lebih sedikit dengan ukuran buah lebih besar, atau jumlah lebih banyak dan ukuran lebih besar.
Tabel 8 Keragaan nilai tengah pada komponen hasil pada tetua dan hibrida tomat di dataran rendah
Genotipe Panjang
buah mm
Diameter buah
mm Jumlah
buah per tanaman
Bobot buah g tan
Kudamati-1 Ranti 22.13
b
31.89 23.67
ab
313.71
ab
Kudamati-1 Aceh-5 25.61
b
28.96 24.55
ab
249.74
abc
Kudamati-1 Lombok-4 27.89
b
29.17 22.66
abc
263.43
abc
Ranti Aceh-5 25.33
b
26.02 10.22
c
89.57
c
Ranti Lombok-4 24.48
b
28.36 18.27
abc
211.76
bc
Aceh-5 Lombok-4 33.21
a
29.39 15.47
bc
304.53
ab
Kudamati-1 22.71
b
32.88 30.07
a
444.55
a
Ranti 23.09
b
32.09 21.56
abc
359.64
ab
Aceh-5 35.23
a
28.62 19.92
abc
277.05
abc
Lombok-4 35.98
a
31.92 10.99
c
249.96
abc
Angka diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5
4.1.1.2 Pendugaan Daya Gabung Umum dan Daya Gabung Khusus
Daya gabung umum DGU terbaik dipilih pada tetua yang memiliki nilai DGU tinggi pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, tebal daging buah,
padatan terlarut total PTT, panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Nilai yang dipilih pada karakter kekerasan
buah dan jumlah rongga buah adalah nilai terkecil karena seleksi kedua karakter tersebut adalah seleksi negatif, yaitu mengurangi kekerasan buah dan jumlah
rongga buah pada genotipe terpilih.
Berdasarkan analisis daya gabung, genotipe Kudamati-1 merupakan penggabung terbaik untuk karakter tinggi tanaman, diameter buah, jumlah buah
per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa Kudamati-1 berpotensi untuk digunakan sebagai tetua dalam perbaikan hasil
Tabel 9; Tabel 10.
20 Genotipe Aceh-5 merupakan tetua terbaik untuk memperlebar diameter
batang, menebalkan daging buah, meningkatkan padatan terlarut total, dan memperpanjang buah. Nilai daya gabung pada karakter tersebut secara berurut
sebesar 0.35, 0.32, 0.23, dan 3.87. Lombok-4 merupakan penggabung terbaik untuk karakter kekerasan buah dengan nilai DGU sebesar -16.54 dan jumlah
rongga buah dengan nilai DGU sebesar -1.64 Tabel 9; Tabel 10.
Hasil analisis DGU menunjukkan bahwa tidak ada tetua yang memiliki daya gabung terbaik untuk semua karakter. Satu tetua dapat memiliki DGU tinggi pada
satu atau beberapa karakter namun juga memiliki DGU rendah pada karakter lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tetua untuk memperbaiki karakter
yang dituju.
Tabel 9 Daya gabung umum karakter vegetatif dan karakter buah tomat pada tetua di dataran rendah
Tetua Tinggi
tanaman cm
Diameter batang
mm Tebal
daging buah
mm Kekerasan
buah mm 50 g 5
s Padatan
terlarut total
Brix Jumlah
rongga buah
Kudamati-1 10.99
-0.03 -0.15
14.69 0.11
1.19 Ranti
7.09 0.32
-0.24 10.58
0.21 1.77
Aceh-5 -6.79
0.35 0.32
-8.73 0.23
-1.33 Lombok-4
-11.29 -0.64
0.07 -16.54
-0.55 -1.64
Tabel 10 Daya gabung umum karakter komponen hasil tomat pada tetua di dataran rendah
Tetua Panjang buah
mm Diameter
buah mm Jumlah buah
per tanaman Bobot buah
g tan Kudamati-1
-1.87 1.82
4.97 55.30
Ranti -2.22
1.11 0.27
6.32 Aceh-5
3.87 -0.37
-0.22 -16.41
Lombok-4 0.21
-2.56 -5.02
-45.20
Tabel 11 dan Tabel 12 menunjukkan nilai daya gabung khusus DGK yang bervariasi pada berbagai karakter dan kombinasi persilangan. Ranti Lombok-4
memiliki DGK terbaik pada tinggi tanaman yaitu sebesar 10.23, diikutti Kudamati-1 Aceh-5 sebesar 7.18. Hibrida yang memilki DGK terendah pada
karakter tinggi tanaman adalah Ranti Aceh-5 dengan nilai DGK sebesar -8.52. Nilai DGK pada karakter diameter batang berada pada kisaran -1.48 sampai 2.13.
Ranti Lombok-4 memiliki DGK terbaik dan Kudamati-1 Lombok-4 memiliki DGK terendah. Hibrida Aceh-5 Lombok-4 memiliki DGK terbaik
untuk karakter tebal buah, diikiti Ranti Lombok-4 dan Kudamati-1 Aceh-5.
Ranti Aceh-5 merupakan hibrida yang memiliki DGK terbaik untuk karakter kekerasan buah dan jumlah rongga buah. Buah yang diharapkan adalah
yang lebih keras dan memilki sedikit rongga biah sehingga pada dua karakter tersebut hibrida yang memiliki nilai DGK terkecil adalah yang terbaik. Karakter
PTT memiliki keragaman DGK pada kisaran -1.92 Kudamati-1 Lombok-4 sampai 1.72 Ranti Lombok-4.
21 Nilai DGK tertinggi adalah yang diharapakan pada karakter panjang buah,
diameter buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Karakter panjang buah memliki DGK pada kisaran -9.36 sampai 4.53 sedangkan pada
karakter diameter buah berada pada kisaran -10.42 sampai 5.29. Persilangan yang memiliki DGK terbaik pada panjang buah dan diameter buah adalah Aceh-5
Lombok-4. Persilangan Ranti Lombok-4 memiliki DGK terbaik untuk karakter jumlah buah per tanaman yaitu sebesar 4.39. Pada karakter bobot buah,
persilangan Aceh-5 Lombok-4 memiliki DGK terbaik dengan nilai 106.86 dan terendah sebesar -159.62 pada persilangan Ranti Aceh-5.
Tabel 11 Daya gabung khusus karakter vegetatif dan karakter buah pada hibrida hasil persilangan setengah dialel di dataran rendah
Kombinasi persilangan
Tinggi tanaman
cm Diameter
batang mm
Tebal daging
buah mm
Kekerasan buah
mm 50 g 5
s Padatan
terlarut total
Brix Jumlah
rongga buah
Kudamati-1 Ranti
-27.79 -0.06
0.07 1.58
0.20 0.76
Kudamati-1 Aceh-5
15.69 0.47
0.32 -3.43
0.55 -0.75
Kudamati-1 Lombok-4
-0.63 -0.86
-0.36 -13.84
-1.18 -1.55
Ranti Aceh-5
1.08 -1.48
-0.97 -20.16
-1.92 -2.27
Ranti Lombok-4
11.76 2.13
0.55 7.99
1.72 -1.05
Aceh-5 Lombok-4
7.42 0.97
0.64 7.49
0.95 1.07
Tabel 12 Daya gabung khusus komponen hasil pada hibrida hasil persilangan setengah dialel di dataran rendah
Kombinasi persilangan Panjang buah
mm Diameter
buah mm
Jumlah buah per tanaman
Bobot buah g tan
Kudamati-1 Ranti 1.62
1.94 -0.31
-7.18 Kudamati-1 Aceh-5
-0.98 0.48
1.08 -48.43
Kudamati-1 Lombok-4 -4.35
-6.84 -3.57
-93.75 Ranti Aceh-5
-9.36 -10.42
-8.56 -159.62
Ranti Lombok-4 1.89
2.79 4.30
-8.64 Aceh-5 Lombok-4
4.53 5.29
1.99 106.86
Nilai daya gabung yang negatif menunjukkan bahwa genotipe-genotipe maupun kombinasi persilangan yang diuji berkontribusi terhadap penurunan
keragaan karakter dan sebaliknya. Seleksi terhadap daya hasil diarahkan pada tetua yang memiliki nilai DGU tinggi dan positif atau hibrida yang memiliki nilai
DGK tinggi dan positif. Sebaliknya, seleksi terhadap kejadian atau serangan penyakit diarahkan pada genotipe yang memiliki nilai daya gabung negatif.
Gen-gen positif pada karakter yang memiliki nilai DGU tinggi akan berkumpul pada generasi lanjut sehingga genotipe tersebut direkomendasikan sebagai tetua
untuk merakit varietas galur murni Sujiprihati et al. 2007; Saputra et al. 2014. Nilai DGU tinggi pada tetua juga mengindikasikan bahwa tetua tersebut mampu
berkombinasi dengan baik dengan tetua lainnya dalam menghasilkan hibrida.
Nilai DGK tinggi umumnya diperoleh dari tetua yang memiliki nilai DGU tinggi Sujiprihati et al. 2007; Iriany et al. 2011. Pada penelitian ini dapat dilihat
22 pada karakter panjang buah. Hibrida yang memiliki panjang buah terbaik berasal
dari persilangan antara Aceh-5 yang memiliki DGU tinggi 3.87 dengan Lombok-4 yang memiliki nilai DGU tinggi juga 0.21.
Hibrida yang memiliki daya gabung khusus terbaik tidak semuanya berasal dari tetua dengan daya gabung umum tinggi Kumar et al. 2015. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa terdapat hibrida yang memilki daya gabung khusus terbaik berasal dari tetua yang memiliki daya gabung umum tinggi pada salah satu
tetuanya. Hal ini dapat dilihat pada persilangan Ranti Lombok-4 yang memiliki daya gabung khusus terbaik pada karakter jumlah buah per tanaman. Kombinasi
persilangan tersebut berasal dari Ranti yang memiliki daya gabung umum tinggi 0.27 dan Lombok-4 yang memiliki daya gabung umum rendah -5.02.
Aceh-5 Lombok-4 juga memiliki daya gabung khusus terbaik pada karakter bobot buah per tanaman. Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki daya gabung
umum bernilai rendah dan negatif yaitu -16.41 dan -45.20 Tabel 10. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Sekhar et al. 2010 dan Saputra et al. 2014 bahwa
nilai DGK tinggi dan positif pada karakter bobot buah per tanaman terdapat pada kombinasi persilangan DGU tinggi DGU rendah dan DGU negatif DGU
negatif. El-Gabry et al. 2014 memaparkan bahwa tidak semua tetua yang memiliki daya gabung umum terbaik akan menghasilkan hibrida dengan nilai
daya gabung khusus tinggi. Iriany et al. 2011, menduga bahwa fenomena ini terjadi akibat gen-gen yang menguntungkan pada suatu genotipe dapat menutupi
gen-gen yang merugikan pada genotipe pasangannya dan mampu bergabung dengan baik.
Kemampuan daya gabung umum dapat digunakan untuk menduga genotipe tetua superior dan daya gabung khusus dapat digunakan untuk mengindentifikasi
persilangan terbaik yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi varietas hibrida Saleem et al. 2008; El-Gabry et al. 2014. Perakitan varietas hibrida lebih
diarahkan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki daya hasil tinggi, dalam hal ini karakter bobot buah per tanaman menjadi karakter penting dalam menentukan
kombinasi yang diharapkan Saputra et al. 2014. Berdasarkan hal tersebut kombinasi persilangan Aceh-5 Lombok-4 dapat diarahkan untuk varietas
hibrida. Kombinasi persilangan tersebut memiliki nilai daya gabung khusus positif dan tinggi untuk karakter panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaan,
dan bobot buah per tanaman Tabel 10. 4.1.1.3 Heterosis dan Heterobeltiosis
Peristiwa heterosis sangat penting dalam perakitan kultivar hibrida karena menjadi indakator diperolehnya hibrida yang lebih baik dari tetuanya. Heterosis
merupakan fenomena biologis yang menunjukkan keunggulan hasil persilangan F
1
atau hibrida melebihi kedua tetuanya. Heterosis dapat terjadi akibat akumulasi gen dominan, overdominan, dan interaksi antar alel berbeda lokus Birchler et.al
2010; Syukur et.al 2012. Menurut Premalatha 2006 hibrida potensial dipilih dengan menggabungkan informasi nilai rata-rata, daya gabung, dan heterosis.
Efek yang timbul dari vigor hibrida heterosis antara lain dapat meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi, selain itu vigor juga
dapat direfleksikan dalam ukuran sel, tinggi tanaman, lebar daun, dan ukuran biji. Heterosis sebagian besar ditunjukkan dalam karakter kuantitatif seperti
23 peningkatan hasil panen. Heterosis dapat pula meningkatkan kemampuan
reproduksi, adaptasi, kecepatan tumbuh, dan perbaikan parameter kualitas Chattopadhyay Paul 2012.
Tabel 13 Heterosis MP dan heterobeltiosis BP karakter vegetatif pada tomat hibrida di dataran rendah
Kombinasi persilangan Tinggi tanaman cm
Diameter batang mm MP
BP MP
BP Kudamati-1 Ranti
3.89 1.76
-0.20 -1.21
Kudamati-1 Aceh-5 13.24
-3.99 4.13
0.84 Kudamati-1 Lombok-4
42.32 6.60
17.23 15.33
Ranti Aceh-5 -10.75
-23.00 -15.53
-17.38 Ranti Lombok-4
11.53 -15.27
16.78 16.05
Aceh-5 Lombok-4 -0.45
-14.60 1.17
2.82
Tabel 14 Heterosis MP dan heterobeltiosis BP karakter buah pada tomat hibrida di dataran rendah
Kombinasi persilangan Tebal daging
buah mm Kekerasan
buah mm 50g 5s
Padatan terlarut total
Brix Jumlah rongga
buah MP
BP MP
BP MP
BP MP
BP Kudamati-1 Ranti
-0.37 -4.13
-5.20 0.43
1.36 1.26
-3.39 7.94
Kudamati-1 Aceh-5 14.11
-9.54 -14.56 21.76 4.80
3.12 -34.21 34.82
Kudamati-1 Lombok-4 35.64
0.43 -0.90 60.01
5.17 4.99
-36.18 35.29 Ranti Aceh-5
-7.86 -24.76 -5.33 25.62
6.49 4.68
-41.70 40.65 Ranti Lombok-4
8.93 -17.21 -2.70 45.61 13.65 13.34
-44.18 39.53 Aceh-5 Lombok-4
5.00 -4.37
-7.41 2.08
0.97 -0.48
-7.07 -4.96
Tabel 15 Heterosis MP dan heterobeltiosis BP komponen hasil pada tomat hibrida di dataran rendah
Kombinasi persilangan Panjang buah
mm Diameter buah
mm Jumlah buah
per tanaman Bobot buah
g tan MP
BP MP
BP MP
BP MP
BP Kudamati-1Ranti
-3.37 -4.15
-1.82 -3.00
-1.76 -21.29
-21.98 -63.57
Kudamati-1Aceh-5 -11.61
-27.31 -5.81
-11.91 -3.89
-18.34 -30.78
-71.00 Kudamati-1Lombok-4
-4.97 -22.49
-9.97 -11.28
10.40 -24.62
-24.14 -69.41
RantiAceh-5 -13.12
-28.10 -14.27
-18.90 -50.75
-52.59 -71.87
-75.10 RantiLombok-4
-17.12 -31.97
-11.40 -11.63
12.29 -15.23
-30.53 -41.12
Aceh-5Lombok-4 -6.74
-7.71 -2.91
-7.93 0.12
-26.42 15.57
9.92
Nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi pada karakter tinggi tanaman terdapat pada persilangan Kudamati-1 Lombok-4 42.33; 6.60. Nilai
heterosis tertinggi
pada karakter
diameter batang
dimiliki oleh
Kudamati1 Lombok-4 17.23, sedangkan heterobeltiosis tertinggi dimiliki oleh Ranti Lombok-4 16.05 Tabel 13.
24 Karakter tebal daging buah memiliki nilai duga heterosis -6.41-12.71 dan
nilai duga heterobeltiosis berkisar -19.91-3.96. heterosis terbesar dimiliki oleh Kudamati-1 Lombok-4 sedangkan heterobeltiosis terbesar dimiliki
Aceh-5 Lombok-4. Kudamati-1 Aceh-5 memiliki heterosis terbaik pada karakter keerasan buah sedangkan heerobeltiosis terbaik dimiliki oleh Kudamati-1
Ranti. Persilangan Ranti Lombok-4 memiliki nilai heterosis sebesar 13.65 dan heterobeltiosis sebesar 13.34 untuk karakter padatan terlarut total.
Ranti Lombok-4 memiliki nilai heterosis sebesar -44.18 dan Aceh-5 Lombok-4 memiliki nilai heterobeltiosis sebesar -4.96 untuk karakter
jumlah rongga buah Tabel 14.
Karakter panjang buah dan diameter buah memilki nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif untuk semua persilangan. Hal ini menunjukkan bahwa
hibrida yang dihasilkan memiliki ukuran buah lebih kecil dari rataan tetua maupun tetua terbaik. Hibrida hasil persilangan memiliki jumlah lebih banyak
dari rataan tetua namun tidak melebihi tetua yang memiliki jumlah buah terbanyak. Hal ini dapat dilihat dari nilai duga heterosis dan heterobeltiosis. Pada
karakter jumlah buah hanya persilangan Ranti Lombok-4, Kudamati-1 Lombok-4, dan Aceh-5 Lombok-4 yang memiliki nilai heterosis positif
sedangkan semua kombinasi persilangan lain memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif. Heterosis dan heterobeltiosis positif pada karakter bobot
buah hanya dimiliki Aceh-5 Lombok-4 Tabel 13; Tabel 14.
Nilai heterosis dan heterosis pada tanaman tomat umumnya rendah, namun dapat digunakan untuk memperoleh tanaman genjah, memperbaiki vigor dan
mempercepat pengembangan varietas dengan kombinasi karakter yang diinginkan Wahyuni 2014. Perakitan varietas hibrida sering memanfaatkan fenomena
heterosis dan heterobeltiosis, namun keragaan tanaman juga menjadi faktor penting dalam menilai keunggulan hibrida sehingga, meskipun hibrida memiliki
heterosis dan heterobeltiosis terbaik tetapi tidak memiliki keragaan yang terbaik maka hibrida tersebut sulit dimanfaatkan sebagai varietas hibrida Saputra 2014.
Aceh-5 Lombok-4 merupakan hibrida yang memiliki keragaan terbaik serta memilki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi untuk karakter bobot buah
jika dibandingkan hibrida lainnya Tabel 8; Tabel 15. Hal ini menunjukkan bahwa Aceh-5 Lombok-4 dapat dikembangkan lebih lanjut untuk varietas
hibrida berdaya hasil tinggi di dataran rendah. 4.1.1.4 Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas
Hasil analisis yang menunjukkan pengaruh ragam DGU dan DGK pada karakter pengamatan disajikan dalam Tabel 16 dan Tabel 17. Daya gabung umum
pada karakter tinggi tanaman, kekerasan buah, dan jumlah buah per tanaman beragam, sedangkan daya gabung khususnya tidak beragam. Karakter diameter
batang, tebal daging buah, padatan terlarut total, panjang buah, diameter buah, dan bobot buah memiliki daya gabung umum dan daya gabung khusus yang tidak
beragam. Karakter yang memiliki keragaman pada daya gabung umum dan daya gabung khusus adalah jumlah rongga buah.
Daya gabung umum DGU dan daya gabung khusus DGK yang tidak nyata untuk sebagian besar karakter menunjukkan bahwa daya gabung yang
dimiliki tetua atau hibrida tidak beragam. Nilai kuadrat tengah DGU dan DGK
25 dapat digunakan untuk menduga ragam DGU
σ dan ragam DGK
σ yang selanjutnya digunakan untuk menduga ragam aditif dan ragam dominan
Singh Chaudhary 1979. Tabel 16 Analisis ragam persilangan setengah dialel empat genotipe tomat di
dataran rendah
Sumber keragaman
db Kuadrat tengah
Tinggi tanaman
cm Diameter
batang mm
Tebal daging
buah mm
Kekerasan buah
Padatan terlarut
total Brix
Jumlah rongga
buah DGU
3 876.37 1.26
tn
22.49
tn
1354.62 0.81
tn
18.04 DGK
6 48.83
tn
1.67
tn
35.65
tn
147.89
tn
1.65
tn
2.45 Galat
18 117.61 1.69
23.18 113.47
1.43 0.21
= berpengaruh nyata pada α = 5, = berpengaruh sangat nyata pada α = 1, dan tn = tidak
berpengaruh nyata
Tabel 17 Analisis ragam persilangan setengah dialel empat genotipe tomat di dataran rendah
Sumber keragaman
db Kuadrat tengah
Panjang buah mm
Diameter buah mm
Jumlah buah per
tanaman Bobot buah
g tan DGU
3 46.80
tn
22.49
tn
100.13 10820.22
tn
DGK 6
25.94
tn
35.65
tn
21.03
tn
10666.06
tn
Galat 18
21.15 23.18
15.95 3969.27
= berpengaruh nyata pada α = 5, = berpengaruh sangat nyata pada α = 1, dan tn = tidak
berpengaruh nyata
Keragaman akibat gen non aditif, terutama aksi gen dominan dalam mengendalikan suatu karakter sangat dibutuhkan untuk merakit varietas hibrida
Pradhan et al. 2016. Nilai ragam daya gabung umum σ
yang lebih tinggi daripada nilai ragam daya gabung khusus
σ , rasio
σ σ
lebih besar dari satu, dan ragam aditif
lebih besar dibandingkan ragam dominan menunjukkan bahwa gen aditif lebih berperan dalam menentukan keragaan
fenotipiknya. Apabila nilai ragam daya gabung umum σ
yang lebih rendah daripada nilai ragam daya gabung khusus
σ , rasio
σ σ
lebih kecil dari satu, dan ragam dominan
lebih besar dibandingkan ragam aditif maka keragaan fenotipiknya lebih dipengaruhi oleh gen non-aditif seperti
dominan dan epistasis Rini 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman, kekerasan buah,
jumlah rongga buah, dan jumlah buah per tanaman lebih dipengaruhi oleh gen aditif. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
σ yang lebih tinggi daripada nilai
ragam daya gabung khusus σ
, rasio σ
σ lebih besar dari satu, dan
ragam dominan lebih kecil dibandingkan ragam aditif
. Diameter batang, tebal daging buah, padatan terlarut total, panjang buah, diameter buah, dan bobot
buah lebih banyak dipengaruhi oleh gen non aditif dibandingkan gen aditif. Hal
26 tersebut dapat dilihat dari nilai
σ yang lebih rendah daripada nilai ragam
daya gabung khusus σ
, rasio σ
σ lebih kecil dari satu, dan ragam
aditif lebih kecil dibandingkan ragam dominan
Tabel 18; Tabel 19. Aksi gen yang terlibat dapat terlihat dari derajat dominansi. Derajat
dominansi yang berada pada kisaran 0 dan 1 menunjukkan bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna, jika derajat
dominansi berada pada kisaran -1 dan 0 menunjukkan bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen dominan negatif tidak sempurna, jika derajat
dominansi = 0 menunjukkan tidak ada dominansi pada karakter tersebut, jika derajat dominansi = 1 atau = -1 menunjukkan bahwa karakter tersebut
dikendalikan oleh aksi gen dominan sempurna atau resesif sempurna, dan jika derajat dominansi -1 atau derajat dominansi 1 menunjukkan karakter tersebut
dikendalikan oleh aksi gen over dominan Petr Frey 1966. Tabel 18 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas genotipe-genotipe tomat
hasil persilangan setengah dialel di dataran rendah
Komponen ragam Tinggi
tanaman cm
Diameter batang
mm Tebal
daging buah
mm Kekerasan
buah Padatan
terlarut total
Brix Jumlah
rongga 237.47
1.53 0.24
550.13 1.50
6.26 202.51
1.31 0.20
469.16 1.17
5.34 Kriteria
Luas Luas
Luas Luas
Luas Luas
209.77 1.09
0.17 436.66
0.06 6.23
203.35 1.34
0.21 475.22
1.52 5.34
Kriteria Luas
sempit sempit
sempit Sempit
Luas 72.08
-0.07 0.00
201.12 -0.14
2.599 38.44
-0.02 0.03
34.42 0.22
2.245 Rasio ragam
1.88 3.18
0.14 5.84
-0.64 1.16
Ragam aditif 144.17
|-0.14| 0.01
402.24 |-0.28|
5.198 Ragam dominan
38.44 |-0.02|
0.03 34.42
0.22 2.245
Derajat dominansi
12
0.52 0.40
1.87 0.29
0.89 0.66
Heritabilitas arti luas
0.88 0.71
0.72 0.79
0.04 1.00
Heritabilitas arti sempit
0.61 0.00
0.03 0.73
0.00 0.83
Berdasarkan Tabel 18 dan Tabel 19 dapat diketahui bahwa tinggi tanaman, diameter batang, kekerasan buah, padatan terlarut total, panjang buah dan jumlah
buah per tanaman dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna karena memilki nilai derajat dominansi diantara 0 dan 1. Tebal daging buah,
diameter buah, dan bobot buah dikendalikan oleh aksi gen over dominan yang ditandai dengan derajat dominansi 1.
Pengaruh gen dominan yang tidak sempurna pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, kekerasan buah, padatan terlarut total, panjang buah dan jumlah
27 buah per tanaman menunjukkan bahwa masih ada gen aditif yang terlibat dalam
mengendalikan karakter tersebut. Diameter buah dan bobot buah per tanaman merupakan beberapa komponen hasil yang berpengaruh terhadap produktivitas
sehingga aksi gen over dominan pada karakter tersebut memberi peluang pada kombinasi persilangan yang ada untuk dikembangkan menjadi hibrida berdaya
hasil tinggi.
Tabel 19 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas genotipe-genotipe tomat hasil persilangan setengah dialel di dataran rendah
Komponen ragam Panjang
buah mm
Diameter buah
mm Jumlah
buah per tanaman
Bobot buah g tan
24.21 31.26
35.89 8790.14
20.65 26.66
30.61 7496.26
Kriteria Luas
Luas Luas
Luas 21.56
8.08 23.52
5203.59 20.72
30.82 31.70
7868.35 Kriteria
luas sempit
Sempit sempit
3.48 -2.19
13.18 25.69
4.79 12.47
5.08 6696.79
Rasio ragam 0.73
-0.18 2.60
0.00 Ragam aditif
6.95 |-4.39|
26.37 51.39
Ragam dominan 4.79
12.47 5.08
6696.79 Derajat dominansi
12
0.83 1.69
0.44 11.42
Heritabilitas arti luas 0.89
0.26 0.66
0.59 Heritabilitas arti sempit
0.29 0.14
0.73 0.01
Heritabilitas merupakan proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat menurun Poespodarsono 1988. Berdasarkan komponen ragam genetik,
heritabilitas dibagi menjadi dua dua yaitu heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas memepertimbangkan keragaman total genetik
dalam kaitannya dengan keragaman fenotipik yang berarti pengaruh semua gen dilibatkan secara bersama-sama, sedangkan heritabilitas arti sempit lebih spesifik
yaitu melihat pengaruh ragam aditif terhadap keragaman fenotipiknya Poehlman Sleeper 1979; Poespodarsono 1988
Berdasarkan Stansfield 1983, nilai heritabilitas dikelompokkan menjadi tiga kriteria yaitu tinggi 0.5X≤1, sedang 0.2X≤0.5, dan rendah 0X≤0.2.
Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotipe disebabkan lingkungan sedangkan heritabilitas dengan nilai 1 berari keragaman fenotipe
hanya disebabkan oleh genotipe. Pengelompokan ini juga digunakan dalam beberapa penelitian tentang tomat Seed et al. 2007; Islam et al. 2012; Reddy et
al. 2013; Wahyuni et al. 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritailitas arti luas berada pada kisaran 0.26
–
1
sedangkan heritabilitas arti sempit berada pada kisaran 0.01-0.85 Tabel 18; Tabel 19. Heritabilitas arti luas
pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, tebal daging buah, kekerasan buah, jumlah rongga buah, panjang buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot
buah per tanaman termasuk dalam kriteria tinggi. Perbaikan karakter pada
28 pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan melakukan seleksi pada karakter-
karakter yang memiliki nilai duga heritabilitas tinggi Vidya et al. 2002; Handayani Hidayat 2012; Novita et al. 2014.
Heritabilitas arti sempit cenderung lebih rendah daripada heritabilitas arti luas. Salah satu contohnya pada karakter bobot buah per tanaman. Karakter
tersebut memiliki heritabilitas arti luas dalam kriteria luas dan menurun menjadi kriteria rendah pada heritabilitas arti sempit. Karakter-karakter yang lebih
dipengaruhi gen aditif
tinggi memiliki kriteria heritabilitas arti luas dan arti sempit sama yaitu tinggi. Hal ini terjadi pada karakter kekerasan buah, jumlah
rongga buah, dan jumlah buah per tanaman Tabel 18; Tabel 19. Nilai heritabilitas arti sempit yang rendah sampai sedang menunjukkan bahwa gen-gen
non aditif lebih banyak berpengaruh terhadap fenotipe tanamana dibandingkan gen-gen aditif.
4.1.2 Analisis Genetik pada Populasi Tomat Hibrida di Dataran Tinggi 4.1.2.1 Keragaan Nilai Tengah Karakter Agronomi pada Hibrida dan Tetua
di Dataran Tinggi
Hasil analisis ragam pada karakter-karakter yang diamati di dataran tinggi disajikan dalam Tabel 20. Semua karakter yang diamati memiliki keragaman,
kecuali pada jumlah buah per tanaman. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman, tebal buah, kekerasan buah, jumlah rongga buah, panjang buah, diameter buah, dan bobot buah per tanaman.
Tabel 20 Rekapitulasi pengaruh genotipe terhadap karakter agronomi pada tetua dan hibrida tomat di dataran tinggi
Karakter Kuadarat tengah
F-Value Genotipe
Galat Tinggi tanaman
758.25 38.02
19.94 Diameter batang
6.29 21.60
3.21 Tebal buah
2.819 0.15
18.47 Kekerasan buah
4565.30 537.06
28.88 Padatan terlaut total
7.21 1.38
3.12 Jumlah rongga buah
23.28 1.01
32.36 Panjang buah
273.11 4.45
61.34 Diameter buah
22.229 3.79
5.86 Jumlah buah
454.95 197.21
2.31
tn
Bobot buah 595658.4
79928.26 7.45
= berpengaruh nyata pada α = 5 dan = berpengaruh sangat nyata pada α = 1
4.1.2.1.1 Tinggi Tanaman dan Diameter Batang
Kudamati-1 dan Ranti merupakan tetua yang memiliki keragaan tanaman lebih tinggi jika dibandingkan Aceh-5 dan Lombok 4. Kudamati-1 Aceh-5,
Kudamati-1 Lombok-4, dan Ranti Lombok-4 merupakan hibrida yang memiliki
keragaan tanaman
paling tinggi
di antara
hibrida lain.
29 Kudamati-1 Ranti, Ranti Aceh-5, dan Aceh-5 Lombok-4 merupakan
kombinasi persilangan yang tinggi tanamannya tidak berbeda dengan tinggi tanaman kedua tetuanya Tabel 21.
Ranti, Aceh-5, dan Lombok-4 meupakan tetua yang memiliki diameter batang lebih lebar jika dibandingkan Kudamati-1 sedangkan sebagian kombinasi
persilangannya memiliki diameter batang yang tidak berbeda dengan kedua tetuanya. Hal ini dapat terlihat pada Kudamati-1 Ranti, Kudamati-1 Aceh-5,
Ranti Lombok-4, dan Aceh-5 Lombok-4 Tabel 21.
Tabel 21 Keragaan nilai tengah pada karakter tinggi tanaman dan diameter batang pada tetua dan hibrida tomat di dataran tinggi
Genotipe Tinggi tanaman cm Diameter batang mm
Kudamati-1 Ranti 65.52
bc
9.76
abc
Kudamati-1 Aceh-5 88.71
a
9.58
abc
Kudamati-1 Lombok-4 97.28
a
9.21
bc
Ranti Aceh-5 60.66
cd
10.16
a
Ranti Lombok-4 101.41
a
9.82
abc
Aceh-5 Lombok-4 62.84
bcd
9.92
ab
Kudamati-1 75.03
b
9.14
c
Ranti 73.99
bc
10.10
a
Aceh-5 62.00b
cd
10.00
a
Lombok-4 51.24
d
9.91
ab
Angka diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5
4.1.2.1.2 Karakter Buah
Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki daging buah paling tebal dan tidak berbeda dengan Kudamati-1 Aceh-5, Kudamati-1 Lombok-4, Ranti Lombok-4,
dan Aceh-5 Lombok-4. Tomat yang ditanam di dataran tinggi memiliki daging buah lebih tebal jika dibandingkan dengan tomat yang ditanam di dataran rendah.
Hal ini dapat dilikhat pada Aceh-5 Lombok-4, di dataran rendah hibrida tersebut memiliki daging buah dengan tebal 3.65 mm Tabel 7, sedangkan di
dataran tinggi ketebalannya mencapai 5.25 mm Tabel 22.
Aceh-5, Lombok-4 dan persilangan keduanya Aceh-5 Lombok-4 memiliki buah yang paling keras, sedangkan genotipe lainnya buahnya lebih
lunak. Persilangan antara tetua yang memiliki buah lunak akan menghasilkan hibrida yang memiliki buah lunak juga. Hal ini terjadi pada persilangan
Kudamati-1 dengan Ranti Tabel 22. Tomat diharapkan memiliki buah lebih keras sehingga dapat lebih lama disimpan Saputra 2014.
Padatan terlarut total merupakan karakter yang digunakan dalam menentukan rasa. Rasa asam akan semakin berkurang dengan bertambahnya nilai
PTT. Niilai PTT berada pada kisaran 3 – 5.27
Brix. Kudamati-1 Ranti memiliki nilai PTT tertinggi dan tidak berbeda dengan Kudamati-1 Aceh-5,
Kudamati-1 Lombok-4, Ranti Lombok-4, serta Aceh-5 Lombok-4. Tomat yang ditanam di dataran tinggi memiliki nilai PTT lebih rendah jika dibandingkan
tomat yang ditanam di dataran rendah. Nilai PTT di dataran rendah mencapai 7
Brix, sedangkan di dataran tinggi hanya mencapai 5 Brix Tabel 7; Tabel 22.
30 Tetua yang memiliki rongga buah sedikit adalah Aceh-5 dan Lombok-4 dan
persilangan antar keduanya maupun kombinasi persilangan yang menggunakan Aceh-5 atau Lombok-4 akan memiliki jumlah rongga buah sedikit Tabel 22.
Tomat yang memiliki rongga buah banyak, seperti Kudamati-1, Ranti, dan Kudamati-1 Ranti, akan tetap memiliki jumlah rongga lebih banyak saat
ditanam di dataran rendah atau dataran tinggi Tabel 7; Tabel 22.
Tabel 22 Keragaan nilai tengah pada karakter buah pada tetua dan hibrida tomat di dataran tinggi
Genotipe Tebal
daging buah mm
Kekerasan buah mm
50g 5s Padatan
terlarut total
Brix Jumlah
rongga buah
Kudamati-1 Ranti 3.14
c
111.44
a
5.27
a
7.90
a
Kudamati-1 Aceh-5 5.10
ab
78.86
b
4.24
ab
3.54
b
Kudamati-1 Lombok-4 4.54
b
86.09
b
4.72
ab
3.40
b
Ranti Aceh-5 3.67
c
118.16
a
4.00
bc
3.80
b
Ranti Lombok-4 4.73
b
85.22
b
5.08
ab
3.63
b
Aceh-5 Lombok-4 5.25
ab
47.10
c
4.22
ab
2.46
b
Kudamati-1 3.05
c
118.41
a
5.06
ab
6.99
a
Ranti 2.95
c
121.57
a
4.38
ab
8.48
a
Aceh-5 5.93
a
44.33
c
3.00
c
3.00
b
Lombok-4 5.44
ab
38.33
c
4.41
ab
2.30
b
Angka diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5
4.1.2.1.3 Komponen Hasil
Buah Aceh-5 dan Lombok-4 lebih panjang jika dibandingkan Kudamati-1 dan Ranti. Semua kombinasi persilangan antara buah pendek dengan buah
panjang menghasilkan hibrida yang memiliki buah lebih panjang daripada tetua betina Kudamati-1 Aceh-5, Kudamati-1 Lombok-4, Ranti Aceh-5, dan
Ranti Lombok-4
.
Persilangan antar tetua yang memiliki buah pendek Kudamati-1 Ranti, buahnya juga pendek dan tidak berbeda dengan kedua
tetuanya Tabel 23. Tabel 23 menyajikan keragaan nilai tengah komponen hasil yang terdiri atas
panjang buah diameter buah, jumlah buah, dan bobot buah. Diameter buah berada pada kisaran 40.55
– 49.69 mm. Diameter buah Aceh-5 dan Lombok-4 lebih lebar jika dibandingkan dengan Kudamati-1 dan Ranti. Tomat yang ditanam didataran
tinggi memiliki buah lebih panjang dan lebih lebar jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah Tabel 8; Tabel 23.
Jumlah buah per tanaman berada pada kisaran 18-59 sedangkan bobot buah berada pada kisaran 474 - 2 800 g tan. Aceh-5 memiliki bobot buah tertinggi
diantara tetua maupun hibrida sedangkan Kudamati-1 Lombok-4, Ranti Lombok-4, Aceh-5 Lombok-4, Ranti, dan Lombok-4 memiliki bobot buah
yang tidak berbeda Tabel 23. Tomat di dataran tinggi memiliki jumlah lebih banyak dan bobot buah per tanaman lebih tinggi jika dibandingkan tomat yang
ditanam di dataran rendah Tabel 8; Tabel 23. Hal ini menunjukkan bahwa, tomat
31 yang ditanam di dataran tinggi akan memiliki produksi lebih tinggi, sedangkan
tomat yang ditanam di dataran rendah produksinya akan lebih rendah. Tabel 23 Keragaan nilai tengah pada komponen hasil pada tetua dan hibrida
tomat di dataran tinggi Genotipe
Panjang buah
mm Diameter
buah mm
Jumlah buah
Bobot buah g tan
Kudamati-1 Ranti 24.44
e
41.92
cd
29.59 452.2
c
Kudamati-1 Aceh-5 38.15
c
46.55
ab
29.48 884.0
bc
Kudamati-1 Lombok-4 32.78
d
39.09
d
60.29 1237.3
b
Ranti Aceh-5 33.32
d
40.55
d
19.25 475.0
c
Ranti Lombok-4 35.45
cd
42.85
bcd
29.22 762.2
bc
Aceh-5 Lombok-4 47.09
b
43.21
bcd
42.99 1071.5
bc
Kudamati-1 25.18
e
39.30
d
32.39 569.7
c
Ranti 24.76
e
43.69
bcd
34.98 639.9
bc
Aceh-5 54.00
a
49.69
a
59.00 2800.0
a
Lombok-4 54.06
a
46.14
abc
18.43 690.0
bc
Angka diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5
Bobot buah per tanaman memiliki korelasi positif dengan panjang buah, diameter buah, ukuran buah, bobot per buah dan jumlah buah per tanaman
Golani et al. 2007; Saputra 2014. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa, untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan meningkatakan
panjang, diameter, ukuran, dan jumlah buah.
4.1.2.2 Pendugaan Daya Gabung Umum dan Daya Gabung Khusus
Kudamati-1 memiliki daya gabung umum tertinggi untuk karakter tinggi tanaman sehingga dapat dijadikan penggabung untuk memeperoleh keturunan
yang tanamannya lebih tinggi. Aceh-5 memiliki DGU terendah sehingga dapat digunakan sebagai penggabung untuk menghasilkan keturunana dengan tanaman
lebih pendek. Diameter batang pada tomat diharapkan lebih besar sehingga lebih kokoh dan tidak mudah roboh. Lombok-4 memiliki nilai daya gabung umum
positif pada karakter diameter batang sehingga genotipe tersebut merupakan penggabung terbaik untuk karakter diameter batang Tabel 24.
Lombok-4 merupakan penggabung terbaik untuk tebal daging dan padatan terlarut total karena memiliki nilai daya gabung umum positif dan tinggi untuk
karakter tersebut. Jumlah rongga yang diinginkan konsumen adalah tidak terlalu banyak sehingga dibutuhkan tetua yang memiliki nilai daya gabung umum negatif
pada karakter tersebut. Aceh-5 dan Lombok-4 merupakan tetua yang dapat dijadikan penggabung untuk memperoleh keturunan yang memiliki rongga buah
lebih sedikit. Aceh-5 dan Lombok-4 merupakan tetua yang memiliki nilai daya gabung umum negatif dan kecil untuk karakter kekerasan buah sehingga genotipe
tersebut merupakan penggabung terbaik untuk mendapatkan buah yang lebih keras Tabel 24.
32
Tabel 24 Daya gabung umum karakter vegetatif dan karakter buah tomat pada tomat di dataran tinggi
Tetua Tinggi
tanaman cm
Diameter batang
mm Tebal
daging buah
mm Kekerasan
buah Padatan
terlarut total
Brix Jumlah
rongga buah
Kudamati-1 12.19
0.79 0.18
24.84 0.87
1.45 Ranti
1.11 0.18
-0.47 19.16
0.22 1.61
Aceh-5 -19.23
-2.09 -0.38
-28.22 -1.22
-1.81 Lombok-4
5.93 1.12
0.66 -15.78
0.13 -1.26
Tabel 25 Daya gabung umum karakter komponen hasil tomat pada tetua di dataran tinggi
Tetua Panjang buah
mm Diameter
buah mm Jumlah buah
per tanaman Bobot buah
g tan
Kudamati-1 -0.13
4.57 5.40
2.27 Ranti
-4.33 1.16
-2.76 -174.45
Aceh-5 -2.36
-7.05 -5.58
46.87 Lombok-4
6.82 1.32
2.94 125.30
Gen-gen positif pada karakter yang memiliki nilai daya gabung umum tinggi akan berkumpul pada generasi lanjut sehingga genotipe tersebut
direkomendasikan sebagai tetua untuk merakit varietas galur murni Sujiprihati et al. 2007; Saputra et al. 2014. Nilai daya gabung umum yang tinggi
pada tetua juga mengindikasikan bahwa tetua tersebut mampu berkombinasi dengan baik dengan tetua lainnya dalam menghasilkan hibrida.
Lombok-4 memiliki nilai daya gabung umum tertinggi untuk karakter panjang buah dan bobot buah sedangkan Kudamati-1 untuk karakter diameter
buah dan jumlah buah per tanaman Tabel 25. Tetua-tetua tersebut dapat digunakan untuk merakit galur murni yang memiliki buah lebih panjang, diameter
lebih lebar, jumlah buah per tanaman lebih banyak atau bobot buah lebih tinggi. Tomat diharapkan memiliki buah lebih keras dan rongga buah lebih sedikit,
sehingga dibutuhkan tetua yang memilki nilai DGU negatif untuk karakter tersebut. Aceh-5 dan Lombok-4 memiliki DGU negatif untuk karakter tersebut,
sehingga dapat digunakan sebagai tetua untuk merakit varietas galur murni yang memiliki buah lebih keras dan jumlah rongga buah yang sedikit Tabel 25.
Pendugaan daya gabung khusus disajikan dalam Tabel 26 dan Tabel 27. Daya gabung khusus pada karakter tinggi tanaman berkisar -27.37 sampai 30.06
sedangkan pada diameter batang berkisar -3.12 sampai 2.48. Daya gabung khusus tertinggi pada tinggi tanaman dan diameter batang berturut-turut dimiliki oleh
Kudamati-1 Aceh-5 dan Aceh-5 Lombok-4
.
Daya gabung terbaik pada karakter tebal daging buah, kekerasan buah, padatan terlarut total, dan jumlah
rongga buah dimiliki oleh hibrida yang berbeda. Secara berurut, hibrida yang memiliki daya gabung khusus terbaik pada karakter tersebut adalah
Kudamati-1 Aceh-5, Ranti Aceh-5, Aceh-5 Lombok-4, dan Ranti Aceh-5.
33 Tabel 26 Daya gabung khusus karakter vegetatif dan karakter buah pada hibrida
hasil persilangan setengah dialel di dataran tinggi
Kombinasi persilangan Tinggi
tanaman cm
Diameter batang
mm Tebal
daging buah
mm Kekerasan
buah Padatan
terlarut total
Brix Jumlah
rongga buah
Kudamati-1 Ranti -13.47
0.37 -0.13
-5.40 0.36
0.82 Kudamati-1 Aceh-5
30.06 2.46
1.74 9.40
0.77 -0.12
Kudamati-1 Lombok-4 13.48
-1.11 0.13
4.20 -0.11
-0.82 Ranti Aceh-5
-27.36 -3.12
-1.50 -24.40
-1.49 -2.56
Ranti Lombok-4 28.68
0.11 0.98
9.00 0.91
-0.74 Aceh-5 Lombok-4
10.45 2.48
1.41 18.26
1.49 1.51
Panjang buah, diameter buah, jumlah buah, dan bobot buah merupakan karakter-karakter yang akan berpengaruh terhadap hasil sehingga harus memiliki
nilai daya gabung posistif. Nilai daya gabung khusus tertinggi pada panjang buah dimiliki oleh Aceh-5 Lombok-4 dan pada diameter buah dimilliki
Kudamati-1 Aceh-5.
Kudamati-1 Lombok-4 dan Aceh-5 Lombok-4 memiliki daya gabung khusus terbaik untuk jumlah buah dan bobot buah.
Daya gabung khusus merupakan salah satu parameter untuk menentukan hibrida terbaik El-Gabry et al. 2014. Nilai DGK tinggi dapat diperoleh apabila
salah satu tetua memiliki DGU tinggi dan tetua lainnya memiliki DGU rendah Hannan et al. 2007a. Hal ini dapat dilihat pada Kudamati-1 Lombok-4 dan
Aceh-5 Lombok-4. Lombok-4 merupakan penggabung terbaik untuk karakter bobot buah per tanaman Tabel 25 dan hibridanya Kudamati-1 Lombok-4 dan
Aceh-5 Lombok-4 memiliki nilai daya gabung khusus tinggi Tabel 27. Hasil penelitian Louis et al. 2016, juga menunjukkan hal yang sama untuk karakter
jumlah buah per tanaman pada tomat.
Tabel 27 Daya gabung khusus komponen hasil pada hibrida hasil persilangan setengah dialel di dataran tinggi
Kombinasi persilangan
Panjang buah mm
Diameter buah mm
Jumlah buah per
tanaman Bobot buah
g tan Kudamati-1 Ranti
-0.40 0.45
-3.40 -115.46
Kudamati-1 Aceh-5
11.34 13.29
-0.68 94.96
Kudamati-1 Lombok-4
-3.20 -2.55
21.60 369.92
Ranti Aceh-5
-11.51 -16.34
-15.59 -453.95
Ranti Lombok-4
3.67 4.62
-1.31 71.48
Aceh-5 Lombok-4
13.33 13.20
15.29 159.52
4.1.2.3 Heterosis dan Heterobeltiosis
Nilai heterosis dan heterobeltiosis sangat dibutuhkan untuk menenetukan hibrida terbaik. Kedua nilai tersebut dapat digunakan untuk melihat keragaan
hibrida yang lebih baik dari tetuanya. Nilai heterosis terbaik untuk tinggi tanaman dimiliki oleh Kudamati-1 Aceh-5 dan yang melebihi tinggi tetua terbaik adalah
34 Kudamati-1 Lombok-4. Ranti Aceh-5 merupakan hibrida yang memiliki
heterosis dan heterobeltiosis tertinggi untuk diameter batang Tabel 28.
Tabel 28 Heterosis MP dan heterobeltiosis BP karakter vegetatif pada tomat hibrida di dataran tinggi
Kombinasi persilangan Tinggi tanaman cm
Diameter batang mm MP
BP MP
BP Kudamati-1 Ranti
1.02 -12.67
1.52 -3.30
Kudamati-1 Aceh-5 4.63
18.23 0.17
-4.13 Kudamati-1 Lombok-4
-8.50 29.66
-3.30 -7.08
Ranti Aceh-5 -13.16
-18.01 1.16
1.67 Ranti Lombok-4
-4.61 37.07
-1.81 -2.71
Aceh-5 Lombok-4 -9.81
1.36 -0.31
-0.73 Tabel 29 Heterosis MP dan heterobeltiosis BP karakter buah pada tomat
hibrida di dataran tinggi
Kombinasi persilangan
Tebal daging buah mm
Kekerasan buah Padatan
terlarut total Brix
Jumlah rongga buah
MP BP
MP BP
MP BP
MP BP
Kudamati-1 Ranti 4.66
2.94 -7.13
-5.89 11.78
4.26 2.10
12.99 Kudamati-1 Aceh-5
13.61 -13.92
-3.08 77.90
5.23 -16.21
-28.98 18.27
Kudamati-1 Lombok-4 6.81
-16.59 9.85
124.60 -0.40
-6.76 -26.82
47.83 Ranti Aceh-5
-17.44 -38.15
42.45 166.54
8.38 -8.71
-33.82 26.67
Ranti Lombok-4 12.85
-12.92 6.59
122.32 15.55
16.02 -32.61
57.97 Aceh-5 Lombok-4
-7.70 -11.52
13.97 22.89
13.98 -4.30
-6.92 7.25
Tabel 30 Heterosis MP dan heterobeltiosis BP komponen hasil pada tomat hibrida di dataran tinggi
Kombinasi persilangan Panjang buah
mm Diameter buah
mm Jumlah buah
per tanaman Bobot buah
g tan MP
BP MP
BP MP
BP MP
BP Kudamati-1 Ranti
-2.12 -2.93
1.02 -4.05
-12.15 -15.40
-25.23 -29.33
Kudamati-1 Aceh-5 -3.64
-29.36 4.63
-6.31 -35.49
-50.04 -47.53
-68.43 Kudamati-1 Lombok-4
-17.25 -39.35
-8.50 -15.28
137.27 86.16
96.45 79.33
Ranti Aceh-5 -15.39
-38.29 -13.16
-18.40 -59.03
-67.37 -72.38
-83.04 Ranti Lombok-4
-10.04 -34.41
-4.61 -7.14
9.41 -16.46
14.62 10.46
Aceh-5 Lombok-4 -12.85
-12.90 -9.81
-13.03 11.03
-27.14 -38.59
-61.73
Hibrida Kudamati-1 Aceh-5 memiliki nilai heterosis tertinggi dan Kudamati-1 Ranti memiliki heterobeltiosis tertinggi untuk karakter tebal
daging buah. Kudamati-1 Ranti dan Ranti Lombok-4, masing-masing memilki memeiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis terbaik untuk karakter
kakarasan buah dan padatan terlarut total. Nilai heterosis dan heterobeltiosis terbaik untuk jumlah rongga dimiliki oleh hibrida yang berbeda yaitu
Ranti Lombok-4 dan Aceh-5 Lombok-4 Tabel 29.
35 Semua hibrida tidak memiliki panjang buah yang lebih baik dari tetuanya
karena memiliki nilai heterosis maupun heterobeltiosis negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada semua hibrida terjadi penurunan panjang buah. Hibrida
yang memiliki heterosis positif pada diameter buah hanya Kudamati-1 Aceh-5 dan Kudamati-1 Ranti namun tidak ada yang memiliki diameter buah melebihi
tetuanya. Kudamati-1 Lombok-4 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi pada jumlah buah dan bobot buah. Nilai heterosis pada karakter jumlah
buah mencapai 137.27 dan pada bobot buah mencapai 96.45 Tabel 30. Nilai
heterosis ≥ 20 untuk komponen hasil pada tanaman menyerbuk sendiri seperti tomat, sudah memiliki peluang untuk dirakit menjadi varietas hibrida
Satoto Suprihatno 1998.
Hasil penelitian Hannan et al. 2007b, Sekhar et al. 2010, Ahmad et al. 2011, Farzane et al. 2012, dan Souza et al. 2012 juga menunjukkan bahwa
karakter bobot buah per tanaman memiliki heterosis yang tinggi yaitu berkisar -39.19-211.00 . Menurut Falconer dan Mackay 1996 serta Wricke dan Weber
1986, heterosis yang tinggi mencerminkan perbedaan frekuensi alel-alel yang dimiliki oleh tetuanya sangat besar dan tetua tersebut memiliki gen-gen yang
menguntungkan serta berinteraksi positif jika digabungkan. 4.1.2.4 Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas
Hasil analisis ragam daya gabung umum dan daya gabung khusus tidak berbeda nyata pada karakter tebal daging buah, panjang buah, diameter buah,
jumlah buah, dan bobot buah per tanaman. Daya gabung umum dan daya gabung khusus yang beragam terdapat pada karakter tinggi tanaman, padatan terlarut total,
dan jumlah rongga buah, sedangkan pada diameter batang dan kekerasan buah hanya daya gabung umum yang beragam Tabel 31 dan Tabel 32.
Ragam daya gabung umum digunakan untuk menduga ragam aditif sedangkan ragam daya gabung khusus digunakan untuk menduga ragam dominan
Singh Chaudhary 1979. Pengaruh yang tidak nyata pada ragam daya gabung umum menunjukkan bahwa karakter tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh gen
dominan sedangkan pengaruh yang tidak nyata pada ragam daya gabung khusus menunjukkan bahwa karakter tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh gen aditif.
Tabel 31 Analisis ragam persilangan setengah dialel empat genotipe tomat di dataran tinggi
Sumber keragaman
db Kuadrat tengah
Tinggi tanaaman
cm Diameter
batang mm
Tebal daging
buah mm
Kekerasan buah
Padatan terlarut
total Brix
Jumlah rongga
buah DGU
3 1109.17 12.53
1.66
tn
4058.60 4.63
19.08 DGK
6 657.46 4.53
tn
1.89
tn
253.35
tn
1.28 2.10
Galat 18 86.41
2.09 0.81
179.02 0.46
0.33
= berpengaruh nyata pada α = 5, = berpengaruh sangat nyata pada α = 1, dan tn = tidak
berpengaruh nyata
36 Tabel 32 Analisis ragam persilangan setengah dialel empat genotipe tomat di
dataran tinggi
Sumber keragaman
db Kuadrat tengah
Panjang buah mm
Diameter buah mm
Jumlah buah per
tanaman Bobot buah
g tan DGU
3 141.62
tn
147.56
tn
153.24
tn
96668.15
tn
DGK 6
97.54
tn
132.12
tn
242.26
tn
98089.78
tn
Galat 18
70.02 60.90
98.11 109200.30
= berpengaruh nyata pada α = 5, = berpengaruh sangat nyata pada α = 1, dan tn = tidak
berpengaruh nyata
Semua karakter yang diamati memiliki keragaman fenotipe luas namun tidak semua memiliki keragaman genetik luas. Diameter batang, padatan terlarut
total, diameter buah, dan jumlah buah per tanaman adalah karakter-karakter yang memiliki karagaman genetik sempit. Karakter yang memiliki keragaman genetik
luas akan memiliki keragaman fenotipe yang luas namun karakter yang memiliki keragaman genetik sempit belum tentu memiliki keragaman fenotipe yang sempit
Tabel 33 Tabel 34. Hal tersebut disebabkan keragaman fenotipe dipengaruhi oleh keragaman genetik dan lingkungan Syukur et al. 2010b.
Tabel 33 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas genotipe-genotipe tomat hasil persilangan setengah dialel di dataran tinggi
Komponen ragam Tinggi
tanaman cm
Diameter batang
mm Tebal
daging buah
mm Kekerasan
buah Padatan
terlarut total
Brix Jumlah
rongga 252.75
12.30 0.94
1521.77 2.86
7.76 215.55
1.79 0.80
1297.77 2.05
6.62 Kriteria
Luas Luas
Luas Luas
Luas Luas
240.08 5.10
0.89 1342.75
2.40 7.42
215.71 5.12
0.80 1303.24
2.07 6.62
Kriteria luas
sempit Luas
Luas Luas
luas 75.28
1.33 -0.04
634.21 0.56
2.83 571.05
2.44 1.08
74.33 0.83
1.77 Rasio ragam
0.13 0.55
-0.04 8.53
0.68 1.60
Ragam aditif 150.57
2.67 |-0.08|
1268.42 1.12
5.660 Ragam dominan
571.05 2.44
1.08 74.33
0.83 1.765
Derajat dominansi
12
1.95 0.96
3.75 0.24
0.86 0.56
Heritabilitas arti luas
0.95 0.41
0.95 0.88
0.84 0.96
Heritabilitas arti sempit
0.60 0.22
0.00 0.83
0.39 0.73
37 Ragam
aditif dapat
diduga dari
ragam daya
gabung umum
dan ragam dominan dapat diduga dari ragam daya gabung khusus .
Ragam aditif diduga dari dua kali ragam DGU sedangkan ragam dominan diduga dari satu kali ragam DGK Singh Chaudhary 1979. Karakter tinggi tanaman,
tebal daging buah, panjang buah, diameter buah, dan jumlah buah lebih banyak dipengaruhi oleh gen-gen non-aditif. Hal tersebut dapat diketahui dari ragam
dominan yang lebih besar dari ragam aditif pada karakter-karakter tersebut Diameter batang, kekerasan buah, padatan terlarut total, jumlah rongga buah, dan
bobot lebih banyak dipengaruhi oleh gen-gen aditif dan hal tersebut menunjukkan bahwa gen aditif lebih berkontribusi terhadap fenotipe tanaman untuk karakter
yang disebutkan sebelumnya Tabel 33. Gen aditif dan non-aditif secara bersama terlibat dalam mengendalikan suatu karakter namun gen non-aditif diketahui lebih
banyak terlibat dalam mengendalikan sebagian besar karakter Saleem et al. 2009; Solieman 2009; Saleem et al. 2015.
Derajat dominansi menunjukkan aksi gen yang terlibat dalam mengendalikan suatu karakter. Diameter batang, kekerasan buah, padatan terlarut
total, dan jumlah rongga buah memilliki derajat dominansi diantara 0 dan 1. Oleh karena itu karakter-karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen dominan positif
tidak sempurna. Pengaruh gen dominan yang tidak sempurna menunjukkan bahwa masih ada gen aditif yang terlibat dalam mengendalikan karakter tersebut.
Menurut Arif 2010, jika karakter yang dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna maka nilai rata-rata F
1
cenderung mendekati nilai rata-rata tetua terbaik.
Tabel 34 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas genotipe-genotipe tomat
hasil persilangan setengah dialel di dataran tinggi
Komponen ragam Panjang
buah mm
Diameter buah
mm Jumlah
buah per tanaman
Bobot buah g tan
91.04 7.41
151.65 198552.80
77.64 6.32
129.33 169326.39
Kriteria Luas
Luas Luas
Luas 89.55
6.15 85.91
171910.04 77.64
6.37 136.55
170255.43 Kriteria
luas sempit
sempit Luas
7.35 2.57
-14.84 -236.94
27.52 71.22
144.15 -11110.48
Rasio ragam 0.27
0.04 -0.10
0.02 Ragam aditif
14.69 5.15
|-29.67| |-473.88|
Ragam dominan 27.52
71.22 144.15
|-11110.48| Derajat dominansi
12
1.37 3.72
2.20 4.84
Heritabilitas arti luas 0.98
0.83 0.57
0.87 Heritabilitas arti sempit
0.16 0.69
0.00 0.00
Panjang buah, diameter buah, jumlah buah, dan bobot buah dikendalikan oleh aksi gen over dominan karena memiliki derajat dominansi lebih dari 1. Aksi
gen over dominan yang terlibat dalam karakter komponen hasil mengindikasikan
38 bahwa perakitan hibrida dapat digunakan untuk meningkatkan atau memperbaiki
produksi Tabel 34. Nilai duga heritabilitas dapat digunakan untuk memilih karakter yang akan
dijadikan kriteria seleksi Tenaya et al. 2003; Lestari et al. 2006. Nilai heritabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa keragaman fenotipe pada
generasi tersebut merupakan keragaman yang diwariskan pada keturunannya Jambormias et al. 2004. Nilai duga heritabilitas dengan kriteria tinggi juga dapat
digunakan secara langsung sebagai karakter seleksi pada generasi awal Hadiati et al. 2003. Tabel 33 dan 34 menunjukkan bahwa semua karakter
memiliki nilai heritabilitas arti luas lebih tinggi daripada heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas menunjukkan bahwa suatu karakter lebih dipengaruhi oleh
faktor genetik atau lingkungan, sedangkan heritabilitas arti sempit menunjukkan aksi gen yang memengaruhi suatu karakter.
4.2 Analisis Interaksi Genetik dan Lingkungan terhadap Hasil di Dua Lingkungan
Genotipe-genotipe yang diuji sama seperti genotipe pada percobaan
sebelumnya yaitu empat tetua dan 6 kombinasi persilangan setengah dialel. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Kudamati-1 dan Ranti tahan layu
bakteri, sedangkan Aceh-5 dan Lombok-4 memilki potensi hasil tinggi Sutjahjo et al. 2014; Sutjahjo et al. 2015; Harquasum 2016. Semua genotipe tomat, tetua
maupun kombinasi persilangannya kemudian ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi untuk melihat interaksi antara genotipe dengan lingkungan.
Informasi tentang interaksi genotipe lingkungan GE diperlukan pemulia tanaman untuk membantu proses identifikasi genotipe unggul Dewi et al. 2015.
Tabel 35 Analisis ragam gabungan pengaruh genotipe G, lingkungan L, dan interaksi G x L pada karakter agronomi F
1
hasil persilangan genotipe tomat lokal
Sumber keragaman Kuadarat tengah Genotipe G Lingkungan L
Tinggi tanaman 309.19
Diameter batang 0.91
tn
Tebal buah 0.48
Kekerasan buah 284.32
Padatan terlaut total 0.53
Jumlah rongga buah 0.12
tn
Panjang buah 50.86
Diameter buah 19.65
Jumlah buah 217.21
tn
Bobot buah 421377.00
Bobot per bedeng 168550698.00
Produktivitas 237.88
, , tn: berpengaruh nyata, sangat nyata, dan tidak nyata pada α = 5 dan α = 1 berdasarkam
uji F
39
Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan terdapat interaksi antara genotipe lingkungan pada sebagian besar karakter yang diamati.
Interaksi genotipe lingkungan yang nyata terjadi kareda kondisi di dua lingkungan tersebut berbeda Vange et al. 2014; Saniaty 2016. Karakter-karakter
yang dipengaruhi oleh interaksi genotipe lingkungan adalah tinggi tanaman, tebal buah, kekerasan buah, padatan terlarut total, panjang buah, diameter buah,
bobot buah per tanaman, bobot buah per bedeng 2 m
2
, dan produktivitas. Diameter batang, jumlah rongga buah, dan jumlah buah per tanaman merupakan
karakter-karakter yang tidak dipengaruhi oleh interaksi Genotipe Lingkungan Tabel 35.
Hasil analisis ragam gabungan yang tidak berpengaruh nyata pada karakter yang diamati menunjukkan bahwa karakter tersebut memiliki keragaan yang
relatif sama di dua lingkungan pengujian. Dalam penelitian ini, lingkungan yang digunakan yaitu dataran redah dan dataran tinggi. Keragaan yang relatif sama
pada diameter batang, jumlah rongga buah, dan jumlah buah per tanaman menyebabakan karakter-karakter tersebut dapat digunakan sebagai karakter
seleksi. Jumlah buah per tanaman merupakan salah satu komponen hasil sehingga karakter tersebut dapat digunakan untuk melakukan seleksi genotipe berdaya hasil
tinggi.
Tabel 36 Nilai tengah bobot per tanaman, bobot per bedeng, dan produktivitas
Genotipe
Bobot per tanaman g tan
Bobot per bedeng g 2 m
2
Produktivitas ton ha
Bog Lem
Bog Lem
Bog Lem
Kudamati-1 Ranti 313.71f-h
452.2e-h 6274f-h
9045e-h 7.45f-h
10.74e-h Kudamati-1 Aceh-5
249.74f-h 884.0b-d
4995f-h 17679b-d
5.93f-h 21.00b-d
Kudamati-1 Lombok-4 263.43f-h
1237.3b 5269f-h
24747b 6.25f-h
29.39b Ranti Aceh-5
89.57h 475.0d-h
1791h 9500d-h
2.12h 11.28d-h
Ranti Lombok-4 211.76g-h
762.2c-e 4235g-h
15244c-e 5.03g-h
18.11c-e Aceh-5 Lombok-4
304.53f-h 1071.5b-c
6091f-h 21431b-c
7.23f-h 25.46b-c
Kudamati-1 444.55e-h
569.7d-g 8891e-h
11394d-g 10.56e-h
13.5d-g Ranti
359.64e-h 639.9d-g
7193e-h 12798d-g
8.54e-h 15.20d-g
Aceh-5 277.05f-h
2800.0a 5541f-h
56000a 6.58f-h
66.52a Lombok-4
249.96f-h 690.0cd-f
4999f-h 13800d-f
5.93f-h 16.39d-f
Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5
Lingkungan yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda pada genotipe yang sama. Bobot buah per tanaman merupakan komponen hasil yang
akan berpengaruh langsung terhadap produktivitas tanaman. Tabel 36 dan Gambar 3 menunjukkan perbedaan produktivitas di Bogor dan di Lembang. Semua tetua
maupun hibrida memiliki produktivitas yang lebih tinggi di dataran tinggi dibandingkan di dataran rendah. Hal ini diduga akibat perbedaan ketinggaan
antara dua lokasi tersebut sehingga terjadi perbeda suhu. Suhu di dataran tinggi relatif lebih rendah jika dibandingkan dataran rendah Lampiran 1; Lampiran 2.
Peningkatan suhu akan meningkatkan laju fotosintesis sehingga laju translokasi juga tinggi Salisbury Ross 1995. Berdasarkan hal tersebut maka
40 dapat disimpulkan bahwa suhu yang rendah akan menyebabkan proses
fotosintesis lebih lama sehingga terjadi penumpukan cadangan makanan. Hal ini diduga menyebabkan genotipe tomat di dataran tinggi memiliki tanaman lebih
tinggi, daging buah lebih tebal, dan ukuran buah lebih besar. Ukuran buah yang lebih besar menyebabkan bobot buah lebih tinggi. Ukuran buah yang lebih besar
dapat dilihat dari keragaan buah yang lebih panjang dan memiliki diameter yang lebih lebar Tabel 8; Tabel 23.
Gambar 3 Produktivitas tetua dan hibrida tomat di Bogor dan Lembang Adanya interaksi antara Genetik Lingkungan akan menyebabkan
perubahan rangking terhadap genotipe-genotipe yang diuji. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hibrida yang memiliki produktivitas tertinggi di Bogor
adalah Kudamati-1 Ranti namun turun ke peringkat terakhir di Lembang. Hibrida Kudamati-1 Lombok-4 yang memiliki produktivitas tinggi di Lembang
juga turun ke peringkat 6 di Bogor Tabel 37; Gambar 2.
Tabel 37 Perubahan peringkat karakter produktivitas tetua dan hibrida tomat hasil persilangan setengah dialel
Genotipe Peringkat
Bogor Lembang
Kudamati-1 Ranti 3
10 Kudamati-1 Aceh-5
7 4
Kudamati-1 Lombok-4 6
2 Ranti Aceh-5
10 9
Ranti Lombok-4 9
5 Aceh-5 Lombok-4
4 3
Kudamati-1 1
8 Ranti
2 7
Aceh-5 5
1 Lombok-4
8 6
10 20
30 40
50 60
70
t h a
-1 Bogor
Lembang